Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Mardigu Wowiek Prasantyo: 30-50 Teroris Lagi Masih Berkeliaran

Jumat, 23 Maret 2012, 08:35 WIB
Mardigu Wowiek Prasantyo: 30-50 Teroris Lagi Masih Berkeliaran
Mardigu Wowiek Prasantyo

RMOL. Terorisme di Tanah Air belum mati total. Buktinya, Detasemen Khusus Antiteror atau Densus 88 kembali menangkap orang-orang yang diduga sebagai teroris. Minggu (18/3), polisi menembak mati lima anggota yang diduga jaringan teroris di Bali. Kepolisian mengamankan barang bukti senjata api jenis FN dari lokasi kejadian.

5 Pria terduga jaringan teroris yang tewas ditembak di Bali di­tengarai hendak melakukan pe­ram­pokan di PT Bali Money Changer Jl Sriwijaya Kuta dan Toko emas Jl Uluwatu Jimbaran. Para pelaku adalah kelompok gabungan terkait DPO CIMB Medan. 5 Pelaku yang tewas yakni HN (32) asal Bandung yang merupakan buron peram­pokan CIMB Medan, AG (30) warga Jimbaran. Keduanya diser­gap di kawasan Gunung Soputan sementara 3 Orang lainnya yakni UH alias Kapten, Dd (27) asal Bandung, dan M alias Abu Hanif (30) asal Makasar mereka di­sergap di kawasan Jl Danau Poso.

Kemarin, Densus 88 juga mengamankan seorang terduga teroris berinisial C (43). Terduga teroris itu diamankan dari sebuah toko pulsa dan handphone di ka­wasan di Jl Raya Angkrek, Ke­lurahan Situ, Kecamatan Sume­dang Utara, Kabupaten Sume­dang, Jawa Barat.

Aoakah dua kejadian ini mem­buktikan teroris di Tanah Air masih akan terus hidup dan mem­bangun jaringan kuat? Pengamat teroris Mardigu Wowiek Pra­santyo meprediksi, pada tahun 2014 saat pemimpin negara ini sudah diganti, tidak akan ada lagi aksi teroris di negeri ini.

“Saya yakin ngga ada lagi saat presidennya baru pada tahun 2014. Saya mengetahui rumus­nya, tapi saya tidak menjelaskan sekarang. Nanti saja saya jelas­kannya, tidak sekarang,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, tertembak lima orang yang diduga teroris di Bali beberapa waktu lalu yang dila­kukan oleh pihak kepolisian hanya untuk pencitraan saja. Me­nurutnya, pencitraan pemerintah atas tertembaknya lima teroris ini tidaklah tepat.

Selain itu, lanjut dia, penye­rangan terhadap kelompok yang diduga teroris di Bali, kuat terin­dikasi sebagai upaya pengalihan isu. Karena waktunya berdekatan dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) atau yang lain­nya. Sehingga, terkesan buru-buru, tanpa ada rencana matang.

Kenapa Anda menilai seperti itu?

Saya rasa harus dilihat dari pengalaman sebelumnya. Misal­nya saja saat penyergapan teroris di Pondok Kopi April tahun lalu, Densus 88 sudah merencana­kan­nya dengan matang. Karena pengintaiannya pun hingga bebe­rapa bulan.

Nah, kalau yang kemarin baru dapat info, Densus 88 langsung bergerak dan menyergap. Jadi tidak seperti biasanya kan. Alasan yang dikemukakan polisi tidak kuat untuk menjustifikasi urgensi penyergapan tersebut.


Polisi bilang, lima orang yang tertembak ini akan melakukan perampokan...

Memang polisi bilang bahwa mereka akan merampok. Tetapi kan itu memang standard opera­tion procedure teroris dalam men­cari dana. Seharusnya ada yang ditangkap hidup-hidup, sehingga bisa digunakan untuk mengem­bangkan penyelidikan.


Sebenarnya ada berapa daf­tar pencarian orang terkait teroris?

Tidak terlalu banyak, hanya sekitar 30 sampai 50 DPO saja. Semua DPO itu memang tergo­long teroris karena memiliki seja­rah yakni pernah ikut dengan Abu Thalut (terpidana teroris yang diduga berperan sebagai pencari dana kelompok Aceh) atau Abdullah Sunata.


Anda bilang tidak akan ada lagi teroris pada tahun 2014, tapi bagaimana dengan 30-50 teroris yang Anda sebutkan tadi?

Kalau mengenai 2014 sudah tidak ada lagi teroris, saya yakin. Saya juga megakui, para teroris ini bisa menyusun kekuatan lagi meskipun masih terbilang junior, karena usianya sekitar 25 tahun.


Kenapa bisa seperti itu?

Ya, karena mereka yang junior ini memiliki mentor-mentor tangguh seperti Abu Thalut atau Abdullah Sunata. Inilah yang men­­jadi kekuatan mereka dan tinggal inilah yang disebut teroris.


Sebenarnya yang tergolong teroris itu seperti apa?

Yang dikatakan teroris ini ada­lah mereka yang berakar dari internasional atau ada hubungan­nya dengan Al-Qaeda atau ja­maah islamiyah atau juga ada kaitannya dengan Abu Bakar Ba’syir.

Jika di luar itu, saya rasa hanya gerakan pengacau keamanan saja. Misalnya kejadian bom sepeda onthel di Bekasi. Kalau itu dibilang teroris, saya bilang itu terlalu lebay.


Apa yang diinginkan teroris itu?

Jadi begini. Perjuangan mereka ini untuk jangka panjang dengan menegakkan islam kaffah ala Timur Tengah. Jadi kalau ada teroris yang tidak ada hubungan­nya dengan Timur Tengah, saya tidak menganggapnya teroris.

Jadi, 50 DPO inilah yang meng­halalkan darah atau dengan cara kekerasan. Mereka juga selalu menyangkal jika disebut telah didoktrin. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA