RMOL. PDI Perjuangan melihat reshuffle kabinet hanya ajang bagi-bagi kekuasaan. Bukan berorientasi untuk mempercepat pembangunan demi kesejahteraan rakyat.
“Reshuffle kabinet harusnya dijadikan momentum untuk memÂpercepat mekanisme pengÂamÂbilan keputusan. Pasalnya, lebih dari 50 persen instruksi presiden tidak dilaksanakan keÂmenterian,’’ ujar Sekjen PDI PerÂjuangan Tjahjo Kumolo kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, SeÂlasa (18/10).
Presiden SBY sempat mengeÂluhkan kinerja para menteri seÂteÂlah mendapat laporan dari UKP4. “Saya sudah dapatkan laÂÂÂpoÂrannya. Kurang dari 50 perÂsen dari yang saudara (menÂteri) yang laksanakan,†kata SBY, Kamis (7/7).
Tjahjo Kumolo selanjutnya mengatakan, Presiden SBY seÂharusnya tidak menambah pos wakil menteri. Ini akan menamÂbah kegaduhan di birokrasi dan tidak menyelesaikan masalah percepatan kinerja.
“Presiden mengakui kinerja sejumlah kementerian tidak baik. Sang menteri gagal memimpin dan menciptakan kebijakan yang mumpuni. Dengan begitu, sehaÂrusnya Presiden mengganti menÂteri, bukannya memasang wakil menteri,†tegas Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Menteri dari parpol koalisi perlu diakomodasi, tapi kinerÂjaÂÂnya perlu didukung wakil menÂteri, barangkali seperti itu?
Presiden seharusnya mengaÂbaiÂkan tekanan politik dari parÂpol koalisi. Yang diutamakan keÂpenÂtingan masyarakat.
Janji-janji Presiden dalam PilÂpres harus dibayar dengan peÂningkatan kualitas program pemÂbangunan dan kesejahteraan rakyat.
Bagi PDI Perjuangan silakan saja, kami nggak ikut campur. Yang pasti, komposisi ini semaÂkin menjauhkan kita dari harapÂan adanya pemerintahan yang berÂdaulat secara politik, berdiÂkari, dan berkepribadian untuk memÂÂperjuangkan kesejahteraan rakÂyat. Tapi, inilah pilihan poÂlitik Presiden. Hak prerogatifnya maÂsih tersandera kepentingan politik koalisinya.
Apa penambahan wakil menÂteri hasil kompromi politik deÂngan pimpinan parpol koalisiÂnya?
Saya kira ya. Pengangkatan para wakil menteri merupakan langkah kompromi Presiden SBY. Setelah bertemu dengan peÂtinggi parpol koalisi, Presiden ragu untuk mengganti menteri-menterinya yang berÂmasalah. MakaÂnya, memilih jaÂlan tengah, yakÂni menambah wakil menteri.
Apa PDI PerjuaÂngan keÂcewa?
Kita patut keÂcewa dengan langÂkah ini. PasalÂnya, sistem presiÂdenÂsial memÂposisikan kepemimÂpinan PresiÂden sebagai sentral.
Presiden menÂjadi penentuan arah haluan pemerintahan, seÂhingÂga meÂmiliki kewenangan mengangÂkat dan memberhenÂtikan menteri tanpa intervensi siapapun.
Apakah PDI PerjuaÂngan tetap menjadi partai opoÂsisi?
PDI Perjuangan tetap teguh untuk berada di luar pemerinÂtahan SBY-Boediono. Kami tak akan menempatkan kader partai di Kabinet Indonesia Bersatu II.
Hal itu sesuai dengan keputuÂsan politik partai dalam Kongres III di Bali. PDI Perjuangan tetap pada posisi konstitusional. NaÂmun, tetap kritis terhadap kebijaÂkan keputusan politik pemerinÂtah yang tidak pro rakyat. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: