DARI bukit tempat matahari sembunyi Aku mendengar kata-katamu: “Bila kekuasaan sudah mengotori kehidupan, puisi akan membersihkannya…â€
Maka pada Subuh yang gaduh Aku tulis puisi tentang para bedebah itu Yang membangun istana kekuasaan Dari puing-puing kebohongan
Tapi jiwa dan hati mereka sudah membatu Yang di eksekutif terus memainkan kebijakan fiktif Yang di legislatif menjadikan anggaran barang mainan Yang di yudikatif membuat vonis menjadi bisnis
Puisi tak bisa lagi bisa mengeksekusi Karena mereka adalah para zombi Jasad mati yang digerakan birahi Tak berhati, tak berjiwa
Dari ladang tempat fajar mengejar mimpi Aku juga mendengar kisah yang sangar Tentang seorang ibu yang diusir warga desa Karena nyembah kejujuran yang sudah dianggap berhala
“Makanya, jangan terlalu jujur, anakku. Hidup kita jadi begini karena bapakmu terlalu jujur…!†Begitulah nasihat para orangtua di desa-desa kepada anaknya yang beranjak dewasa dan hendak pergi ke kota.
Puisi tak bisa lagi membersihkan kotoran kekuasaan yang dikendalikan para zombi, Jasad mati yang digerakan birahi dari kebohogan ke kebohongan.
BERITA TERKAIT: