RMOL. Nyali Rieke Diah Pitaloka tidak ciut meski rumahnya dilempar bangkai anjing gara-gara vokal menolak rencana kenaikan harga BBM.
“Silakan saja saya terus diÂteror, tapi stop teror kenaikan harga kebutuhan pokok. Sebab, itu sangat memberatkan rakyat,’’ tegas anggota DPR,Rieke Diah Pitaloka, kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta.
Seperti diketahui, rumah Rieke Diah Pitaloka di Jalan Ahmad Dahlan 5, Kukusan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, Minggu (25/3) malam mendapat teror dari orang tidak dikenal. Teror terÂsebut berupa pelemparan bangkai anjing yang dilakukan dua orang tidak dikenal sekitar pukul 22.30 WIB di halaman rumahnya.
Hewan itu sebelumnya diÂpotong-potong dan dikeluarkan ususnya. Kemudian dikantongi plastik sebelum dilempar di peÂlataran rumah Rieke. Setelah aksi melempar bangkai, keduaÂnya langsung pergi mengendarai sepeda motor. Saat peristiwa terjadi, anggota Komisi IX DPR itu tidak berada di rumah.
Rieke Diah Pitaloka selanjutÂnya mengaku tetap vokal memÂperjuangkan nasib rakyat.
Berikut kutipan selengkapnya;
Dari pertama saya sudah meÂngetahui resiko menjadi politisi. Hal-hal seperti itu sudah saya antisipasi dalam hati saya. Yang penting sudah diserahkan ke pihak kepolisian. Sekarang saya kembali kerja lagi.
Bagaimana keluarga Anda melihat kejadian ini?
Suami saya sangat support, juga keluarga. Saya tenang saja.
Siapa kira-kira yang melemÂpar?
Saya kira ini terkait dengan vokalnya saya menolak rencana kenaikan harga BBM.
Yang dicurigai dari kelomÂpok mana?
Sudahlah, saya nggak mau miÂkirin itu. Buat saya teror yang paling mengerikan adalah keÂnaikan harga-harga kebutuhan. Cabe saja sudah Rp 40 ribu per kilogram. Begitu juga harga beras dan telor. Teror seperti ini harus diakhiri. Jangan sampai terulang lagi. Terlalu lama drama rencana kenaikan harga BBM ini.
Apa nyali Anda tidak ciut seÂtelah kejadian itu karena khaÂwatir bisa terjadi lebih keras lagi?
Nggak dong. Saya tetap vokal. Sebab, DPR itu kan parlemen. Parlemen itu kan parle. Parle itu kan bicara. Kalau DPR diam, dariÂÂÂmana publik bisa tahu meÂngenai kebijakan yang kita ambil.
Bagaimana keamanan ruÂmah Anda, apa diperketat?
Suami saya bilang sudah nggak apa-apa soal penjagaan di rumah, itu urusannya. Saya diminta mengurusi rumah rakyat, biar saya berÂpihak pada rakÂyat. Itu saya lakukan, suaÂmi saya suÂdah alhamdullilah.
O ya, keÂnaiÂkan harga BBM diÂtunÂda, apa koÂÂmentar Anda?
Saya suÂdah bilang, harga-harga kebutuÂhan pokok masyarakat sudah pada naik, ini menyedihÂkan. Ntar kalau BBM dinaikkan lagi, ya harga-harga kebutuhan naik lagi. Ini semua menyulitkan rakyat.
O ya, demo penolakan keÂnaiÂkan harga BBM dinilai anarÂkis, tanggapan Anda?
Nggak ada niat aktivis seperti itu. Cuma kalau terjadi di lapaÂngan seperti itu, ini adalah konÂsekuensi adanya pro dan kontra. Kalau dibilang anarkis terganÂtung dari sudut mana melihatnya. Bagi saya yang paling brutal dan anarkis adalah pemiskinan rakyat oleh kekuasaan.
Kalau kita mau melihat secara jujur, yang anarkis bukan hanya mahasiswa, tapi juga kepolisian. Sebab, mereka menyerang mahaÂsiswa dan memukulinya.
Saya kira itu adalah ekspresi frustasi sosial, karena aparat yang di lapangan merasa keluarga juga terkena dampak kenaikan harga kebutuhan pokok. Mereka juga hidupnya susah. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.