RMOL. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai menyelidiki flight recorder atau black box pesawat Casa 212-200 yang jatuh di Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, 29 September lalu.
“Senin (3/9) malam flight recorder dibawa ke Jakarta untuk kami selidiki penyebab jatuhnya pesawat yang mengakibatkan 14 penumpang dan empat kru teÂwas,†ungkap Ketua KNKT, Tatang Kurniadi, di kantornya, Jakarta, kemarin.
Menurut Tatang, pihaknya mengeluarkan rekomendasi awal bahwa ketika sebuah pesawat terbang di daerah berbukit dan terbang di komulasi awan yang cepat, pilot harus berhati-hati. Namun itu bukan rekomendasi akhir. Sebab, proses penyelidikan belum selesai.
Berikut kutipan selengkapnya;
Belum tentu. Namanya cuaca tidak bisa diprediksi. Ketika kita terbang dan terjebak dalam suatu kondisi cuaca yang jelek, belum tentu itu karena human error. Mungkin saja karena cuaca yang buruk, mata pilot tidak bisa meliÂhat dengan jelas.
Apa pesawat Casa itu layak terÂbang?
Semua pesawat yang diterÂbangkan adalah layak terbang. Ini bisa dilihat dalam maintenance lock yang dimilikinya. Nanti bisa dilihat kapan masuk ‘rumah sakit’ pesawat tersebut.
Bagaimana kondisi flight reÂcorder pesawat itu?
Black box atau flight recorder dalam kondisi bagus. Prosesnya nanti kita akan men-download hasil percakapan dalam yang ada di black box itu. Namun hasilnya tidak akan kita umumkan. Sebab, dilarang Undang-undang.
Secara teknis, proses downÂload-nya memakan waktu satu sampai dua jam, membacanya hasil download itu sekitar satu-dua bulan. Setelah itu bisa diÂsimpulkan.
Kenapa lama?
Black box itu sebenarnya ada dua, yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice ReÂcorder (CVR). Untuk pesawat CASA 212-200 ini hanya ada CVR, karena pesawat ini karena aturannya di bawah 18 orang peÂnumpang, maka hanya satu yaitu cockpit voice recorder, kalau di atas 30 orang penumpang harus dua, yaitu FDR dan CVR.
Kapan hasil investigasinya diÂpublikasikan?
Kita akan mengumumkan apaÂbila sudah ada final report, itu ditentukan 12 bulan. Kalau tidak bisa ditambah 12 bulan ke dua dan ketiga. Bisa tiga sampai empat tahun. Tapi yang harus segera keluar itu adalah rekoÂmenÂdasi awal. Misalnya kita meneÂmukan pesawat di bukit, rekoÂmendasinya adalah hati-hati bila melintas di bukit. Nanti dilihat awan dan hujan yang harus diwaspadai.
Apa tidak bisa dipercepat puÂblikasinya?
Paling cepat 6-7 bulan sudah ada hasilnya. Itu pernah kita buat. Final report itu komentar dari pihak-pihak yang berkepenÂtingan, yaitu state of registry, state of manufacture, state of operaÂtion, state of design, dan lain-lain, nanti kita kirim. Pesawat yang celaka itu buÂkan hanya urusan KNKT dan Indonesia saja. Tapi negara yang mendesaign juga. MakaÂnya negara itu mengiÂrimÂkan orang. Mereka tidak mau KNKT saÂlah tunjuk dan diÂsalahkan dalam meÂnyeÂlidiki keceÂlaÂkaan terÂsebut. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: