Proyek Mobnas Sukses Kalau Pemerintah Berani Melawan Asing

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Rabu, 25 Januari 2012, 20:29 WIB
Proyek Mobnas Sukses Kalau Pemerintah Berani Melawan Asing
ilustrasi/ist
RMOL. Pemerintah harus berani melawan tekanan, intervensi dan berbagai siasat yang dilakukan oleh principal dan agen tunggal pemegang merk (ATPM), untuk mewujudkan suksesnya proyek mobil nasional (Mobnas).

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Erik Satrya Wardhana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) mengenai proyek Mobnas dengan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementrian Perindustrian RI, Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementrian BUMN RI, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Walikota Surakarta, Direktur Pembinaan SMK Kementrian Pendidikan Nasional, Asosiasi Industri Otomotif Nusantara, dan PT INKA, di gedung Nusantara I DPR RI, hari ini (Rabu, 25/1).

Menurut Erik, Kementrian Perindustrian sendiri dalam paparannya di RDP, sudah  mengakui bahwa salah satu hambatan pengembangan Mobnas adalah kuatnya resistensi dari perusahaan multinasional dengan pemegang merk global yang selama ini menguasai pasar domestik. Jadi, faktor determinan kegagalan program Mobnas apabila dilaksanakan, bukan karena ketidakmampuan kapasitas summer daya nasional, akan tetapi faktor kemauan (will) dan keberanian pemerintah menghalau tekanan prinsipal dan ATPM.

"Selanjutnya, tinggal bagaimana pemerintah menyiapkan kebijakan di bidang industri otomotif dengan memberikan insentif dan perlindungan, termasuk tidak mengobral ijin bagi masuknya produk dengan spesifikasi yang dapat diproduksi oleh anak bangsa," tukas Erik yang juga mengapresiasi karya SMK yang dapat menggugah semangat publik untuk mengembangkan program Mobnas ini.

Bila ukuran kemandirian industri otomotif dilihat dari keberadaan pabrik, lanjut Erik, Indonesia boleh berbangga karena berbagai merek kendaraan ternama dunia telah mendirikan pabrik manufaktur dan atau perakitan di tanah air.  

"Namun bila diukur dari sisi penguasaan teknologi dan keleluasaan inovasi, realitas saat ini menunjukkan bahwa industri otomotif yang ada saat ini dikendalikan oleh tiga penguasa pasar otomotif dunia yaitu Jepang, Eropa, dan Amerika," tukasnya.

Raksasa otomotif Jepang, seperti Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Isuzu, dan Daihatsu, tambah Erik, merupakan lima besar industri otomotif Indonesia yang saat ini menikmati keuntungan atas besarnya pasar domestik. Pasar mobil di dalam negeri sepanjang 2011 membukukan rekor penjualan tertinggi mencapai 893.420 unit (wholesale), tumbuh 16,83 persen dibandingkan dengan 2010 sebanyak 764.710 unit. Berdasarkan data tentatif dari ATPM anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), rekor sepanjang tahun lalu tercipta karena penjualan pada Desember 2011 yang tercatat sebanyak 79.921 unit atau tumbuh 18,12 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya 67.656 unit.

Maleo, Timor, Texmaco telah gagal sebagai proyek nasional. Dalam kesempatan ini, kita tidak mau Esemka juga ikut gagal.

"Masalahnya, sudah terjawab dari Dirjend tadi, dimana hambatan yang paling besar adalah resistensi dari perusahaan multi nasional dengan merk global yang selama ini telah menguasai pasar. Tanpa keberanian, lebih baik kita tutup buku pembahasan mengenai Mobnas ini," tutup Erik. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA