WAWANCARA

Noegroho Djajoesman: Calon Independen Perlu Konvensi Demi Kalahkan Jagoan Parpol

Rabu, 26 Oktober 2011, 07:19 WIB
Noegroho Djajoesman: Calon Independen Perlu Konvensi Demi Kalahkan Jagoan Parpol
Noegroho Djajoesman

RMOL. Bakal calon gubernur dari jalur independen bertekad ikut  bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.

Mereka adalah Faisal Basri-Biem Benyamin, Firman ‘Dibo Piss’ (pentolan band Slank), H Usman (Kasi Dikdas Kec Pulo­gadung Jaktim), Mayjen TNI (Purn) Hendardji Supandji, dan Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman.

Para bakal calon ini sudah ber­juang di akar rumput. Ber­modal­kan keberanian, mereka berge­rilya mencari dukungan tanpa ban­tuan partai politik.

Banyaknya bakal calon inde­penden, menurut  Noegroho Dja­joesman, menandakan warga DKI Jakarta sudah sangat gerah dengan buruknya pengelolaan pembangunan. Ini akibat salah urus mana­je­men tata kota dan rendahnya ke­pemimpinan yang dimotori partai politik.

“Bukan hal mustahil calon in­dependen bisa merebut hati nu­rani masyarakat. Tapi harus serius maju dan calon independen itu ber­satu. Saya yakin kekuatan uang dan politik parpol bisa di­kalahkan,” ujar Noegroho Dja­joes­man kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta, kemarin.

Berikut kutipan wawancara dengan bekas Kapolda Metro Jaya itu;

Beberapa bakal calon inde­pen­den sudah berani muncul,  start duluan dari calon parpol, per­tanda apakah ini?

Ini menandakan banyak ma­sya­rakat Jakarta menghendaki perubahan wajah Jakarta lebih baik dan konkrit dari saat ini.

Ini juga memberikan sinyal bahwa sistem Pilkada selama ini dirasakan belum mewujudkan harapan masyarakat Jakarta.


Apakah langkah bakal calon independen itu tidak kepagian?

Saya rasa tidak ya. Tapi gera­kan ini akan mubazir bilamana para calon independen bertarung sendiri-sendiri.


Maksudnya?

Kalau calon independen ber­gerak sendiri dan tidak bersatu, saya yakin tidak akan bisa me­ngalahkan calon yang diusung parpol.

Para calon independen sebaik­nya bertemu, tukar pikiran, dan merumuskan bersama strategi pemenangan Pilkada DKI.


Bentuk forumnya seperti apa?

Semacam konvensi, sehingga dari calon independen ini setidak-setidaknya akan muncul satu atau maksimal dua pasangan. Dengan cara ini, saya yakin bisa menga­lah­kan jagoan dari parpol.


Apakah bakal calon indepen­den, termasuk Anda mau me­nga­lah kepada pemenang kon­vensi?

Ya tentu saja. Yang penting, dari lubuk hati paling dalam ka­wan-kawan independen ada per­buatan yang konkret. Benar-be­nar ingin melakukan peruba­han lebih baik dan bermanfaat bagi masya­rakat. Untuk itu, perlu ada­nya kon­trak sosial yang kon­krit pula.


Apa Anda bersedia merumus­kan lebih detil dan mengagen­dakan konvensi calon indepen­den itu?

Mau tahu saja. Ya itu rahasia peru­sahaan kami, he-he-he.


Mengapa pilih jalan susah le­wat jalur independen?

Pertama, jalan itu dimungkin­kan oleh Undang-Undang. Tahun depan adalah yang pertama­kali­nya Pilkada mengizinkan calon independen.

Kedua, pilihan itu merupakan ja­waban kegeli­sahan masya­rakat yang habis kesabaran dengan buruknya kondisi ibukota.


Termasuk gerah dengan ke­pe­mimpinan yang dijagokan parpol?

Warga mengingin­kan calon pemim­pin yang dekat dengan mereka, bukan calon yang dipilih tersembunyi oleh elite parpol. Warga ingin ter­libat langsung dalam proses poli­tik itu. Tidak menitipkan suara mereka yang berharga kepada parpol. Sebab, hanya dibuang percuma seperti selama ini.


Semua calon sudah menebar visi misi membangun Jakarta, mana yang terbaik?

Saya yakin visi dan misi semua calon bagus semua. Sebab, kon­sep sudah dibuat  tim ahli. Tetapi tidak semua calon mempunyai tekad, keberanian, kemampuan, dan kontrak sosial yang konkret dan jelas.

Contohnya, saya siap dihukum mati kalau melakukan atau mem­beri peluang kepada orang lain untuk korupsi. Atau siap mele­tak­kan jabatan bila dalam pe­riode tertentu dinilai tidak ber­hasil melakukan peru­bahan.


Fauzi Bowo terlihat masih malu-malu mencalonkan diri lagi ya?

Apa nggak salah tuh. Kan di mana-mana sudah banyak bill­board besar-besar yang menam­pilkan wajahnya.


Survei terbaru menempat­kan Foke di posisi teratas. Ini ba­gaimana…?

Boleh saja. Tapi yang menen­tukan semuanya adalah suara rakyat yang masih memiliki hati nurani.


Bukannya Pemprov DKI se­dang gencar melaksanakan pro­yek pembangunan terkait ke­ma­cetan dan transportasi massal?

Ya bagus lah. Selama tujuan­nya untuk kepentingan warga DKI, ya kita dukung. Tapi kenapa ya, kok baru di akhir masa jabatan dan menjelang Pilkada baru ma­rak dilakukan pembangunan. Bukannya sejak terpilih menjadi gubernur sudah memaparkan program-program dan berjanji me­laksanakannya. Mestinya jauh hari sudah membangun berdasar­kan tahapan program dan skala prioritas.


Apa mungkin proyek pemba­ngunan sengaja dilakukan men­jelang Pilkada demi men­cari dana?

KPK yang bisa menjawab pertanyaan ini, he-he-he.   [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA