Bahkan, keberadaan Khadafi sampai kemarin belum diketahui pasti. Lalu, dimana Khadafi berada? Belum ada yang tahu. Ada yang meyakini, pria berÂpangkat kolonel ini sudah kabur ke luar negeri. Kemungkinan ke Venezuela atau Kuba atau negara-negara lain yang tak punya perÂjanjian ekstradisi dengan Libya.
Selain itu, ada kemungkinan dia akan lari ke Afrika. Tunisia tamÂÂpaknya cocok untuknya, mesÂkipun istri dan putri Khadafi semÂpat keluar dari sana sekitar bulan Mei lalu. Namun, Tunisia adalah tempat yang cukup nyaÂman bagi Khadafi.
Kemungkinan lain adalah ZimÂbabwe. Uganda juga mungkin menjadi tempat pilihan, tetapi huÂbungan yang erat antara Presiden Yoweri Museveni dan Amerika memÂbuat hal tersebut tidak mungÂÂkin. Afrika Selatan juga menjadi alternatif tempat pelarian Khadafi. Tapi Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyakini, Khadafi masih berada di Tripoli. Kemungkinan ada di markas besarnya di Bab al-Aziyah.
Mungkinkah kali ini Khadafi terjungkal? Dan bagaimana peÂmerintah Indonesia berperan dalam kasus ini? Agus GumiÂwang Kartasasmita, Wakil Ketua Komisi I DPR bidang luar negeri, pertahanan dan keamanan memÂberikan analisisnya kepada
RakÂyat Merdeka, kemarin. Berikut penuturannya:
Apa yang Anda lihat dengan kondisi Libya sekarang? Libya sedang di persimpangan jalan. Di satu sisi, saya melihat bahwa kejatuhan Khadafi sudah tinggal tunggu waktu, bahwa dia secara de fakto pun sudah tidak meÂmadai sebagai Pemimpin Libya. Kejatuhan Khadafi ini memÂbawa sebuah harapan atas perbaikan nasib hidup warga Libya. Namun di sisi lain, kejaÂtuhan Khadafi, apabila tidak diÂkelola dengan baik bisa saja jusÂtru memperburuk kehidupan warga Libya, seperti yang terjadi di Iraq dan Afghanistan.
Apakah penggulingan ini murni gerakan oposisi atau ada campur tangan bangsa lain?Sayangnya, kejatuhan rezim otoriter Khadafi ini terindikasi saÂrat atau penuh dengan kepentiÂngan, terbukti dengan campur taÂngan kekuatan NATO. Ini berÂbeda dengan apa yang terjadi di Mesir.
Kalau ada campur tangan neÂgara lain, apa dibenarkan?Menurut pandangan saya, inÂtervensi dari kekuatan militer dari luar, tidak dapat dibenarkan. DuÂkungan dunia International dalam menjatuhkan rezim otoÂriter diÂmanapun bisa dengan benÂtuk lain, seperti embargo yang ketat.
Menurut Anda, apa negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya, juga negara-neÂgara Arab lain menginginkan Khadafi tumbang? Dengan adanya intervensi dari kekuatan militer NATO, memÂbuktikan bahwa Amerika dan seÂkutunya menginginkan Khadafi jatuh. Sayangnya, posisi Amerika dan sekutunya ini terlihat jelas atas kepentingan politik dan ekoÂnomi (minyak) dengan mengatasÂnamakan penegakan HAM dan demokrasi. Saya mempertanyaÂkan kebijakan Amerika yang tiÂdak konsisten terhadap Bahrain dan Yemen.
Jika Khadafi tumbang, apa rakyat Libya akan langsung berÂsatu?Kunci dari keberhasilan dari revolusi di Libya adalah apabila seÂmua kekuatan yang ada, termaÂsuk suku dan tribe yang ada bisa berÂsatu. Apalagi kita ketahui bahwa dalam kepemimpinan opoÂsisi terdapat berbagai banyak faksi yang sesungguhnya secara kimiawi sangat berbeda.
Apa manfaat bagi rakyat LibÂya, juga bangsa lain jika KhaÂdafi tumbang?Kejatuhan Khadafi sesungguhÂnya sangat positif bagi dunia, kaÂrena sekali lagi, dunia membuktiÂkan bahwa cepat atau lambat, reÂzim otoriter tidak bisa diterima, thus demokrasi adalah cara yang benar untuk mencapai tujuan, yaitu mensejahterakan rakyatnya. Manfaat lainnya adalah, terjadiÂnya stabilisasi harga minyak duÂnia dimana pasar minyak dunia menganggap bahwa dengan jaÂtuhÂnya Khadafi, setidak-tidaknya supply minyak dunia akan lebih pasti dan dapat diprediksi, ini akan membantu secara umum ekoÂnomi dunia yang sekarang sedang sakit.
Apa peran yang bisa dimaniÂkan pemerintah kita terkait LibÂya, apa hanya jadi penonton atau ada cara lain?Kalau mau jujur, sebetulnya banyak yang bisa kita lakukan untuk membantu Libya di dalam proses pembentukan dirinya seÂbagai sebuah negara pasca revoÂlusi ini, apalagi Indonesia adalah negara yang baru saja melalui tahap seperti yang sekarang seÂdang dialami Libya, dan IndoneÂsia relatif merupakan sebuah
sucÂsess story, selain juga kita sebagai negara Islam. Sayangnya, NicoÂlas Sarkozy (Presiden Perancis) sudah terlebih dahulu mengulurÂkan tangan untuk memfasilitasi dialog di Perancis kepada seluruh tokoh kunci Libya dalam rangka meÂrumuskan road map untuk Libya ke depan.
Belajar dari negara-negara di kawasan Timur Tengah yang suÂdah sukses tumbangkan reÂzim diktator, apa negara-negara itu jadi lebih baik?Tumbangnya sebuah rezim otoÂriter, tidak otomatis akan memÂbawa perbaikan bagi keÂhiÂdupan warganya. Tumbangnya rezim otoriter hanya merupakan step pertama, masih ada step lainÂnya yang juga tidak kalah penÂtingÂnya, seperti sistem building, pemilihan model demokrasi yang sesuai, kesiapan dari sumber daya manuÂsia dan lain sebagaiÂnya.
[rm]
BERITA TERKAIT: