RMOL. Atasi Demo, Perlukah TNI Diterjunkan?
Menghadapi aksi demo anti-kenaikan harga BBM di Jakarta, sedikitnya 30 ribu apaÂrat gabungan TNI/Polri disiagaÂkan. Meski Mabes Polri meÂmastiÂkan, pelibatan TNI hanya untuk mem-back up dan menÂjaga objek-objek vital seperti Istana Negara, Gedung DPR dan Pertamina, tetap saja ada keÂkhawatiran TNI kembali reÂfresif menghadapi demonstran.
“Semua kendali ada di bawah kepolisian,†kata Kepala BiÂdang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, kemarin.
Sebelumnya, Menko PolhuÂkam Djoko Suyanto menegasÂkan, keterlibatan TNI dalam pengamanan demo BBM sifatÂnya hanya untuk membantu Polri. TNI akan bergerak jika memang dibutuhkan. “TNI diÂgunakan atas permintaan Polri, in time of crisis and in time of needed,†ujar Djoko.
Kendati demikian, pengeraÂhan personel TNI tersebut meÂnuai pro-kontra. Mulai dari siapa yang layak memberi izin TNI keluar barak, sampai munÂculnya kekhawatiran tragedi Semanggi I dan II kembali teÂrulang jika TNI dihadap-hadapÂkan dengan rakyat yang berÂjuang melawan kebijakan peÂmeÂrintah. Wakil Ketua Komisi I DPR dari Demokrat, Hayono Isman dan Wakil Ketua Komisi I DPR dari PDIP, Tubagus HaÂsanuddin, memberi penjelasan berbeda terkait persoalan ini. Berikut kutipannya:
Pengerahan TNI atasai demo memang sepenuhnya perintah Presiden?
Yang betul adalah apabila itu permintaan dari polri secara resmi maka itu sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan tentunya polri punya pertimÂbangan mengapa meminta TNI untuk stand by. Karena ada dugaan atau perkiraan bahwa demo ini berpotensi meningkat menjadi suatu kerusuhan yang bersifat massif, oleh karena itu harus dilakukan langkah-langÂkah pengamanan yang diperluÂkan. Salah satunya, sesuai undang-undang apabila diminta oleh polri maka TNI menyiapkan diri untuk membantu. Tetapi tetap lead-nya adalah polri.
Kita lihat pengalaman negara kita sendiri, kemudian pengalaÂman negara-negara lain. Seperti kerusuhan rasial di California, dimana negara akhirnya menuÂrunkan TNI-nya yang disebut garda nasional untuk meredam kerusuhan rasial yang berkakhir dengan penjarahan massal. Jadi saya pikir tidak salah kalau polisi mengantisipasi.
Artinya, kalau demonya aman-aman saja nggak perlu terjunkan TNI?
Kalau demonya damai aman tertib, ya tentara tidak harus tuÂrun, tapi kalau demonya sudah mulai mengarah pada penjaraÂhan, kerusakan massif ya tentuÂnya polisi harus dibantu TNI. Kalau demonya damai jangan dong TNI turun, buat apa. Tapi kalau dia bersiap-siap di batas-batas yang tidak kelihatan di publik, untuk mengantisipasi itu diperbolehkan. Karena kita menÂcoba mencegah tindakan penjaÂrahan dan pembakaran yang belum tentu dapat dihadapi oleh kekuatan polisi. Tapi saya pikir tetap polisi yang di depan.
Sebagian anggota DPR mengÂÂganggap pengerahan TNI hadapi demo anti-kenaikan harga BBM menyalahi undang-undang?
Saya sebagai anggota DPR, wakil ketua komisi I, tidak memÂpermasalahkan hal itu, selama itu tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Dimana undang-undang mengaÂtaÂkan, selama itu diminta Polri, maka TNI diperbolehkan memÂbantu dalam sistuasi kritis.
Jadi, tidak perlu izin DPR?
Menurut undang-undang, seÂlama itu permintaan Kapolri, nggak apa-apa. Saya berani berÂhadapan dengan siapa saja yang mengatakan itu melanggar undang-undang. Saya memang memÂbaca komentar Pak TubaÂgus, mudah-mudahan pak TubaÂgus keliru ya. Menurut saya, sih itu tidak dilarang, selama ini perÂmintaan Polri undang-undangÂnya mengatakan seperti itu.
Wamehan sempat bilang, peÂngerahan TNI atas permintaan Presiden...
Bukan, itu salah, kalau meÂmang pak Wamenhan mengaÂtakan seperti itu, maka itu saya koreksi, itu keliru. Yang benar, itu (pengerahan TNI) perminÂtaanÂnya kapolri. Tapi, kapolri-kan juga bawahannya presiden, jadi sebetulnya juga tidak salah. Tetapi, kalau langsung mengataÂkan itu permintaanya SBY, itu tidak benar. Cukup dengan KaÂpolri itu sudah bisa dipenuhi.
Ada trauma, ketika TNI berÂhadapan dengan demo akan terÂjadi kasus Semanggi I dan II seperti di era Orde Baru. BaÂgaiÂmana komentar Anda?
Saya pikir tidak, karena situaÂsinya berbeda dengan Orde Baru. Sekarang ini, kita di era demoÂkrasi, karena itu TNI di zaman Orba berbeda dengan TNI di zaman reformasi. Apa lagi SBY kan sampai 2014, kalau yang lalu kan Pak Soeharto ingin memperÂtahankan kekuasaanya, kalau saat ini mau mempertahankan keÂkuasaan siapa? SBY juga tuÂrun di 2014. Dari situ saja sudah ada perbedaan prinsip.
Ini semata-mata untuk menÂcegah jangan sampai terjadi keÂrusuhan yang menjarah dan meÂruÂsak yang berawal dari demo.
Selama ini kan TNI tidak diÂlatih menghadapi demo, bagaiÂmana jika mereka terpancing emosi saat menghadapi deÂmonsÂtran?
Saya percaya ini sudah disiapÂkan dengan baik oleh polisi dan TNI. Jadi, di awal TNI tidak akan turun. Tetapi jika sudah terjadi penjarahan, pembakaran, tentuÂnya itu sudah pada tindakan kriÂminal dan pidana berat, maka TNI diturunkan. Tetapi kita haÂrapkan itu tidak terjadi.
Bisa saja polisi tidak cukup, sehingga TNI diperlukan. KaÂrena bisa saja orang-orang yang tidak bertanggung jawab masuk ke dalam demo yang bersifat damai, agar demo ini menjadi demo yang sifatnya menimbulÂkan kekerasan yang berakhir dengan menjarah dan sebaÂgainya.
Apakah keputusan menuÂrunÂkan TNI ini tidak takut akan membuat SBY di cap meÂniru gaya orba?
Jauh lah, SBY kan tidak akan maju lagi jadi capres 2014. Ini kan terkait masalah global yang perlu diantisipasi, yaitu kenaikan minyak yang demikian dahsyat. Yang kalau tidak diantisipasi kita akan keliru.
Kita lihat negara-negara teÂtangga, harga bensin sudah di atas kita, mereka sudah sampai Rp 10 ribu rupiah, kita baru akan naik Rp 6 ribu sudah menjadi soal. Boleh beda pendapat, tapi jangan menjadi kerusuhan dan rakyat mesti cerdas melihat situasi di negara sekitar. Rakyat negara tetangga tidak mengeluh, karena mereka sadar, ini masalah global yang tidak bisa dihindari. Diturunkannya TNI semata-mata untuk urusan keamanan negara, bukan keamanan para elite, terÂmasuk Presiden SBY, jadi tidak ada kepentingannya. Kecuali kalau SBY mau maju 2014, baru itu akan saya lawan. Jadi boleh kritis, tetapi jangan ditumpangi kepentingan-kepentingan yang tidak demokratis.
Maksud Anda?
Di dalam unsur-unsur demo ada orang-orang yang tidak deÂmokratis, karena ingin menjatuhÂkan seseorang tanpa melalui pemilu. Isu BBM dimanfaatkan untuk menjatuhkan pemerintaÂhan di tengah jalan, apa jaminanÂnya nanti? Nanti pengganti SBY di tengah jalan bisa dijatuhkan juga di tengah jalan, kalau terus begitu kapan berakhirnya? SuÂdah cukuplah kita menghadapi masa kegelapan saat lengsernya pak Soeharto, kondisi bangsa hampir terpecah belah, ekonomi ambruk. Apa kita ingin nanti ekonomi ambruk lagi?. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: