Peneliti CSIS: Politisi Sekarang Lebih Instan dan Getol Pencitraan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 25 Februari 2012, 10:32 WIB
Peneliti CSIS: Politisi Sekarang Lebih Instan dan Getol Pencitraan
Philips Vermonte/ist
RMOL. Politik di Indonesia sejak berlangsung Pemilu 1999, terutama pada Pemilu 2004 ketika pemilu langsung diadopsi, maka figur politisi amat menentukan dan presidensialisasi politik terjadi.

"Di zaman ini, hampir semua negara alami hal serupa karena presiden jadi sentral," kata peneliti politik CSIS, Philips Vermonte, saat mengisi diskusi Sindo Radio bertajuk "Parpol Menuju Titik Nadir" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (25/2).

Fenomena kedua di era ini adalah kebebasan media massa dan jumlah media massa yang berjubel. Sehingga mungkin juga individu yang mencalonkan diri sebagai anggota Dewan ataupun pasangan Presiden dan Wapres, lebih mementingkan pencitraan media massa daripada kerja politik yang panjang.

Menurut kalangan politisi yang demikian, pencitraan lewat media lebih tepat sasaran dan jauh menjangkau konstituen.

"Jadi mekanisme serba instan dan lebih penting dicitrakan baik. Jadi pengetahuan pemilih relatif terbatas, apa yang disampaikan media massa itu paling cepat diserap," terangnya.

Hal serupa menimpa Partai Demokrat belakangan ini dimana media massa yang bebas membeberkan betapa banyak kasus korupsi di tubuh Demokrat. Dan hal itu juga dialami parpol lainnya.

"Seperti Partai Demokrat dan lainnya, jadi penurunan citra parpol itu lebih karena media," terangnya.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA