WAWANCARA

M Nuh: Dari Pola Jawaban & Nilai, Tidak Ada Contek Massal

Senin, 20 Juni 2011, 06:15 WIB
M Nuh: Dari Pola Jawaban & Nilai, Tidak Ada Contek Massal
M Nuh
RMOL. Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh mengatakan, adanya dugaan contek massal mendorongnya segera menerapkan pendidikan karakter.
 
“Selain para siswa, pelajaran tersebut juga akan kami sosiali­sasi­kan kepada para pengajar. Kami berharap, masyarakat men­dukung hal ini, sehingga pem­bangunan kultur dapat dilaku­kan,” ujar Nuh kepada Rakyat Merdeka, Sabtu (18/6).

Menurutnya, kurikulum pen­didi­kan karakter tidak hanya di­tuangkan dalam satu mata pela­jaran. Sebab, tujuan utama  pen­didikan ini membangun pri­badi yang berkualitas.

“Karakter itu sifatnya memang seperti oksigen. Perdebatannya, bisa ‘lari’ ke mana-mana. Tapi, tak bisa dipungkiri kalau kita semua membutuhkan itu,” paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa pendidikan karakter mampu membuat guru dan mu­rid tidak berbuat curang?
Kami membuat konsep pen­didi­kan karakter, karena kami ingin mengantisipasi hal-hal seperti itu. Kami berharap, me­tode ini dapat dijalankan dan men­dapat dukungan dari semua elemen masyarakat.

Anda sudah mengunjungi SDN Gadel II Surabaya, ba­gai­mana soal dugaan mencon­tek massal di sekolah tersebut?
Dalam kasus contek massal, kami harus terlebih dahulu men­jelaskan duduk perkaranya. Apa­­­kah betul ada contek massal. Kalau nggak mencontek tapi dituduh mencontek kan kasihan.

Kesimpulan Kemendiknas seperti apa?
Pertama, memang ada instruksi dari seorang guru kepada seorang siswa untuk melakukan pencon­te­kan. Kedua, apakah instruksi tersebut terbukti di lapangan. Kan harus dilihat lebih dahulu. Sebab, kita mengetahui adanya instruksi itu setelah kejadian, setelah ujian selesai.

Lalu kesimpulannya speperti apa?
Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya contek massal ada dua indikator. Pertama, pola jawaban. Dari pola jawaban dapat diketa­hui, apakah ada kesamaan  selu­ruh siswa. Kedua, distribusi nilai­nya. Apakah nilainya sama semua.

Nah dari dua variabel itu, kami menyimpulkan tidak ter­jadi contek massal. Sebab, dis­tri­busi nilai dan pola jawaban antar siswa tidak identik. Meski demi­kian, kami tidak menutup mata atas peristiwa tersebut. Mung­­kin ada satu atau dua siswa yang me­lakukan kecura­ngan. Makanya, guru dan Ke­pala Sekolah SDN Gadel II kami berikan sanksi.

Apa yang  dilakukan Kemen­dik­nas agar peristiwa serupa ti­dak terulang?
Yang harus kami lakukan, tentu melaksanakan perbaikan tiga sisi. Pertama, para guru harus dita­nam­kan prinsip-prinsip dasar nilai akademik, salah satu dian­ta­ra­nya kejujuran.

Kedua, murid dan keluarga­nya. Ketiga, pemerintah daerah. Kalau tiga hal ini diperbaiki, di­tambah peran media massa, maka pem­benahan tersebut dan pen­didikan karakter akan men­jadi lebih sem­purna.

O ya, Anda sudah mengun­ju­ngi masyarakat sekitar kedia­man Siami, bagaimana tangga­pannya?
Mereka mengaku tertekan gara-gara putra putrinya dicap mencontek. Mereka bukan anti kejujuran. Duduk perkaranya ti­dak di situ. Jadi, kita tidak perlu menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.

Yang harus kita lakukan saat ini adalah menyelesaikan persoalan ini dan mengembalikan keruku­nan masyarakat. Jangan sampai persoalan akademik  menjadi per­soalan sosial. Alhamdulillah kedua pihak bisa menerima hal tersebut

Apa  Siami sudah kembali ke desanya?
Masyarakat bukan hanya me­nerima. Mereka bahkan mengha­rap­kan dan mengundang Ibu Siami untuk kembali ke desa ter­sebut. Mereka menyatakan seba­gai masyarakat yang cinta damai.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA