“Agak grogi sih. Tapi saya berÂdoa kepada Tuhan agar saya diÂberikan kekuatan dalam menÂjalankan seleksi tersebut,†ungÂkap calon pimpinan KPK AbraÂham Samad kepada Rakyat MerÂdeka di Jakarta, Selasa (15/11).
Uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK dilakukan Komisi III DPR mulai Senin (21/11) hingga Kamis (30/11). DeÂlaÂpan calon dites berlainan hari. Satu orang tiap hari.
Abraham Samad selanjutnya menjelaskan, sudah memperÂsiapÂkan mental menjalani seleksi terÂsebut. Apabila ditanya mengeÂnai agenda pemberantasan koÂrupsi ke depan, itu tidak terlalu sulit. SeÂbab, dirinya sudah lama bergelut dengan urusan pembeÂrantasan korupsi.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa jawaban Anda kalau diÂtanya strategi pemberantaÂsan korupsi?
Kita lihat saja nanti. Bila saya cerita sekarang, itu namanya seÂsumbar. Intinya, saya jauh datang dari Makassar, tentu harus berÂbuat banyak bagi bangsa dan negara. Lebih baik saya tidak masuk ke KPK bila keberadaan saya tidak berguna. Semangat pemÂberantasan korupsi BahaÂruddin Lopa yang saya bawa.
Apa sudah ada partai yang memÂberikan dukungan kepada Anda?
Saya biasa saja. Biarkan proÂses ini berlangsung secara alami. SaÂya tidak terpengaruh dengan maÂsalah dukung-dukungan itu. Yang jelas saya lebih fokus memÂÂperÂsiapkan diri dalam mengikuti proÂses fit and proper test.
Sudah adakah yang menghuÂbungi Anda?
Sampai saat ini tidak ada yang menghubungi. Mungkin karena saya orang daerah, sehingga tiÂdak terlalu dipantau. Atau saya diÂanggap calon yang tidak terÂlalu kuat, sehingga tidak perlu dihuÂbungi, ha-ha-ha. Intinya saya ingin proses ini berjalan secara alami, supaya hasilnya alami.
Tanggapan Anda terkait PeÂngadilan Tipikor di daerah?
Saya melihat bukan masalah kelembagaannya. Tapi kompoÂsisi hakimnya yang masih menÂjadi masalah. Di Pengadilan TiÂpikor daerah komposisi haÂkimÂnya terÂdiri dari tiga hakim karier dan dua hakim non karier. KonÂdisi ini berÂbeda dengan PengaÂdilan Tipikor di Jakarta.
ApaÂÂbila ada masalah dalam puÂtusan deÂngan mengguÂnakan musÂyaÂwaÂrah tidak terÂcaÂpai, maÂka mengÂÂÂguÂnaÂkan voting. Tentu hakim non karier yang kalah.
Berdasarkan analisa saya seÂlama ini, susah sekali kita mendaÂpatkan hakim karier yang bagus dari segi integritas. Itu berpeÂngaÂruh pada putuÂsanÂnya.
Apa ini bukan soal kemamÂpuan hakim?
Saya tidak setuju dengan penÂdaÂpat itu. Para hakim pasti paham apa yang harus dilakukan. Tapi ini seÂmua kembali pada integritas hakim yang mengadili kasus korupsi.
Barangkali dakwaan jaksa yang lemah?
Bisa jadi seperti itu. Banyak faktor yang membuat vonis beÂbas. Menurut saya perlu ada evaÂluasi dan pengawasan yang keÂtat. Perlu direvitalisasi kembali PeÂngadilan Tipikor di daerah, bukan dibubarkan.
Ada yang berpendapat PeÂngaÂdilan Tipikor daerah tidak efektif?
Menurut saya harus ada evaÂluaÂsi mendalam. Apa penyebab Pengadilan Tipikor di daerah bermasalah. Nanti bisa tahu apa penyebabnya. Lalu kita tahu mau diapakan Pengadilan TipiÂkor itu.
Setelah itu dilakukan perbaikÂan dan evaluasi. Namun PeÂngaÂdiÂlÂan Tipikor di daerah tetap tidak bisa melahirkan putusan-putuÂsan yang berwibawa dan adil, suka atau tidak suka dibuÂbarkan saja. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: