caranya, memÂbangun integÂritas diri seseorang demi pengabÂdiÂan untuk negara. “Di bulan RaÂmadhan kita berÂpuasa. Itu bentuk latihan untuk bersikap jujur,†ujar Amidhan keÂpada
Rakyat Merdeka di Jakarta, Sabtu (27/8).
Menurutnya, ibadah puasa itu sifatnya sangat rahasia, karena yang tahu hanya Tuhan dan orang itu.
“Sama seperti korupsi, walau belum terungkap, tapi Tuhan tahu yang dilakukan orang itu. Yang korupsi berarti tak tahu arti puaÂsa. Mari buktikan seusai Lebaran nggak ada lagi korupsi,’’ ucapnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Bagaimana Anda memaÂkÂnai Idul Fitri?Saya memaknainya diri kita kemÂbali pada kesucian atau fitÂrah, bersyukur atas kemeÂnangan yang diraih. Selama sebulan kita berÂkorban dan menghadapi rinÂtaÂngan. Lebaran berarti kita lulus dÂaÂlam ujian itu.
Apa yang dicapai?Ada dua hal. Pertama, memÂbangun integritas diri, sehingga menghasilkan kesalehan individual. Kedua, menjadi orang baik terhadap sesama dengan wujud suka berbagi. Ini disebut kesalehan sosial.
Bagaimana dengan zakat?Bulan puasa itu taman meraih pahala. Sebab, semua kebajikan yang kita buat diganjar pahala 10 hingga 700 kali lipat. PaÂhalanya berlimpah. Maka ketika Lebaran kita kemÂbali suci seperti bayi baru lahir. Sebagai tandanya, kita haÂrus mengeluarkan zakat fitÂrah yang diwajibkan kepada seÂtiap orang yang mampu.
Anda memaknai zakat itu seperti apa?Syarat orang mengeluarkan zaÂkat fitrah bila seseorang masih punya makanan untuk hari itu. Makanya, zakat fitrah dimakÂsudÂkan ketika Lebaran tidak boleh ada orang kelaparan. Tidak boleh ada orang miskin. Ini sebaÂgai langÂÂkah pengentasan keÂmisÂkinan dengan membagikan kepada yang berÂhak sebelum shalat Idul Fitri.
Bagaimana pengentasan kemiskinan?Selain zakat fitrah, ada zakat mal yang merupakan subsidi orang kaya kepada orang miskin. Namun ini bisa diendapkan lalu bisa digunakan sebagai dana berÂgulir. Sifatnya tidak konsumtif, tetapi produktif. Dikumpulkan dulu lalu bisa dijadikan dana berÂgulir tapi jelas sasarannya, yaitu masyarakat miskin.
Orang tidak mampu diberÂdaÂyaÂkan dengan zakat mal sebagai upaÂya pengentasan kemiskinan. Sebab, adanya orang miskin gaÂra-gara kesalahan sistem. ApaÂlagi Indonesia yang sangat kaya alamÂnya hanya salah sistem peÂngeÂlolaannya saja.
Bagaimana potensi zakat yang sangat besar di Indonesia?Jelas sangat besar potensi zaÂkat itu. Ada yang bilang nilaiÂnya bisa mencapai Rp 200 triÂliun. NaÂmun ketika kita lihat zakat yang diÂkumÂpulkan Badan Amil dan ZaÂkat Nasional (BazÂnas) sekitar Rp 1 triliun, perÂbeÂÂÂdaanÂnya jauh sekali dari poÂtensi yang diperkirakan.
Untuk itu, kami mengajukan ada Undang-Undang mengenai zakat yang sifatnya imperatif atau lebih keras. Jangan karena Indonesia bukan negara Islam, lalu orang memberikan zakat seÂcara sukarela. Padahal masih baÂnyak orang yang membutuhkan.
Kenapa tidak maksimal daÂlam pengumpulannya?Ada dua penyebab, yakni sisÂtem pengelolaannya dan keÂsaÂdaÂran orang. Tapi saya ingin meÂnyoÂroti maÂÂsalah sisÂtem peÂngeÂloÂlaanÂnya. SeÂlama ini banyak yang meÂnyaÂlurÂkanÂnya tiÂdak melalui lemÂbaga, taÂpi secara langsung. BahÂkan ada yang peÂnyalurannya meÂnimbulÂkan keruÂsuhan, mau menÂcari manÂfaat tapi menimbulkan muÂdarat. Boleh saja dilakukan seÂcaÂra massif, tetapi harus terÂatur dan merata.
[rm]
BERITA TERKAIT: