RMOL. Awalnya sikap Golkar abu-abu. Tidak jelas, mendukung atau menolak usulan pemerintah soal kenaikan BBM. Tapi sehari sebelum DPR memutuskan hal ini dalam rapat paripurna , Jumat (29/3) lalu, tiba-tiba saja Ketua Umum Aburizal Bakrie dengan tegas menolak usulan ini.
Kabarnya sikap ini dikeÂluarkan Ical, panggilan akrab AbuÂrizal, karena pernyataan KeÂtua Fraksi Demokrat Jafar HafÂsah. Jafar bilang, Golkar setuju BBM naik. Bahkan dalam perteÂmuan di Cikeas, kata Jafar, Ical malah menyarankan BBM naik Rp 2 ribu, menjadi Rp 6.500 per liter. Ini lebih besar dari usulan pemerintah yang hanya Rp 1.500.
Tapi Ketua Dewan Penasehat Golkar Akbar Tandjung memÂbanÂtah, penolakan disuarakan Golkar lantaran komentar Jafar. Kata Akbar, sikap ini sudah dipikirkan secara matang alias tidak ujug-ujug. Yang jelas, meski bersebeÂrangan dengan pemerintah, Akbar memastikan, Golkar tetap ingin berada di barisan koalisi.
Mungkin karena itulah Golkar akhirnya mau mendukung opsi kedua dalam voting rapat pariÂpurna. Yaitu menambahkan ayat 6a pada Pasal 7 UU APBN 2012 yang isinya memberi kesempatan pada pemerintah menyesuaikan harga BBM dengan syarat: selama 6 bulan ke depan harga minyak dunia mengalami keÂnaikan atau penurunan lebih dari 15 persen.
Berikut penuturan Akbar Tandjung kepada Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Alasannya, sebagai anggota koaÂlisi kita juga diberikan kesemÂpatan untuk menyampaikan pandangan-pandangan dan piÂkirannya. Alasan lain, karena Golkar harus memperhatikan aspiÂrasi rakyat. Apalagi dalam segi hitung-hitungan APBN kalau kenaikan minyak dunia itu di bawah 15 persen dari Indonesia Crude Price (ICP) masih bisa di-cover alias nggak perlu naik. Kalau diatas itu bisa dipahami kalau harga minyak itu dinaikan.
Dengan sikap ini, apa Golkar tiÂdak takut ditendang dari koaÂlisi?
Setiap tindakan atau langkah yang diambil oleh partai tentu ada konsekuensinya. Ini tentu harus diperhitungkan. Yang pasti, setiap anggota koalisi punya perbedaan sikap soal ini. Misalnya di menit-menit terÂakhir rapat paripurna DPR, PKB minta harga BBM bisa naik jika harga minyak dunia naik 17,5 persen dari ICP. SeÂdang Golkar dan PAN sama-sama ingin angka 15 persen dan DemoÂkrat 5 perÂsen. Artinya di antara anggota-anggota koalisi itu pun ada perÂbedaaan pendapat satu sama lain. Perbedaan itu ditolerir dan diÂperbolehkan.
Apa keputusan Ketua Umum Golkar tidak mendukung keÂnaiÂkan harga BBM sudah diraÂpatkan sebelumnya?
Ya tentu ada mekanismenya. Dan saya kira tentu pimpinan partai, Pak Aburizal Bakrie sudah membahas hal ini dengan Fraksi Golkar.
Sebelum Pak Ical menyataÂkan tidak mendukung kenaikan harga BBM, apa Anda sudah menÂdapat kabar sebelumnya?
Kan pada waktu itu masih terus dibahas, tetapi belum diÂcapai keÂputusan final. Ya bisa saja ada pendapat yang mengaÂrah pada menyetujui adanya keÂnaikkan, tapi yang menjadi final itu ya tentu ucapan Ketua Umum (Golkar). Memang saat hal ini dibahas di Banggar DPR, seÂolah-olah semua anggota koalisi setuju, termasuk Golkar. Tetapi kan dalam politik perÂkemÂbaÂngan-perkembangan eksternal dijadiÂkan pertimÂbangan.
Apa sikap penolakan Golkar ini bisa dikatakan sama dengan menyatakan diri keluar dari bariÂsan koalisi?
Tentu tidak ada niat untuk keluar dari koalisi, karena dalam koalisi juga dibolehkan memÂpunyai pendapat-pendapat beda. Yang penting pendapat itu meÂmiÂliki dasar yang kuat. Kalau meÂmang ada opsi yang lebih baik, kenapa tidak.
Bukankan ini tanda koalisi retak?
Tentu tidak karena sekali lagi saya bilang, dalam koalisi diÂmungkinkan untuk berbeda pendapat.
Ada yang bilang, pernyataan Pak Ical hanya sekadar cari simÂpati rakyat?
Ada dua hal yang saya mau katakan, Golkar itu ingin selalu berusaha menyuarakan aspirasi rakyat. Tapi Golkar juga meÂmaÂhami perhitungan-perhituÂngan anggaran dan masalah-masalah detail, dan sejauh anggaran maÂsih bisa disesuaiÂkan untuk tidak meÂnaikan BBM maka itulah posisi Golkar. Artinya Golkar tetap memÂperhatikan keinginan untuk menaikan BBM, tetapi Golkar juga punya kepentingan untuk mengakomodasi keingiÂnan rakÂyat yang tidak mengÂhenÂdaki adaÂnya kenaikan. Kalau dari hituÂngan anggaran sudah berat untuk tidak menaikkan BBM, maka disitulah Golkar akan menyetujui kenaikan harga.
Menurut Anda, apa yang meÂnyebabkan kebijakan pemerinÂtah menaikkan BBM tidak diÂdukung rakyat?
Menurut saya pemerintah kuÂrang memiliki komunikasi politik yang baik, sehingga masyarakat tidak mengetahui secara persis alasan utama terjadinya kenaikan. Kalau ada komunikasi yang baik mungkin masyarakat akan bisa lebih memahami.
Itu saya lihat tergantung keÂpada kemampuan pemerintah memberikan penjelasan kepada masyarakat. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: