WAWANCARA

Akbar Tandjung: Usulan Amien Soal Usia Capres Mungkin Ada Unsur Politisnya

Selasa, 20 Desember 2011, 08:41 WIB
Akbar Tandjung: Usulan Amien Soal Usia Capres Mungkin Ada Unsur Politisnya
Akbar Tandjung
RMOL.Usia bukan persoalan substansial dalam pencalonan presiden 2014. Yang paling utama, tokoh itu bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik.

“Banyak pemimpin negara yang sudah tua, tapi sukses mem­perbaiki kondisi rakyatnya. Saya kira tidak pas membatasi usia  untuk calon presiden (capres),’’ ungkap Ketua Dewan Pertim­bangan Partai Golkar, Akbar Tan­djung, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Gagasan pembatasan usia ca­lon presiden 2014 dikemuka­kan  Amien Rais. Bekas ketua MPR itu mengusulkan, capres dan wa­pres sebaiknya berusia 45-55 tahun.

Amien juga menyebutkan, ca­pres dan cawapres jangan usianya terlalu muda. Itu kurang baik. Sebab, kurang matang.

Akbar Tandjung selanjutnya mengatakan, dalam sistem de­mo­krasi yang dianut Indonesia, se­seorang tidak boleh mengha­langi untuk maju menjadi capres.

“Ukurannya jelas, penerimaan masyarakat terhadap calon terse­but. Kemudian ada partai yang mendukung karena calon itu di­anggap memiliki kemampuan, pengalaman, dan visi yang ba­gus,” papar bekas Ketua Umum Partai Golkar itu.

Berikut kutipan selengkapnya:

Bukankah kalau terlalu tua kurang progesif lagi?

Orang terjun ke politik karena me­rasa terpanggil un­tuk me­nyum­bang­­kan suatu gaga­san dan pikiran demi ke­pentingan masya­rakat, bangsa, dan negara.

Di dalam politik tidak ada pem­bata­san usia untuk menyumbang­kan gagasan dan pikiran tersebut. Apalagi untuk capres dan cawa­pres yang me­nen­tukan adalah publik. Bila pu­blik merasa calon tersebut masih cocok, tepat, dan bisa diharap­kan, kenapa tidak.

Tentu calon yang muda lebih segar kan?

Kita tidak bisa menilai seo­rang dari segi usianya. Bila seo­rang tidak mau maju dalam pil­pres, itu tidak masalah. Tapi jangan meng­halangi seseorang men­jadi capres dan cawapres karena usia terlalu tua.

Mega, Wiranto, Anda, dan Amien dinilai tidak pas lagi men­­­jadi capres, komentarnya?

Ya, kalau Pak Amien Rais tidak mau maju lagi, ya silakan. Itu hak masing-masing orang. Kalau ada orang yang masih ingin maju lagi dan partai masih men­dukung, biarlah pu­blik yang memu­tuskan, apakah orang itu didukung atau tidak.

Ada muatan po­litis dalam ga­ga­san itu?

Saya tidak tahu. Tapi mungkin saja ada muatan poli­tis­nya. Kata­kanlah PAN sudah punya calon presiden, yaitu Hatta Rajasa. De­ngan demikian Pak Amien tidak bisa maju lagi. Itu kan aturan di PAN. Tapi Pak Amien tidak bisa melarang orang menjadi capres.

Apa PAN khawatir kalau to­koh tua itu maju, bisa mengan­cam pencalonan Hatta Rajasa?

Pernyataan Pak Amien itu me­ru­pa­kan strategi poli­tik. Namun ga­ga­san itu tidak bisa diterapkan dalam politik.

Anda ingin maju di Pil­­pres 2014?

Partai Golkar sudah menetap­kan Pak Ical sebagai capres me­lalui Rapimnas yang merupakan pengambilan keputusan ter­tinggi.

Dulu sih kita pernah melaku­kan konvensi, tapi kelihatannya Ical kurang cocok dengan sistem itu. Kalau kita ingin membangun sistem yang demokratis, seha­rus­­nya sistemnya terbuka.

Isunya dukungan internal ter­hadap Anda masih kuat?

Saya tidak bisa menilai se­jauh­­mana ada dukungan itu. Bisa saja ada yang mengatakan itu, tapi kan kita sulit meni­lai­nya. Kecuali ka­lau dilakukan secara demokratis. Nanti akan terlihat apakah ada dukungan atau tidak kepada saya.

Saya ingin menekankan, itu kan prinsip demokrasi yang ingin dibangun dari reformasi politik kita. Mengusung adanya demo­krasi dalam berpolitik, melalui keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA