Menakar Daya Tahan UMKM Terhadap Gempuran Krisis Eropa
Oleh: Bandoe Widiarto*
Minggu, 20 November 2011, 10:57 WIB
Bandoe Widiarto
RMOL. “Do the best and Keep on fighting for the better Indonesia SME “. Setiap kali krisis global melanda salah satu belahan dunia, pertanyaan yang kerap muncul adalah seberapa kuatkah perekonomian nasional dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu bertahan dari gempuran tersebut? Tidak terkecuali ketika tahun ini Yunani dan beberapa negara Eropa sedang dilanda krisis utang, pertanyaan tersebut kembali mengemuka di berbagai ruang publik di seantero negeri.
Terkait dengan dampak krisis di atas saat ini terdapat dua pandangan atau skenario. Pandangan pertama berpendapat bahwa krisis yang saat ini terjadi diperkirakan tidak akan terlampau berdampak pada perekonomian di Indonesia dengan alasan adalah ekspor dengan tujuan negara-negara Eropa tidak terlampau besar, porsi terbesar tujuan ekspor Indonesia adalah China, sementara itu skenario kedua berpendapat bahwa China telah menjadikan Eropa sebagai salah satu tujuan ekspor, sehingga apabila perekonomian China terganggu akibat krisis Eropa tentu akan berdampak juga pada kinerja perekonomian di Indonesia. Timbulah suatu pernyataan sejauh mana peluang pelaku UMKM mampu bertahan terhadap gempuran krisis Eropa saat ini?
Kondisi Perekonomian Nasional
Sesuai data publikasi Bank Indonesia (Tinjauan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia, September 2011 ) dikonfirmasi bahwa secara umum kinerja perekonomian nasional menunjukan ketahanan yang baik di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapai 6,6%. Neraca Pembayaran Indonesia pada posisi yang sama diprakirakan akan tetap surplus. Nilai tukar rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas ke level Rp.8.525 per dollar AS pada Agustus 2011. Tekanan inflasi masih terkendali, dengan inflasi IHK pada bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 0,93 % ( mtm ) atau 4,79 % ( yoy).
Melihat perkembangan inflasi ke depan, inflasi IHK hingga akhir tahun 2011 diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Sejalan dengan itu, stabilitas perbankan juga dikonfirmasi masih tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik, sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal ( Capital Adequacy ratio -CAR ) yang berada jauh di atas minimum 8% dan rendahnya rasio kredit kredit bermasalah ( Non Performance Loan-NPL ) gross dibawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit hingga akhir Agustur 2011 mencapai 24,2 % ( yoy ) yang sebagian besar disalurkan untuk pembiayaan kegiatan perekonomian yang produktif.
Peran dan Keragaan UMKM Sebagaimana diketahui bahwa UMKM merupakan salah satu player yang memiliki peranan/kontribusi yang sangat strategis dalam perekonomian nasional, sebagaimana tercermin dalam dominasi jumlah unit usaha yang mencapai (99,9%) di mana 98,8% di antaranya adalah usaha mikro, sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai (97,3%) atau 96,21 juta tenaga kerja adalah di sektor UMKM, terhadap PDB nasional mencapai 55,5% dan terhadap investasi mencapai 52,89 %.
Berdasarkan data kredit UMKM selama tahun 2011, outstanding kredit UMKM sampai bulan Agustus 2011 masih menunjukkan peningkatan setiap bulannya (outstanding terakhir sebesar Rp449,9 triliun). Pertumbuhan baki debet kredit UMKM selama tahun 2011 (ytd) mencapai 14,1%, dengan NPL kredit UMKM yang juga masih relatif stabil di kisaran 4,70 % . Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan tercatat 21, 3 %.
Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai oleh perbankan untuk UMKM masing-masing adalah sektor Perdagangan sebesar 43,5%, diikuti oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 10,9% dan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya sebesar 5,2%. Sebagian besar ( 99 % ) kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk UMKM adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik ( non ekspor ).
Berdasarkan data-data di atas, dapat dikonfirmasi bahwa kondisi makro ekonomi nasional hingga saat ini tetap stabil dan diperkirakan masih terus akan bertumbuh bahkan pada akhir tahun akan mencapai angka diatas 6 % dimana konsumsi rumah tangga dan investasi domestik akan tetap sebagai motor penggerak pertumbuhan, tekanan inflasi stabil sehingga memungkinkan daya beli masyarakat akan terjaga, kondisi stabilitas perbankan yang kondusif sehingga menjamin sumber-sumber pembiayaan untuk menyokong bertumbuhnya di berbagai sektor produktif tetap akan tersedia dan dapat dipenuhi dari sumber dana yang berasal dari dalam negeri.
Peluang UMKM terhadap Krisis Eropa Mencermati kondisi makro ekonomi dan kinerja perbankan nasional di atas dan diprakirakan hingga akhir tahun 2011 akan tetap terjaga serta memperhatikan keragaan sektor UMKM terutama pertumbuhan dan kualitas kredit di sektor UMKM ini yang mampu bertumbuh dengan kualitas yang baik ( NPL < 5 % ) maka dapat disimpulkan krisis utang yang terjadi di Eropa hingga saat ini dan bahkan sampai akhir tahun ini diprakirakan belum dan tidak akan berdampak secara signifikan terhadap sektor UMKM di Indonesia termasuk perekonomian nasional.
Pendapat di atas diperkuat dengan fakta-fakta antara lain UMKM sebagai pelaku usaha terbesar di Indonesia pada umumnya menggunakan sumber daya lokal ( SDM, modal, bahan baku, peralatan ) sehingga sebagian besar kebutuhan untuk memproduksi barang dan jasa dapat dipenuhi dari pasar domestik bukan berasal dari pasar impor termasuk Eropa. Target atau orientasi pasar sektor UMKM pun sebagian besar untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan tanpa harus mengandalkan pada pasar Eropa yang saat ini terkena krisis. Berbekal kondisi dalam negeri yang ideal saat ini termasuk prakiraan kondisi makro hingga akhir tahun 2011 maka diprakirakan sebagian besar UMKM akan tetap mampu tumbuh dan tetap akan memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kapasitas yang terpasang, sementara itu masyarakat dengan kemampuan daya beli yang stabil diprakirakan akan mampu menyerap produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pelaku UMKM tersebut. Artinya dengan kondisi yang kondusif maka mesin produksi ekonomi yang berasal dari pelaku UMKM akan tetap berjalan normal.
Tantangan Pemberdayaan UMKM di Indonesia Sebagai salah satu motor penggerak perekonomian nasional, ketangguhan sektor UMKM sebagai back bone dan sekaligus penjaga perekonomian nasional dari gemburan krisis sejatinya telah berulang teruji, sebagaimana ditunjukkan ketika badai krisis ekonomi menghantam perekonomian nasional pada tahun 1998/1999 dan tahun 2008/2009 UMKM mampu tetap survive. Menyadari strategisnya peran UMKM dalam perekonomian di suatu negara tidak sedikit negara-negara di dunia bahkan negara maju sekalipun memberikan perhatian lebih serius pada pemberdayaa sektor ini ( seperti regulasi dan kebijakan khusus bagi UMKM, infrastruktur, program pendampingan, penyediaan pasar, bantuan tehnis hingga bantuan keuangan ).
Untuk menghadapi tantangan krisis di masa mendatang, sangat penting bagi Indonesia khususnya bagi para pelaku pemberdayaan UMKM di Indonesia untuk mengeluarkan regulasi yang kuat , menyusun kebijakan extraordinary yang tepat dan melengkapi infrastruktur yang masih kurang guna mengurai “benang kusut†pemberdayaan UMKM.
BERITA TERKAIT: