WAWANCARA

Luthfi Hasan Ishaaq: Apa 1.000 Orang Disurvei Bisa Wakili 200 Juta Jiwa

Sabtu, 30 Juni 2012, 09:04 WIB
Luthfi Hasan Ishaaq: Apa 1.000 Orang Disurvei Bisa Wakili 200 Juta Jiwa
Luthfi Hasan Ishaaq
RMOL.Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq mengaku senang dengan hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) yang menunjukkan elektabilitas partai Islam menurun.

“Itu bagus, karena itu early war­ning buat semua partai Islam agar mereka kerja keras. Early war­ning bahwa selera publik tidak cocok  dengan partai Islam,” ka­tanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Luthfi berharap dengan sisa waktu dua tahun  Pemilu 2014, sel­uruh kader-kader partai Islam harus bisa bergerak dan bekerja maksimal. “Masih ada dua tahun untuk membenahi,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa itu saja komentar yang ingin Anda sampaikan?

Bukan hanya PKS, tapi partai Is­lam manapun tentu akan berte­rima kasih mengenai early war­ning ten­tang selera publik terha­dap partai Islam. Bagi PKS ini meru­pakan triger buat mendesak ker­ja-kerja lapangan untuk be­kerja keras.

Survei ini menilai posisi partai islam akan tenggelam, tanggapan Anda?

Justru kalau dikasih posisi ting­gi kita malah  terlena. Apapun hasil­nya kita berikan apresiasi ter­hadap lembaga survei itu.

Dengan adanya survei kita bisa membaca tentang segmen masya­rakat yang konsen ter­ha­dap poli­tik, berapa besarnya dan minat­nya.

Saya contohkan, orang yang kon­sen terhadap pemberitaan sur­veinya tidak sampai 30 persen, mung­kin sekarang sudah beru­bah. Rata-rata mereka memang membaca dan nonton berita, tapi bukan untuk urusan yang serius. Namun untuk hiburan saja.

Maksudnya?

Di luaran sana yang belum ter­sentuh oleh survei prosentasenya cukup besar kok, terbukti yang belum menentukan pilihan cukup besar dan yang belum disurvei ju­ga sangat besar. Mungkin mereka adalah yang tidak tersentuh me­dia dan lembaga survey. Maka se­benarnya ini bisa menjadi pe­luang yang besar bagi PKS.

Untuk itu, kita tidak pesimis dari hasil survei yang merendah­kan posisi kami, karena ini sifat­nya hanya mengingatkan saja.

Apa benar masyarakat me­ning­galkan partai Islam?

Masyarakat kita sekarang lebih konkrit dan realistis. Selama ini ada kesan kalau bicara agama tidak bicara dunia. Kalau bicara dunia tidak bicara agama. Maka mereka lebih banyak bicara mengenai keseharian.

PKS memiliki sajian dunia dan akhirat. Kami konsen masalah dunia dan agama. Kami ini meng­kombain agama dan kehidupan keseharian.

Apa benar penyebabnya karena kurang akomodatif ter­hadap kehidupan umat Islam?

Masih ada waktu, ada dua ta­hun lagi untuk membenahi ki­ner­ja. Selama ini tidak hanya PKS yang tidak akomodatif kok. Tapi kami berusaha memenuhi kua­lifikasi yang diharapkan rak­yat agar elektabilitas dan aksep­tabi­li­tasnya bisa tinggi.

Anda khawatir ditinggalkan konstituen?

Kami tidak terlalu risau kalau partai Islam tidak diminati, kita akan menyajikan approach tanpa mengubah substansi. PKS tetap par­tai Islam,  tapi dengan ap­proach yang lebih komprehensif.

Selain itu anjloknya elekta­bi­litas partai Islam disebabkan as­pirasi masa pendukungnya tidak bisa diimplementasikan saat ini. Masalah pendekatan dan dialog kepada masyarakat lebih me­nyentuh persoalan aktual. Um­pamanya masalah pendidikan dan lapangan kerja. Bagaimana seko­lah Islam langsung link and match dengan lapangan kerja. Per­soalan kita lebih banyak eko­nomi semen­tara partai Islam ku­rang concern, jadi hal-hal realitas.

Apa Anda percaya survei itu?

Saya rasa ini kerja profesio­nal dan kerja akademis yang da­pat dipertanggungjawabkan. Hanya perlu diperhatikan sam­plingnya. Meskipun margin eror­nya tidak besar.

Masalahnya apa 1.000 orang disurvei bisa wakili 200 juta jiwa penduduk Indonesia. Tapi kami yakin hasilnya ada­lah sebuah peringatan, karena me­lihat selera publik terhadap partai Islam.

Ada rencana membuat sur­vei buatan PKS?

Kami tidak membuat survei tan­dingan atau buat pembanding. Tapi kami cukup menganalisa survei-survei yang bermunculan saja.

Kenapa?

Kami memiliki pengalaman tentang survei, pada Pemilu 1999 awal pendirian Partai Keadilan (PK) kami tidak dianggap oleh para aka­demisi. Tapi toh kami bisa ma­suk  tujuh besar dan dapat tujuh kur­si di DPR dan satu orang menteri.

Pemilu 2004, hampir semua lembaga survei memberikan poin pada PKS 2,1 persen, tapi tetap saja kita bisa dapat 45 kursi DPR. Se­dangkan  Pemilu 2009 kami hanya dapat 3 persen, tapi nya­tanya jumlah kursinya bertam­bah,  dari 45 kursi DPR menjadi jadi 57 kursi DPR. Tapi surveinya tetap saja kecil melulu. Berarti ki­ta bisa jadi tambah besar di 2014.

Ada yang mengatakan tokoh di partai islam kurang kuat, sehingga hasil survei turun?

PKS berbeda dengan partai lain. Kalau partai lain sangat ber­gantung dari tokoh utama, sedang PKS tidak. Kami ini mesin po­litik. Siapapun tokohnya tidak menjadi masalah yang terpenting mesinnya tetap efektif.

Lantas yang diandalkan apa?

Soliditas kader serta militansi kader menjadi andalan PKS, maka dari itu kami tidak terlalu risau masalah tokoh partai islam. Tokoh adalah pembawa aspirasi kader dan memperjuangkannya, bukan mengkooptasi struktur dan kader. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA