“Ini tuntutan profesionalitas. Saya ini kan bekerja di industri yang menuntut saya harus bekerja profesional,†kata Halida Hatta kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengaÂkui Halida telah menyamÂpaikan surat pengunduran diri dari jabatannya sebagai Wakil KeÂtua Umum bidang KesejahÂteraan Rakyat maupun sebagai anggota.
“Alasan beliau karena untuk konsentrasi di dunia kerja dan profesional. Di samping karena adaÂnya permintaan keluarga juÂga,†kata Fadli Zon.
Halida Hatta selanjutnya mengatakan, selama ini merasa tidak enak tidak bisa bekerja seÂcara full di partai besutan PraÂboÂwo Subianto ini.
“Kadang-kadang kalau diunÂdang rapat, saya berada di kantor saya, sehingga secara moral tidak bisa memenuhi tanggung jawab di partai,†papar putri Bung Hatta itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Barangkali keluarga yang melarang ya?
Saya akui memang keluarga saya meminta saya agar tidak usah lagi di Gerindra atau tidak usah saya terjun di politik lagi, teÂruÂtama kakak saya Meutia Hatta. Beliau menyarankan agar fokus pada pekerjaan saja.
Apa alasannya?
Sebab, keluarga kami ini sebaÂgai keluarga pendidik atau sebaÂgai guru.
Ketika diminta untuk keluar dari Gerindra, apa Anda langÂsung setuju?
Saya bilang sama kakak saya, memag kita ini bukan orang-orang politik. Tapi lebih pada orang-orang pendidik. Saya berharap di dalam partai ini ada cita-cita Bung Hatta. Memang ParÂtai Gerindra itu berpikir seperÂti Bung Hatta, itu bagus.
Setiap partai politik itu pasti ada tantangannya. Dan ternyata di dalam perjalanannya, di sana-sini ada juga para free rider yang bonceng, itu ada.
Maksudnya?
Maksudnya, orang-orang yang nggak kerja, tapi akhirnya gimaÂna gitu, ada yang seperti itu.
Bukankah Anda sebagai saÂlah satu pendiri Gerindra?
Memang pada awalnya, partai ini mempunya cita-cita seperti Bung Hatta, yakni ekonomi keÂrakÂyatan. Manifesto politik saya juga menyumbangkan saran saat pembentukan Partai Gerindra walaupun sumbang saran saya hanya lima persen. Tapi esensiÂnya itu memang untuk rakyat.
Bung Hatta itu kan selalu berÂpikir untuk kesejahteraan rakyat dan kecerdasan bangsa. Tujuan akhir politik itu kan untuk mencaÂpai harkat dan martabat derajat bangsa. Di dalam manifesto, Partai Gerindra seperti itu.
Barangkali Anda tidak cocok lagi dengan Prabowo?
Tidak benar seperti itu. Pak Prabowo itu orang baik. Saya keÂluar hanya karena tuntutan proÂfesionalitas pekerjaan saya saja. Bukan karena cekcok deÂngan Pak Prabowo.
Bagaimana peluang GerinÂdra Pemilu 2014?
Saya nggak tahu. Karena poÂlitik itu sangat penuh kejutan. SaÂya pikir tidak ada satu orang pun yang bisa memprediksi mengenai Pemilu 2014.
Politik itu sangat berubah-ubah. Komposisinya untuk IndoÂnesia sangat dinamis. Saya hanya melihat satu garis yaitu mudah-mudahan kita tidak besar kepala sebagai bangsa. Minta tolong kepada Tuhan, pasti Tuhan akan memberikannya.
Kalau kita melihat sejarah panÂjang bangsa ini, pada saat yang kritis, Tuhan selalu menoÂlong kita dalam situasi apapun. KataÂkanlah ketika ada kemandeÂkan di dalam produk pemerintah, tiba-tiba ada saja yang bisa mengÂgeÂrakannya, baik di bidang ekoÂnoÂmi atau yang lainnya.
Bagaimana peran parpol?
Sebuah partai harus berani mengidentifikasikan tantangan-tantangan yang ada. MemberaniÂkan diri untuk melakukan koreksi dari waktu ke waktu. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: