HMI: Cabut Izin Freeport Cs!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 04 Juni 2011, 10:53 WIB
HMI: Cabut Izin Freeport Cs<i>!</i>
RMOL. Pemahaman kapitalisme sistem industrialisasi merupakan ideologi yang menyebabkan segala kerusakan alam. Maka itu wajib bagi semua kalangan masyarakat untuk membangun pemahaman yang serasi dengan alam.

Demikian disampaikan Ketua Komisi Lingkungan Hidup Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Burhanuddin Arifin, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (4/6). Pernyataan itu disampaikannya terkait Hari Lingkungan Hidup yang diperingati esok (5 /6). Pelaksanaan hari lingkungan hidup diharapkan dapat mengubah kesadaran manusia akan pentingnya keberlanjutan alam, mempertahankan kelestarian dari kehancuran dan kepunahan.  

PB HMI menyayangkan perkembangan zaman tidak berpihak kepada alam karena diekploitasi melewati batas kelestarian sehingga terjadilah kepunahan. Industrialisasi aspek  kehidupan merupakan sebab kerusakan alam.

"Pertambangan emas PT Freeport telah menghancurkan alam dan kultur masyarakat Papua, PT Newmont, PT lapindo, PT Antam, PT Adaro, KPC dan pertambangan lainnya telah melanggar UU Lingkungan baik standar nasional maupun internasional," terang Burhanuddin.

Oleh karenanya, HMI menuntut pemerintah dalam hal ini SBY-Boediono mencabut izin perusahaan PT Freeport, PT Newmont, PT Lapindo, PT Antam, PT Adaro, KPC dan Sugar Company dan mencabut UU yang tidak pro-lingkungan.

"Kami juga menuntut pemerintah menyelesaikan kasus Lapindo hingga tuntas dan menghukum Bakrie Group sebagai pelaku utama," ucapnya.

Dan, HMI mengimbau semua kalangan untuk segera melakukan rehabilitasi lingkungan sesuai dengan budaya setempat.

Tuntutan HMI ini seakan menyambut janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang untuk pertama kalinya mengutarakan niat meninjau kembali atau renegosiasi kontrak-kontrak di bidang ekonomi bisnis dengan pihak swasta atau asing.

"Ini saya katakan pertama kalinya. Pemerintah sedang melakukan review, one by one.
Apakah kontrak-kontrak di dunia bisnis dan ekonomi, termasuk investasi dari perusahaan-perusahaan negara sahabat itu, betul-betul adil dan logis," ujar SBY di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (1/6).[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA