WAWANCARA

Fuad Bawazier: Ribut-ribut Soal Capres Hanya Propaganda...

Minggu, 06 Mei 2012, 08:53 WIB
Fuad Bawazier: Ribut-ribut Soal Capres Hanya Propaganda...
Fuad Bawazier

RMOL. Pemilu Presiden 2014 masih jauh. Tapi sejumlah parpol mulai mengelus capres. Bahkan ada gontok-gontokan. Ini semua hanya propaganda untuk menang dalam pemilu legislatif.

“Itu hanya cuap-cuap propa­ganda. Yah, semacam kampanye demi memenangkan pemilu legislatif,’’ kata Ketua DPP Partai Hanura, Fuad Bawazier, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.     

Berikut kutipan selengkapnya:

Berarti Wiranto menjadi ca­pres dari Partai Hanura be­lum jelas dong?

Dari Partai Hanura, ya tetap Pak Wiranto. Saya kira wajar se­kali ya. Semua partai itu ber­jua­lan agar ketua umumnya se­bagai capres.


Kata Anda tadi, ini hanya pro­paganda untuk memenang­kan pemilu legislatif?

Ya, betul. Makanya nanti di­lihat hasil pemilu legislatif.  Di situ akan ditinjau lagi beberapa keadaan objektif yang ada. Misal­nya, suaranya di pemilu legislatif bagaimana. Kalau di pemilu le­gislatif perolehan suaranya je­blok, secara moral tidak mungkin mengajukan ketua umunya se­bagai capres.


Apa itu saja yang jadi uku­ran­nya?

Kita juga perlu melihat bagai­mana perolehan suara saingan. Kemudian melihat kandidat yang kira-kira di munculkan partai lain. Selanjutnya ditinjau ke­mung­kinan-kemungkinan koalisi apa dan siapa.


Partai Hanura kemungkinan koalisi dengan siapa?

Ya. Lihat nanti. Contohnya, Partai Hanura pada pemilu pre­siden lalu, bisa menjadikan Pak Wiranto menjadi cawapres. Pada­hal Hanura itu kan partai paling buncit. Saat itu Pak Wiranto men­dampingi Yusuf Kalla  dari Partai Golkar yang mengusungnya menjadi capres.

Itu kan sebagai contoh adanya kemungkinan-kemungkinan dengan pesaing.

Dengan kata lain, partai itu cen­drung mengajukan ketua umumnya. Tapi pada hari H-nya semua harus realitis, jangan ego atau mata kuda. Nanti akhirnya malah nggak dapat apa-apa dan menjadi bahan cemohan.


Bukankah ada juga parpol ti­dak mempersiapkan capres?

Betul. Memang ada beberapa partai tidak pernah mau mem­persiapkan capresnya. Mereka hanya berharap bisa masuk dalam kabinet untuk mendapatkan kursi menteri. Yang penting masuk kabinet, ini adalah partai yang benar-benar tidak memiliki tokoh yang bisa dijual. Faktor-faktor itu menjadi pertimbangan agar bisa objektif dalam pemilihan capres atau cawapres.


Bagaimana kalau  perolehan suara Partai Hanura jeblok da­lam pemilu legislatif?

Setelah diusung  Pak Wiranto menjadi capres, kemudian hasil pemilu legislatif tidak bagus, ber­arti harus realistis. Berarti partai ini tidak layak untuk mencalon­kan capres atau cawapres. Kalau tidak memenuhi syarat bisa jadi bahan olok-olok. Tinggal meng­harapkan kalau ada yang mela­mar. Misalnya seperti dulu, Pak Wiranto dilamar Partai Golkar mendamping Yusuf Kalla.


Apa Wiranto pantas menjadi capres atau cawapres  2014?

Kita nilai secara obyektif saja. Buktinya  beliau pernah menjadi capres. Terbukti juga pernah men­jadi cawapres. Berarti kan secara objektif memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana  diatur undang-undang. Itu layak sekali dari riwayat pengalaman­nya. Pernah menjadi Panglima TNI dan Menteri Pertahanan.


Tapi syarat perolehan suara harus 20 persen dalam pemilu legislatif, apa itu bisa dipenuhi Partai  Hanura?  

Itu memang menjadi masalah. Apakah bisa memenuhi persya­ratan itu.

Ini tentunya nggak gampang. Tapi harus berupaya. Peluang itu untuk mendapatkan itu tetap ada.


Apa ya Partai Hanura bisa me­menuhi itu?

Saya kira semua parpol juga sulit menembus 20 persen itu.

Jangan-jangan tidak ada satu pun partai yang dapat 20 persen, sehingga tidak ada partai yang memenuhi syarat untuk menca­lon­kan. Kecuali kalau undang-undangnya digugat.


Berarti perlu koalisi?

Kalau begitu untuk 2014 ter­paksa pada kawinan, saling minta tolong. Di situ ada deal-deal poli­tik. Kalau semuanya  ngajuin jadi capres, tidak ada yang mau nga­lah. Berarti nggak ada capres dalam pilpres nanti.


Apa mungkin seperti itu, bu­kannya nanti yang suaranya se­dikit mengalah menjadi cawa­pres?

Idealnya memang seperti itu. Tapi kalau semuanya ngotot,  itu bisa saja. Misalnya, PDI Perjua­ngan  tetap mengajukan capres, Partai Golkar capresnya harus ini, tetapi tidak mencapai 20 per­­sen. Partai Demokrat juga punya ca­pres sendiri, tetapi ti­dak ada yang mencapai 20 per­sen. Tidak ada yang mau ngalah gimana. Ini ada­lah ancaman yang harus dianti­sipasi untuk Pilpres 2014.


O ya, Wiranto sudah gagal dua kali, apa tidak kapok?

Makanya kita lihat secara objek­tif, bagaimana perolehan suara pemilu legislative.

 Bisa-bisa Partai Hanura itu tidak mengajukan capres, tapi hanya cawapres. Ini tergantung perolehan suara.


Penentuan final capres Ha­nura kapan?  

Ya, setelah pemilu legislatif yang rencananya April 2014. Sete­lah kita mendapat perolehan suara, Hanura bisa mutusin. Se­mua partai akan begitu.


Sejumlah parpol sudah me­mu­tuskan capresnya, ini bagai­mana?

Itu  hanya cuap-cuap propagan­da saja. Kampanye untuk peme­nangan pemilu legislatif. Belum ada yang benar-benar final. Me­mang tidak mungkin difinalkan se­belum pemilu legislatif.

Sekarang itu lebih banyak re­to­rika kampanye. Dengan hara­pan orang beranggapan wah partai ini sudah punya capres loh. Nah, kalau partai nggak pu­nya capres, gimana gitu. Maka­nya semua mengajukan capres. Nggak apa-apa juga sih, kan  nggak bayar ini.

Tapi kepastiannya setelah pemilu legislatif. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA