RMOL. Bakal calon gubernur dari jalur independen bertekad ikut bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
Mereka adalah Faisal Basri-Biem Benyamin, Firman ‘Dibo Piss’ (pentolan band Slank), H Usman (Kasi Dikdas Kec PuloÂgadung Jaktim), Mayjen TNI (Purn) Hendardji Supandji, dan Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman.
Para bakal calon ini sudah berÂjuang di akar rumput. BerÂmodalÂkan keberanian, mereka bergeÂrilya mencari dukungan tanpa banÂtuan partai politik.
Banyaknya bakal calon indeÂpenden, menurut Noegroho DjaÂjoesman, menandakan warga DKI Jakarta sudah sangat gerah dengan buruknya pengelolaan pembangunan. Ini akibat salah urus manaÂjeÂmen tata kota dan rendahnya keÂpemimpinan yang dimotori partai politik.
“Bukan hal mustahil calon inÂdependen bisa merebut hati nuÂrani masyarakat. Tapi harus serius maju dan calon independen itu berÂsatu. Saya yakin kekuatan uang dan politik parpol bisa diÂkalahkan,†ujar Noegroho DjaÂjoesÂman kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Berikut kutipan wawancara dengan bekas Kapolda Metro Jaya itu;
Ini menandakan banyak maÂsyaÂrakat Jakarta menghendaki perubahan wajah Jakarta lebih baik dan konkrit dari saat ini.
Ini juga memberikan sinyal bahwa sistem Pilkada selama ini dirasakan belum mewujudkan harapan masyarakat Jakarta.
Apakah langkah bakal calon independen itu tidak kepagian?
Saya rasa tidak ya. Tapi geraÂkan ini akan mubazir bilamana para calon independen bertarung sendiri-sendiri.
Maksudnya?
Kalau calon independen berÂgerak sendiri dan tidak bersatu, saya yakin tidak akan bisa meÂngalahkan calon yang diusung parpol.
Para calon independen sebaikÂnya bertemu, tukar pikiran, dan merumuskan bersama strategi pemenangan Pilkada DKI.
Bentuk forumnya seperti apa?
Semacam konvensi, sehingga dari calon independen ini setidak-setidaknya akan muncul satu atau maksimal dua pasangan. Dengan cara ini, saya yakin bisa mengaÂlahÂkan jagoan dari parpol.
Apakah bakal calon indepenÂden, termasuk Anda mau meÂngaÂlah kepada pemenang konÂvensi?
Ya tentu saja. Yang penting, dari lubuk hati paling dalam kaÂwan-kawan independen ada perÂbuatan yang konkret. Benar-beÂnar ingin melakukan perubaÂhan lebih baik dan bermanfaat bagi masyaÂrakat. Untuk itu, perlu adaÂnya konÂtrak sosial yang konÂkrit pula.
Apa Anda bersedia merumusÂkan lebih detil dan mengagenÂdakan konvensi calon indepenÂden itu?
Mau tahu saja. Ya itu rahasia peruÂsahaan kami, he-he-he.
Mengapa pilih jalan susah leÂwat jalur independen?
Pertama, jalan itu dimungkinÂkan oleh Undang-Undang. Tahun depan adalah yang pertamaÂkaliÂnya Pilkada mengizinkan calon independen.
Kedua, pilihan itu merupakan jaÂwaban kegeliÂsahan masyaÂrakat yang habis kesabaran dengan buruknya kondisi ibukota.
Warga menginginÂkan calon pemimÂpin yang dekat dengan mereka, bukan calon yang dipilih tersembunyi oleh elite parpol. Warga ingin terÂlibat langsung dalam proses poliÂtik itu. Tidak menitipkan suara mereka yang berharga kepada parpol. Sebab, hanya dibuang percuma seperti selama ini.
Semua calon sudah menebar visi misi membangun Jakarta, mana yang terbaik?
Saya yakin visi dan misi semua calon bagus semua. Sebab, konÂsep sudah dibuat tim ahli. Tetapi tidak semua calon mempunyai tekad, keberanian, kemampuan, dan kontrak sosial yang konkret dan jelas.
Contohnya, saya siap dihukum mati kalau melakukan atau memÂberi peluang kepada orang lain untuk korupsi. Atau siap meleÂtakÂkan jabatan bila dalam peÂriode tertentu dinilai tidak berÂhasil melakukan peruÂbahan.
Fauzi Bowo terlihat masih malu-malu mencalonkan diri lagi ya?
Apa nggak salah tuh. Kan di mana-mana sudah banyak billÂboard besar-besar yang menamÂpilkan wajahnya.
Survei terbaru menempatÂkan Foke di posisi teratas. Ini baÂgaimana…?
Boleh saja. Tapi yang menenÂtukan semuanya adalah suara rakyat yang masih memiliki hati nurani.
Bukannya Pemprov DKI seÂdang gencar melaksanakan proÂyek pembangunan terkait keÂmaÂcetan dan transportasi massal?
Ya bagus lah. Selama tujuanÂnya untuk kepentingan warga DKI, ya kita dukung. Tapi kenapa ya, kok baru di akhir masa jabatan dan menjelang Pilkada baru maÂrak dilakukan pembangunan. Bukannya sejak terpilih menjadi gubernur sudah memaparkan program-program dan berjanji meÂlaksanakannya. Mestinya jauh hari sudah membangun berdasarÂkan tahapan program dan skala prioritas.
Apa mungkin proyek pembaÂngunan sengaja dilakukan menÂjelang Pilkada demi menÂcari dana?
KPK yang bisa menjawab pertanyaan ini, he-he-he. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: