RMOL. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman sukses membuntuti dan mendokumentasikan kegiatan kunjungan kerja (kunker) anggota Komisi I DPR di Berlin.
Delegasi yang dipimpin WaÂkil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman itu dikritik keras PPI. SeÂbab, kunker ini dianggap tidak urgent dan menghamburkan uang rakyat sekadar untuk wisata beÂlanja saja.
Tuduhan itu dianggap Hayono Isman bagian berdemokrasi. Tapi tidak serta merta seburuk yang digambarkan PPI.
“Banyak hal yang kami kerjaÂkan, tapi yang positif tidak dipuÂbliÂkasikan,’’ kata Hayono Isman keÂpada Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya;
Saya juga baru tahu ada yang secara sembunyi-sembunyi memÂbuntuti. Padahal tidak perlu beÂgitu. Kalau saya tahu, adik-adik senang hati akan saya izinkan berÂtanya atau mengambil foto.
Apa semua anggota DPR memÂbawa keluarganya masing-masing?
Sama seperti saya, anggota lain juga didampingi suami atau istri. Kalau saya bersama istri karena sebelum ke Jerman saya manÂfaatÂkan reses ke London untuk meÂnguÂÂrus flat milik kami yang terdaftar di kantor pajak, tapi suÂdah lama kosong. Juga ke Stuttgart menjenguk adik yang berÂsuaÂmiÂkan orang Jerman. Kami sudah tahunan tidak bertemu.
Rombongan keluarga pakai uang negara?
Yang saya ketahui, semuanya pakai dana pribadi, termasuk sewa kendaraan transportasi seÂlama di Berlin. Tidak benar kami numpang gratis mobil KBRI.
Anggota DPR, termasuk Anda kepergok belanja di mall mewah, ini bagaimana?
Tidak masalah kalau ada foto lagi belanja. Tapi tidak benar kaÂlau disebut gila-gilaan. Saya hanya meluangkan waktu sebenÂtar sekali untuk membeli dasi merah-putih. Itu pun dengan uang pribadi saya dan tidak merugikan uang negara. Bagi saya, yang penting tidak ada penyimpangan uang negara. Di luar itu, kalau anggota punya keÂpenÂtingan lain itu uruÂsan masing-maÂsing.
Apa ya waktu sanÂtai sedikit seÂkali?
Sebagai ketua delegasi, saya langsung melihat rapat-rapat dengan KBRI maupun konterpart Jerman. AngÂgota Komisi I diÂsiÂplin, tekun dan responÂsif. SeÂÂtiap hari rapat dari pagi hingga sore. BahÂkan ada yang lanjut sampai maÂlam. Ini artinya, kami bekerja siang dan maÂlam, dan ada bukti-buktinya.
Anda tidak setuju dengan aksi PPI?
Sikap kritis penting bagi penguatan demokrasi walau akan lebih baik bila elemen PPI Berlin mau berdialog saat silaÂturahmi di KBRI.
Memangnya PPI menolak berdiskusi?
Hanya beberapa yang ikut sesi dialog sampai akhir. Harapan kami, usai menyampaikan protes, adik-adik tetap tinggal, berdialog dalam suasana demokratis. Tapi sangat disayangkan, adik-adik justru keluar ruangan pertemuan. Saya bukan menghakimi siapaÂpun karena kita masing-masing pasti punya cara dan pendapat yang berbeda. Tapi bukankah esensi demokrasi adalah silatuÂrahÂmi dan dialog.
Sebelum ke Jerman, benar mampir dulu ke Belanda?
Benar. Kami memenuhi undaÂngan Indonesian Migrant Worker Union didampingi Dubes IndoneÂsia di sana, Ibu Retno. Pekerja ilegal memohon perlindungan pemerintah RI karena banyak ditipu agen, kerja tanpa dokumen, masalah dokumen SPLP atau pengganti paspor dan sebagainya.
Ke Belanda tidak masuk agenÂÂda kunker, sejauhmana urÂgensinya?
Kami tidak jalan-jalan. Kami merasa perlu bantu nasib pekerja ilegal di Belanda. Kami telah mengirim surat ke KemenkumÂham agar segera menyelesaikan masalah tadi. Jangankan peratuÂran, UUD saja bisa kita amandeÂmen. Diharapkan dalam waktu dekat surat izin bekerja bisa diÂrubah menjadi paspor sebagai TKI di Belanda.
Maksud kunker ke Berlin itu apa sih?
Melaksanakan fungsi pengaÂwaÂsan DPR terhadap eksekutif serta menjajaki ke arah upaya pemÂbenÂtukan kemitraan antar Parlemen Indonesia dan Jerman. Kunjungan ini pun penting kaÂrena ikut memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jerman. Kedua negara seÂpakat untuk membentuk suatu keÂmitraan yang mencakup berbagai bidang kerja sama, termasuk keÂmitraan antar parlemen kedua negara.
Belum. Nanti setelah selesai semua agendanya, kami akan laporkan detil kepada publik. Saya hanya bisa menyampaikan beberapa hasilnya sementara selaku Ketua Delegasi.
Apa tujuan kunker tercaÂpai?
Saya kira ya. Kami mengunÂjungi pabrik tank Leopard, Krauss-Maffei-Wegmann GmbH & Co. KG. Second track diploÂmacy dengan Komisi Luar NeÂgeri dan Komisi Pertahanan, Parlemen, Kementerian Ekonomi dan TekÂnologi serta Kementerian Luar Negeri Jerman. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: