WAWANCARA

Laksamana Agus Suhartono: Kami Berusaha Tindakan Makar Tidak Berkembang Di Papua

Minggu, 30 Oktober 2011, 05:12 WIB
Laksamana Agus Suhartono: Kami Berusaha Tindakan Makar Tidak Berkembang Di Papua
Laksamana Agus Suhartono

RMOL. TNI terus memantau gerakan-gerakan yang terjadi di Papua. Ini dilakukan agar tindakan makar di Bumi Cendrawasih tak berkembang.

“Kami sudah berusaha agar tindakan makar tidak berkem­bang di Papua. Saya berharap, rekan-rekan media ikut mem­bantu agar penanganan di sana cepat selesai,’’ kata Panglima TNI Laksamana Agus Su­har­tono.

Berikut ku­ti­pan seleng­kap­nya:

Apakah ada rencana untuk menambah pasukan?

TNI akan tetap membantu pihak kepolisian untuk mengatasi masa­lah di Papua. Tidak ada ren­cana penambahan pasu­kan dari luar Papua. TNI ha­nya akan me­libatkan pasukan ke­wi­la­ya­han, kecuali di perbatas­an. Pasu­kan di sana (perbatasan-red) di­kirim dari luar Papua.

Mengenai pengamanan TNI di wilayah Papua dan daerah seki­tar­nya, dilakukan oleh pasukan kewilayahan TNI dari Komando Daerah Militer XVII Cendra­wa­sih. Pasukan ini, sifatnya di­per­bantukan kepada polisi.


Kalau pasukan di perbatasan dari mana?

Untuk menjaga wilayah per­batasan Papua, kami kirim dari pusat. Personelnya kami kirim dari Jawa, Sumatera dan Kali­mantan.


Bagaimana dengan tudingan bahwa TNI menerima dana dari PT Freeport?

Begini, TNI di sana hanya mem-back up Polri saja. Kalau BKO, biasanya dana-dana itu dari Polri. Saya tidak tahu. Ta­nyakan ke Polri saja.

Operasional TNI di Papua da­lam menjaga keamanan di­biayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kalau ada anggota TNI yang menerima imbalan secara tidak resmi, pasti kami tindak.


Kontras menilai Polri dan TNI menerima dana PT Free­port, ba­gaimana tanggapan Anda?

TNI tidak pernah menerima da­na tersebut. Keberadaan TNI ter­kait penangan konflik di Papua hanya untuk mem-back up Polri.   

Kalau dana itu dialirkan lewat Kepolisian, saya tidak tahu. Se­la­ma ini, saya mengeluarkan biaya untuk operasional di sana dan dananya dari APBN.


Oh ya, pekan lalu, Pasukan Pengamanan Presiden kebo­bo­lan dengan nyelonong-nya tu­kang kebun I Nyoman Minta di depan podium Presiden, bagai­mana pendapat Anda?

Saya tidak nyebut kebobolan, bukan kebobolan. Tapi memang kami tidak ingin jaraknya se­de­kat itu. Pasukan Pengamanan Pre­si­den bekerja sesuai dengan prose­dural, yakni mensterilkan lapisan pertama atau Ring I. Jika kebo­bolan, mestinya pengama­nan la­pis terluar yang bisa meng­anti­sipasi.


Apa cara penghalauan itu sesuai standar?

Pasukan Paspampres bertindak sigap mengambil langkah begitu I Nyoman Minta ketahuan men­dekati Ring 1. Artinya, cara me­la­­kukannya (menghalau) pun su­dah benar. Tidak dengan cara ke­kerasan, tapi digiring, ditanya, ke­mudian direkonstruksi.


Tidak ada yang perlu disa­lah­kan atau diberi sanksi ter­kait insiden itu?

Kami tidak ingin sedekat itu, saya juga sama. Memang harus ada yang kita evaluasi untuk perbaikan-perbaikan ke depan. Semuanya itu suatu pengalaman bagi TNI, khususnya Paspampres untuk menata kembali.   [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA