Dalam pidatonya di Mukernas PKS, di Medan, Selasa (27/3), PreÂsiden PKS, Lutfi Hasan IsÂhaaq menyatakan siap berÂseÂbeÂrangan dengan pemerintah jika pemerintah tetap menaikkan harÂga BBM. Kita akan tampil berÂsama rakyat jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM,†jelas Luthfi.
Politisi Demokrat gemes meÂlihat tingkah polah PKS dalam koalisi. Anak buah Presiden SBY ini inginnya PKS memiliki jelas kelamin, sebagai oposisi atau koalisi. Kalau mau berÂkoaÂlisi, ya dukung pemerintah. Kalau mau oposisi, ya silakan hengÂkang dari koalisi, tarik juga tiga kader PKS yang ada di kabinet, yaitu MenÂkomÂinfo TiÂfatul Sembiring, MenÂteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dan Menteri Pertanian Suswono.
Dikritik Demokrat, politisi PKS merasa benar. Merasa tak ada yang salah, karena yang dilaÂkukan PKS, klaimnya, sudah seÂsuai dengan kontrak politik antara PKS dengan SBY.
Demokrat yang gemes, seÂmentara PKS yang merasa tak salah, akan tergambar dari perÂnyataan kedua poliÂtisi beÂrikut ini:
Saya kaget dengan sikap PKS yang meÂnolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dengan berbagai caÂtatan. Ingat, PKS ini bukanlah partai penÂdukung melainkan partai pemeÂrinÂtah, karena selama ini ikut pemerintah dan menempatkan kadernya menjadi menÂteri. Anggota Setgab lainnya meÂrasa teraniaya juga melihat sikap PKS seperti ini. Bisa saja mereka kecewa dengan PKS dan mau nggak mau terÂpaksa dikeluarkan. Tapi kita lihat nanti saja posisinya bagaimana.
Harusna PKS gimana?
Kalau mereka masih menjadi partai pemerintah dan sebagai anggota SetÂgab, maka hormatilah. Kalau mereka seperti ini terus, kita permasalahkan teÂrus nanti. Sekarang begini. Kalau parÂtai oposisi itu kan sudah jelas siÂkapÂnya. Sedangkan mereka ini oposisi santun. Artinya di luar kita dihajar dan di dalam kita dikerjain. Tapi mudah-muÂdahan mereka mengerti.
Misalnya?
Kita akan surati Pak SBY, meminta kepada Pak SBY mempertimbangkan poÂsisi PKS.
Anda yakin PKS bakal berseberangan terkait harga BBM?
Memang, baru orang-perÂorang saja yang ngoÂmong di meÂdia atas peÂnolakan keÂnaikan harÂga BBM subÂsidi. TeÂtapi kita suÂdah bisa baca nuansa partai masing-masing.
Anda menilai PKS plinplan?
Bukan soal plinplan. Dari dulu jika partai yang lain setuju, maka PKS pun setuju tetapi dengan catatan-catatan, bahkan terkadang mereka bilang tidak. Dari dulu saya sudah pelajari, jadi kita nggak begitu kaget, tetapi sikap PKS meÂngenai kenaikan harga BBM berÂbeda.
Jadi, PKS itu jangan jadi partai koaÂlisi yang basa-basi. Artinya, basanya mau tetapi basinya tidak mau atau koalisi ikan teri, mau menerima tapi nggak mau memberi. Ini kan penting.
Jika PKS akhirnya benar-benar memutuskan menolak kenaikan harga BBM subsidi, akankah menÂÂteri dari PKS ini direshuffle?
Itu kan namanya dampak atas peÂnolakan ini. Kalau nanti anggota setÂgab lainnya meminta, bisa saja diganti menteri asal PKS ini. Tapi itu kan damÂpaknya. Kita lihat saja dulu, keÂmungkinan ada terjadi lobi-lobi terus sampai tanggal 30 Maret ini.
Anda menyayangkan sikap PKS sebagai partai koalisi yang menenÂtang kebijakan pemerintah?
Saya rasa, berprilakulah seperti setÂgab lainnya. Jangan menggiring orang untuk melawan pemerintah. Kita anjurkan PKS ini seiring dengan setgab.
Sepertinya, Anda yakin sikap PKS akan berubah?
Yakin itu selalu ada, itu namanya optimis. Satu menit saja sikap orang bisa berubah. Karena itu, mudah-muÂdahan mereka konsisten untuk meÂmÂbela pemerintah, kan mereka ikut pemerintah.
Apa sih untungnya menaikkan harga BBM subsidi?
Jadi begini. Jika seandainya APBN kita hingga berdarah-darah dan kemudian dunia global melihat bahwa Indonesia tidak pantas lagi sebagai tempat berinvestasi karena ekonoÂmiÂnya tidak sehat, maka investor akan lari dan membangun investasinya di neÂgara lain yang lebih aman.
Perlu diketahui, kalau menaikkan harga BBM bersubsidi, kita mengÂheÂmat subsidi sekitar Rp 40 triliun dan akan dikembalikan lagi ke masyarakat dengan cara membangun infrastruktur, transportasi, memberikan pupuk yang murah kepada petani.
Bukankah harga sembako akan naik jika harga BBM sibsidi naik?
Pengurangan subsidi ini ada juga proÂgram BLSM (Bantuan Langsung SeÂmentara Masyarakat). Jadi, jika seÂbeÂlumÂnya ada warga yang tidak mamÂpu memÂbeli beras gara-gara kenaikan harga BBM maka ditopanglah dengan BLSM sebesar Rp 150 ribu per bulan seÂlama 9 bulan.
Apakah akan berhasil program tersebut?
Hal semacam ini pernah dilakukan peÂmerintah pada tahun 2008 dan sukses. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: