WAWANCARA

Fadel Muhammad: Saya Disebut Jadi Capres, Wacana Teman-teman Saja

Sabtu, 06 Agustus 2011, 04:13 WIB
Fadel Muhammad: Saya Disebut Jadi Capres, Wacana Teman-teman Saja
Fadel Muhammad
RMOL. Calon presiden dari Partai Golkar belum dibicarakan secara resmi. Lima nama yang disebut-sebut media massa, itu hanya wacana dari beberapa tokoh partai berlambang pohon beringin tersebut.

Kelima bakal capres dari Partai Golkar itu adalah Aburizal Ba­krie, Jusuf Kalla, Agung Lak­sono, Fadel Muhammad, dan Akbar Tandjung.

“Saya disebut jadi capres, Itu hanya sekadar wacana dari bebe­rapa teman-teman, karena mereka selalu memberikan wa­cana pemikiran. Mereka ingin mem­per­siap­kan ka­der-kader­nya untuk Pilpres 2014,” ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Fadel Mu­ham­mad, di Jakarta.

Menteri Kelautan dan Peri­kanan itu menjagokan bosnya di Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menjadi Capres 2014.

“Secara pribadi saya men­dukung Pak Aburizal Bakrie jadi capres,” ujarnya.  

Berikut kutipan selengkap­nya:  

Anda ingin fokus dalam pe­menangan Golkar di kawasan timur Indonesia? 
Saya diberi mandat Pak Abu­rizal Bakrie untuk menata kem­bali Golkar di kawasan Timur Indonesia. Maka biarkan saya bekerja semaksimal mung­kin. Berdasarkan tanggung jawab itu, saya mau lihat juga bagai­mana reaksi masyarakat di sana terha­dap program-program Partai Golkar yang sudah berjalan.

Untuk berbicara masalah Ca­pres, bagi saya masih memerlu­kan waktu. Biarkan saya mem­persiapkan program agar berhasil dan pada waktunya nanti kita membicarakan itu.  

Apa Anda takut dalam pen­calo­nan? 
Berilah kesempatan kepada mereka yg lebih hebat dan bagus dari saya. Secara pribadi saya mendukung Pak Aburizal Bakrie sebagai capres dari Golkar. Saya melihat sosok Pak Ical (sapaan akrab Aburizal Bakrie) lebih tepat karena saya mengenal beliau sudah lama, semenjak di Kadin. Lalu di HIPMI. Ketika di Menko Kesra, saya lihat kinerjanya bagus.

O ya, bagaimana strategi Golkar untuk pemenangan di ka­wasan timur Indonesia?
Kita mempersiapkan program pro rakyat, sehingga bisa suara Golkar mencapai 40 persen di kawasan Timur, meliputi Kali­mantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Untuk itu kami membuat program ekonomi, yaitu program yang mengembalikan keperca­yaan masyarakat kepada Golkar. Karena di wilayah Timur itu se­harusnya bisa menjadi lum­bung suara Golkar.

Kemudian kita berusaha setiap Pilkada kalau bisa Golkar yang menang. Seperti Pilkada Goron­talo dan Pilkada Sulawesi Barat. Keduanya sudah di depan mata. Bila keduanya menang, maka suara kami dari Sulawesi ada ha­rapan di Pemilu Legislatif 2014.

Bagaimana dengan suara Golkar yang pindah ke partai lain?
Dari data yang ada, Partai Demo­krat mengambil suara Golkar sebanyak 16 persen, lalu ada PAN, Gerindra, dan Hanura. Jumlah itu kan besar sekali dan sangat potensial. Secara statistik, di Pemilu 1999, suara Golkar di kawasan Indonesia Timur sebesar 45,1 persen, namun Pemilu 2009 turun menjadi 20 persen. Itu kan merosot luar biasa. Ketika Pak Jusuf Kalla memimpin, wilayah Sulawesi kehilangan 48 persen dan itu anjlok terbesar. Saya rasa kami harus bekerja lebih keras lagi.

Kenapa bisa anjlok sangat jauh?
Ada tiga alasan. Pertama, partai lain menawarkan program yang lebih bagus. Kedua, partai-partai itu memiliki ideologi yang sama dengan Golkar, yaitu nasio­nalis, seperti Hanura, Gerindra dan Demokrat. Ketiga, perenca­naan kita kurang bagus pada Pemilu 2009.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA