RMOL. Polisi dinilai melakukan pembiaran terhadap geng motor. Padahal, keberadaan mereka sangat meresahkan masyarakat.
Makanya politisi, lembaga swadaya masyarakat, dan elemen masyarakat lainnya mengecam secara bertubi-tubi kepolisian yang dianggap tidak berhasil menuntaskan geng motor.
Menanggapi hal itu, sesepuh Polri Noegroho Djajoesman mengaÂtakan, seharusnya Polri menindak tegas tanpa pandang bulu. Apalagi kalau menimÂbulÂkan korban jiwa, badan, dan harta benda.
“Siapapun pelaku geng motor harus ditindak tanpa pandang bulu,’’ tegas Noegroho DjajoesÂman kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Indonesia Police Watch (IPW) melansir sekitar 60 orang tewas per tahun karena aksi geng motor, ini sangat menceÂkam sebelum kasus geng motor pita kuning, tanggapan Anda?
Saya rasa angka 60 orang itu bukan terjadi di Jakarta tapi di seÂluruh Indonesia. Janganlah mengÂÂgunakan istilah mencekam. Namun permasalahan ini pun jangan dianggap enteng, harus benar-benar tuntas. Jangan hanya bisa menangkap pelaku tanpa terungkap motivasi. Juga harus dapat diungkap siapa di balik aksi brutalisme ini.
Sepanjang berkumpul, berkeÂlomÂpok biasa saja tidak jadi soal. Tapi sebaliknya, kalau memiliki tendensi mengganggu keamanan dan kriminalitas, sudah barang tentu Polri harus menindak tegas tanpa pandang bulu. Apalagi kaÂlau menimbulkan korban jiwa, badan, dan harta benda.
Polri biasanya proaktif dan cenderung sukses ungkap kasus terorisme, tapi kok urusan geng motor jadi terkesan agak sulit ya, ada apa?
Saya rasa tidak ada kesan sulit. Lagipula, apa yang dilakukan keÂpolisian tentu tidak seluruhnya harus dipublikasikan kepada maÂsyarakat.
Perlukah kejahatan geng moÂtor dikategorikan teroÂrisme?
Ah itu terlalu berlebihan. SeÂbenarnya istilah geng motor ini dari dulu pun sudah ada. Namun mencuat karena terjadinya korÂban jiwa dan rasa ketakutan yang mencekam di lingkungan maÂsyarakat.
Gara-gara kasus geng motor pita kuning, Kapolda Metro Jaya dituntut mundur karena diÂÂnilai gagal memberi rasa aman kepada masyarakat, setujukah Anda?
Ya, nggak setujulah. Sebab, Polri pasti akan melakukan langÂkah-langkah yang tegas terhadap geng motor ini. Kita tunggu saja nanti.
Sebagai bekas Kapolda MeÂtro Jaya, bagaimana seharusÂnya menyelesaikan masalah geng motor ini?
Polri harus tetap berpegang kepada tiga fungsi yang melekat pada dirinya. Yaitu fungsi pemÂbinaan, preventif, dan represif, di samping fungsi pelayanan, perÂlindungan dan pengayoman. Seluruh elemen dan kegiatan maÂsyarakat senantiasa dapat tersenÂtuh dan termonitor. Untuk itu, Polri jangan hanya dekat dan membina kelompok tertentu saja. Kelompok-kelompok yang berÂpotensi mengganggu keamanan pun harus dirangkul dan dibina dengan tidak menghilangkan peÂnegakan hukum yang adil.
Kondisi terkini, paling mungÂkin mana, membina atau memÂbubarkan seluruh geng motor?
Kalau saya sih lebih utama adaÂlah pembinaan dan pencegahan. Sedangkan tindakan represif baru dilakukan bilamana perbuatan pidana itu telah atau akan terjadi.
Sejak aksi penyisiran gaÂbuÂngan yang dilakukan Polda Metro, Pomal, dan Garnisun, pihak Polda Metro menjamin Jakarta aman dari geng motor, apa Anda yakin?
Kalau Polda Metro menyamÂpaikan itu, ya kita sebagai anggota masyarakat harus ikut yakin. Tapi alangkah baiknya maÂsyarakat pun ikut aktif mengaÂmankan wilayah/lingkungannya masing-masing.
Bisakah Jakarta makin diÂseÂbut tidak aman lagi?
Parameter aman kan tidak haÂnya disebabkan oleh satu maÂsalah saja. Masih baÂnyak poÂtensi-poÂtensi gangÂguan keaÂmaÂnan lain yang perlu menÂdapat perhatian pihak kepolisian.
Kenapa ya Polri mesti meÂliÂbatkan TNI dalam penyelidiÂkan kasus geng motor ‘pita kuÂning’?
Mungkin karena ada keterÂkaiÂtan. Saya rasa koorÂdiÂnasi seperti ini adaÂlah hal yang wajar. ConÂÂtohnya, kalau ada keterliÂbaÂtan dari pihak TNI tentu penaÂnganan kasusnya pun harus dilaÂkukan oleh pihak POM atau Provost TNI.
Sekali lagi untuk penanganan kasus seperti ini harus dilakukan oleh pihak POM atau Provost kesatuan dari yang bersangkutan. Peran Polri di sini mendukung dan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyidikan.
Kontras minta urusan kamÂtibmas tidak melibatkan unsur militeristik, tanggapan Anda?
Ya memang harusnya begitu. Tapi tentunya tergantung dari kaÂsusnya itu sendiri.
Kasus geng motor pita kuÂning,’ mempertemukan’ Polri dan TNI, apa ada dugaan rekaÂyasa tertentu?
Justru saya balik bertanya, keÂnapa yang dimunculkan selalu kaÂsus geng motor pita kuning. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: