RMOL. Pertikaian antara anggota Kostrad dengan anggota Brimob di Gorontalo diminta diselidiki secara tuntas. Yang bersalah harus mendapatkan hukuman.
“Untuk menggunakan senjata, nggak boleh langsung main tembak. Tapi harus ada standar operasi prosedurnya,’’ kata
Kepala Pusat Penerangan (KaÂpuspen) Mabes TNI, LakÂsamana Muda Iskandar Sitompul, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, kejadian itu bermula ketika satu regu Brimob berpatroli menggunakan mobil truk dan dilempari batu dan botol oleh orang yang tidak dikenal. KeÂmudian, Brimob tersebut meÂngejar namun tidak terÂtangkap.
Besoknya Brimob kembali melakukan sweeping di depan Kantor Brimob. Awalnya ada tiga motor lewat, lalu diberhentikan. Namun tiga motor itu tidak mau berhenti. Kemudian Brimob langÂÂsung melepaskan tembakan.
Iskandar Sitompul selanjutnya mengatakan, awalnya mereka tidak tahu identitas yang mengenÂdarai tiga motor itu. Setelah terÂkena tembakan dan motornya jatuh, ternyata yang ditembak anggota kostrad.
“Sangat disayangkan terjadi bentrok di lapangan di Gorontalo. Diharapkan semuanya berkepala dingin dan tidak boleh terprovoÂkasi atas keÂjaÂdian ini,†kata IsÂkanÂdar Sitompul kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Ada berapa korban yang terÂtembak?
Dalam bentrok tersebut, ada empat anggota Kostrad yakni Prada (Prajurit Dua) Apriadi, Prada Firman, Prada Tanris, dan Prada Tiflif menderita luka temÂbak di kaki dan paha. SeÂmenÂtara anggota TNI lainnya, Prada Adrian dan Prada Rahim terÂluka akibat sabetan senÂjata tajam di baÂgian pelipis dan lengan.
Sedangkan yang dalam kondisi kritis adalah Prada Firman. Yang lainnya terkena luka tembak dan masih di Gorontalo. Enam orang itu anggota Kostrad.
Yang sudah kami lakukan adalah Pangkostrad langsung mengecek ke lokasi. Bertemu dengan Kapolda serta Pangdam di sana.
Tentunya kami akan melakuÂkan peyelidikan dulu permasaÂlaÂhannya untuk mengetahui keÂjadian yang sebenarnya seperti apa. Mari tunggu pendalaman dan upaya penyidikan supaya jangan sampai meluas.
Apa sudah membentuk tim khusus?
Ya. Tim ini gabungan dari TNI dan Polri. Ada Pangdam, Kodam, Propam dan lainnya di sana. Mereka sudah berkoordinasi untuk menelusuri kejadian itu.
Saya berharap, kasus ini diÂseÂlidiki secara tuntas. Yang bersalah harus mendapatkan ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Untuk menggunakan senjata, nggak boleh langsung main tembak. Tapi harus ada standar operasi prosedurnya (SOP).
Kami sendiri perlu mengevaÂluasi. Alangkah baiknya bekerja itu sesuai dengan kerja prosedur. Jangan sampai melanggar SOP yang sudah ada.
Kenapa sering terjadi benÂtrok antara TNI dengan Polisi?
Harus diketahui juga bahwa baik anggota polisi maupun TNI adalah manusia biasa. SebenarÂnya, semuanya sudah dibekali agar tidak terjadi bentrok.
Jika masih terjadi bentrok, tenÂtuÂnya harus dimaklumi. NamaÂÂnya juga manusia biasa. Bagi siapa yang bersalah atas kejadian ini harus dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ada yang menilai karena adaÂnya kecemburuan TNI terhaÂdap Polri, komentar Anda?
Saya rasa nggak ada seperti itu. Itu adalah pendapat-penÂdaÂpat orang saja. Sementara, kami tidak ada merasa seperti itu. Semuanya harus jadi pelajaÂran. Kemudian dilakukan pemÂbenaÂhan. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: