Siapa menteri yang nilainya merah itu, Ketua Unit Kerja PreÂsiden Bidang Pengawasan dan Pembangunan (UKP4), Kuntoro Mangkusubroto tidak menyebut orangnya.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku mendapat rapor biru dan hijau dari UKP4 yang disampaikan 8 Juli lalu.
“Sebenarnya saya tidak ingin menyampaikan hal ini, tapi tidak masalah kalau saya buka. Rapor kita adalah warna biru dan hijau, tidak ada yang kuning atau meÂrah,†ungkap Purnomo YusÂgiantoro.
“Saya sudah tulis ucapan terima kasih dan apresiasi kepada semua jajaran Kemenhan. Sukses ini bukan hanya diraih menteriÂnya, tapi ini sukses mereka. MenÂterinya hanya penyambung lidah saja,†tambah bekas MenÂteri ESDM itu.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa semua progam KemenÂhan sudah dijalankan?Apabila tidak dilaksanakan semua, kementerian saya akan mendapatkan nilai merah dong. Tapi ini kan tiÂdak, itu artiÂnya sukÂses semua. Program-program yang kita jalankan selama ini sangat memuaskan.
Ada beberapa program yang sampai saat ini masih berÂjalan atau masih dalam proses. Karena ada beberapa pekerjaan yang sifatnya terus berjalan atau tidak berhenti pada satu titik, harus rolling terus. Misalnya pengaÂdaan barang-barang dari dalam negeri yang tidak langsung ada.
O ya, bagaimana dengan peÂngiriman 37 orang delegasi Indonesia ke Korea Selatan?Mereka dikirim ke Korsel untuk menindaklanjuti kerja sama dengan negara itu untuk pemÂbaÂngunan pesawat tempur generasi ke 4,5 yaitu KF-X/ IF-X (Korea Fighter Xperiment/ Indonesia Fighter Xperiment) dan tahapnya sekarang adalah technical deveÂlopment. Seperti diketahui, sekarang kita memiliki pesawat tempur generasi ke 4 yaitu Sukhoi, FU-27, FU-30 dan F-16.
Apa yang diperoleh dari kerja sama ini?Indonesia punya saham 20 persen di perusahaan itu. Kita tiÂdak hanya mendapatkan 50 pesaÂwat tempur saja sesuai keinginan kita. Tapi setiap penjualan dan apa yang dilakukan di Korsel, kita akan mendapatkan 20 persen.
Artinya, ada
tangible benefit atau keuntungan nyata yang kita dapatkan, yaitu mendapatkan 50 pesawat tempur dan itu akan kita pakai untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah kita serta memodernisasi angkatan berÂsenjata kita.
Bukannya Korsel kurang kuat sebagai supplier alutsista?Tidak bisa dikatakan seperti itu. Sebab, selama ini kerja sama industri pertahanan kita dengan Korsel cukup sukses. Misalnya, kita pernah melakukan kerja sama membangun kapal LPD (Landing Platform Dock), kita membeli empat buah, dua di antaranya dibuat di PT PAL, dan itu terwujud. Hasil kerja sama itu, PT PAL mendapat order dari Filipina untuk membuat tiga LPD. Itu artinya Korsel serius dalam transfer of technology.
Selain itu, alutsista kita datang dari Korsel, seperti Wong Bee yang dipakai untuk akrobatik dan pesawat latih kita. Sekarang meÂreka (Korsel) sudah memÂbangun pesawat FA-50, untuk mengganÂtikan pesawat tempur mereka, yaitu F-5 Tiger. Kerja sama ini sangat rasional dilakukan.
Bagaimana dengan security network-nya?Saya pernah terpikirkan jaÂngan-jangan kita terkena
cyber crime. Namun saya pikir hal ini akan kita tangani melalui LemÂbaga Sandi Negara yang akan melindungi sistem kita. Selama ini lembaga tersebut sudah memÂproteksi beberapa sistem pertaÂhanan dari virus dan
cyber crime. Walaupun sebenarnya sistem yang rawan itu bukan inÂternetÂnya, namun saya akan meÂminta kepada lembaga itu untuk meÂwasÂpadai. Jangan samÂpai design kita disadap.
Bagaimana dengan pembaÂgian anggaran kedua negara dalam proyek ini?Korsel 80 persen dan kita 20 persen. Budget hingga 2020 membutuhkan 8 miliar dolar AS. 20 persen dari kebutuhan itu kita yang biayai yaitu 1,6 miliar dolar AS. Perlu saya tekankan, 8 miÂliar dolar AS itu adalah total product cost hingga pesawat itu terbang.
[rm]
BERITA TERKAIT: