WAWANCARA

Sapta Nirwandar: Menteri & Wakil Menteri Nggak Ada Saling Curiga

Selasa, 25 Oktober 2011, 07:58 WIB
Sapta Nirwandar: Menteri & Wakil Menteri Nggak Ada Saling Curiga
Sapta Nirwandar

RMOL. Banyak kalangan menilai, keberadaan wakil menteri hanya membebani anggaran negara dan merecoki pekerjaan menteri.

Tapi bagi Wakil Menteri Pari­wi­sata Dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, keberadaan wakil menteri sangat membantu peker­jaan menteri.

“Wakil menteri itu kan mem­bantu pekerjaan menteri. Nggak ada saling curiga dan saling me­ngawasi. Kami bekerja sesuai arahan Bapak Presi­den,’’ ujar Sapta Nir­wandar kepada Rak­yat Merdeka di Jakarta, kemarin.      

Menurut bekas Direktur Jen­deral Pe­masaran Ke­men­terian Kebudayaan dan Pariwisata itu, Presiden SBY me­minta untuk meng­op­timalkan sektor pariwi­sata dan eko­nomi kreatif demi  meningkatkan kese­jahteraan ma­sya­rakat.

“Itulah yang akan kami laku­kan. Inti­nya Presiden meminta menteri dan wakil menteri untuk bekerja sama,” katanya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa tidak ada pembagian tu­gas?

Pembagian tugas tidak ada. Se­bab, kami ditugaskan untuk sa­ling mengisi. Saya akan mem­bantu Ibu Mari Elka (Pangestu). Beliau telah memberi beberapa tugas khusus. Kami akan bekerja sama untuk memajukan pariwi­sata dan ekonomi kreatif.


Apalagi arahan Presiden?

Pak presiden menyampaikan pandangan dan targetnya seputar pengembangan sektor pariwi­sata. Beliau mengatakan, pari­wisata itu penting, potensinya besar, dan berdampak positif ter­hadap per­tum­buhan ekonomi. Sebab, pari­wisata dapat mencip­takan lapa­ngan kerja. Ini berarti mensejah­te­rakan ma­sya­rakat.

Pak SBY juga menyampaikan soal potensi dan per­sai­ngan sek­tor pariwi­sata dengan negara lain. Beliau menga­takan, kita punya alam dan bu­daya yang besar. Hal ini mem­beri­kan ke­ungulan kom­­­­petitif bagi bangsa kita. Na­mun, kita tidak ber­­jalan sendiri me­mo­­nopoli hal tersebut. Ada kom­­petisi dengan Malaysia, Thailand, Vietnam dan negara lainnya.

Makanya Presiden meminta saya dan menteri pariwisata un­tuk melakukan sejumlah tero­bosan dan bekerja secara optimal untuk memajukan sektor pari­wisata.


Terobosan apa yang akan Anda lakukan?

Untuk berkompetisi dengan ne­gara tetanga, kita harus me­nyiap­kan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia. Selain itu, kami akan mengembangkan se­jumlah lokasi di luar Bali agar per­­tumbuhan ekonomi pariwi­sata tersebar di seluruh nusanta­ra. Mi­salnya, NTB, NTT, Bang­ka Beli­tung, Riau, dan Aceh.


Bagaimana kesiapan daerah tersebut?

Soal kesiapan infrastruktur­nya, kita lakukan sambil jalan. Bebe­rapa daerah sudah baik. Tapi ada juga yang membutuh pe­­na­nganan serius. Perlu ada ja­lan, listrik, dan sebagainya.

      

Apa perlu dibangun hotel bin­tang lima?

 Tidak harus ada hotel bintang lima. Contohnya, Pulau Rum­piah, Sabang, hanya memiliki penginapan kecil yang dimiliki masyarakat. Tapi wisatawan tetap banyak ke sana. Mereka me­nye­wa penginapan kecil itu. Ini meng­­­gerakkan perekonomian masyarakat.


Apa ada terobosan kreatif lainnya?

Kami juga akan mengem­bang­kan sektor ekonomi kreatif, yakni pembangunan ekonomi berbasis kreativitas dan budaya. Misalnya, souvenir, desain baju, kesenian, dan sebagainya.


Apa memprioritaskan wisa­ta­wan lokal jadi target?

Wisatawan lokal merupakan bagian penting bagi sektor pari­wisata nasional. Meski perputa­ran uangnya berasal dari kita un­tuk kita, namun pergerakan­nya sangat besar. Per tahun ada se­ki­tar 100 juta orang bergerak dalam kegiatan wisata, khusus­nya saat libur Lebaran, Natal, dan liburan sekolah. Potensi ini tetap kami jaga dan terus kami kem­bangkan.   [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA