RMOL. Ketua MPR Taufik Kiemas mengaku sudah satu pemikiran dengan Megawati Soekarnoputri mengenai capres 2014. Tidak lagi mempersoalkan dikotomi tua muda.
“Ada yang bilang saya berbeda penÂdapat dengan istri saya (MeÂgawati). Tapi sekarang sudah saÂma pikirannya soal capres,†kata Taufik Kiemas kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sebelumnya Taufik Kiemas mengatakan, capres 2014 diisi orang-orang muda. Megawati sebaiknya tidak maju lagi. Cukup menjadi busur saja. Sedangkan anak panahnya orang muda.
“Mega sudah mau jadi busur, biar yang muda yang maju. SaatÂnya capres muda berkibar,†kata TauÂfik Kiemas, Senin (9/4).
Tapi sekarang politisi senior PDI Perjuangan ini sependapat deÂngan Megawati untuk tidak laÂgi memperdebatkan dikotomi tua muda menjadi capres. NaÂÂmun teÂtap menyatakan perlunya reÂgeneÂrasi di tubuh partai berÂkeÂpala banÂteng tersebut.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa Anda berubah sikap, apa gara-gara hasil survei yang menempatkan Mega di urutan pertama capres pilihan rakyat?
Kalau hasil survei kan biasa saja. Walau hasil survei seperti itu, ya biarkan saja. Tapi masih ada dua tahun lagi untuk kerja keras agar bisa melebihi hasil survei itu.
Bagaimana dengan regeneÂrasi di PDI Perjuangan?
Itu memang tugas pemimpin. Mega harus menyiapkannya sediÂni mungkin dan sebaik mungkin. Jangan sampai salah pilih. Pak HarÂto saja saat itu merasa hebat menÂjadi pemimpin, tapi jatuh juÂga. Itu kerena beliau tidak meÂnyiapÂkan regenerasi dengan baik dan dengan mekanisme yang baik.
Regenerasi tidak mungkin di-coup terus menerus oleh pemimÂpinnya.
Sulit nggak melakukan regenerasi di PDI Perjuangan?
Nggak. Melakukan regenerasi di sebuah organisasi gampang. Tinggal pilih saja yang terpintar dari yang pintar.
Mega mau melakukan regeÂnerasi?
Terus terang Mega mengatakan pada saya, regenerasi memang harus dijalankan. Tapi regenerasi itu harus dia yang megang kendali.
Apa ada kader PDI PerÂjuaÂngan sehebat Megawati ?
Kader-kader di bawah kan banyak juga potensial dan ingin menjadi presiden. Semua terÂserah Ibu Mega. Semua rekam jejak kadernya ada di tangan Ibu Mega.
Siapa yang bagus atau tidak, suka jeblosin dia atau tidak, seÂmua dia tahu. Kan semua itu haÂrus dilihat dengan teliti oleh peÂmimpin. Ibu Mega sudah invenÂtarisir itu. Tentu saja mereka haÂrus dilihat dulu rekam jejaknya, loÂyalitasnya, ideologinya, dan yang terpenting tidak berkhianat kepada Mega dan partai.
Walau Anda mendukung MeÂga, tetap saja berharap toÂkoh senior mendorong yang muÂda untuk maju?
Benar. Tokoh-tokoh senior harus rela memberikan jalan bagi kaum muda untuk regenerasi kepemimpinan nasional saat ini. Sebab, kalau tidak, maka yang terjadi adalah kemunduran. Di negeri jiran saja sudah mulai meÂlaÂkukan regenerasi kepemimÂpiÂnan nasional mereka, masak kita tidak. Malu dong.
Bagaimana kalau yang senior tetap maju?
Jika yang tua tidak mendoÂrong, maka regenerasi tidak akan terÂjadi. Kalau balik ke orang tua laÂgi, itu kemunduran, dan itu sama saja balik lagi kebelakang. Kita harus alih regenerasi dan yang tua-tua ini mendorong alih generasi itu.
Di berbagai pertemuan saya seÂlalu mengajak para tokoh pemimÂpin senior di Indonesia untuk melakukan regenerasi kepemimÂpinan kepada kaum muda. Bagi saya, usulan-usulan untuk menÂcaÂlonkan kaum muda sebagai pemimpin merupakan ide yang sangat bagus. Namun hal itu tidak akan tercapai jika tokoh senior tidak memberikan dorongan.
Artinya Anda setuju posisi Mega digantikan Puan?
Kalau ada regenerasi kepeÂmimÂpinan dari orang tua kepada anak, istri atau kerabat yang lain, hal tersebut merupakan hak maÂsing-masing individu. Yang lebih penting adalah seorang pimpinan partai politik harus memperÂsiapÂkan kader muda untuk menjadi pemimpin bangsa agar roda peÂmerintahan tetap berjalan. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: