WAWANCARA

Suryo Bambang Sulisto: Pengusaha Terjepit...

Kamis, 19 Mei 2011, 05:58 WIB
Suryo Bambang Sulisto: Pengusaha Terjepit...
Suryo Bambang Sulisto
RMOL. Kalangan pengusaha menganggap kebijakan libur bersama berdampak terhadap bisnis. Sebab, biaya produksi meningkat. Misalnya, kapal angkutan barang tidak bisa membongkar muatannya di hari libur itu. Ini tentu merugikan pengusaha.

“Kebijakan ini juga menu­run­kan upaya kita untuk mening­katkan daya saing produksi untuk bersaing dengan produksi negara lain,” ungkap Ketua Umum Ka­mar Dagang dan In­dustri (Kadin), Suryo Bambang Sulisto, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Suryo memahami hari libur di kalangan birokrat suatu hal yang wajar. Namun, harus memikirkan dampaknya terhadap dunia usaha. Libur di hari kejepit se­har­us­nya tidak perlu ada.

Berikut kutipan selengkapnya:

Seberapa besar pengusaha di­­rugikan?
Tentunya libur panjang di kalangan birokrasi berdampak ter­hadap pengusaha. Misalnya dari pendapatan tentunya menu­run. Selain itu, dari segi bisnis akan berdampak pada berkurang­nya produksi.

 Bisa disebutkan apa saja yang menghambat bisnis di hari libur dadakan itu?
Ini sangat menghambat sistem produksi yang dijalankan pengu­saha. Misalnya, seseorang harus mengirimkan barangnya atau memerlukan jasa dari birokrasi di hari Senin lalu,  tentunya kegia­tan ekonomi tersebut tidak bisa berjalan.

Padahal, pengusaha itu sudah ada komitmen dengan relasi bisnisnya bahwa barang tersebut harus dikirim, tetapi karena ke­bijakan hari libur, maka barang tersebut tidak bisa dikirim. Hal ini bisa berdampak penalti bagi pe­ng­u­saha tersebut. Aki­batnya rugi. Bagi kami setiap jam itu sangat berarti bagi per­kembangan bisnis dan efektifitas produksi. Tapi kalau libur terus di hari kejepit, tentu bikin pe­ngu­saha jadi terjepit.

Apa sudah ada laporan dari pengusaha tentang kerugian de­ngan kebijakan libur dada­kan itu?
Belum ada yang melaporkan. Artinya, data kuantitatif belum kita miliki mengenai seberapa banyak dampak libur panjang ini. Tapi seperti yang saya bilang tadi, ini merugikan pengusaha.

Bukankah libur panjang se­perti ini lazim?
Indonesia ini terlalu banyak libur­­nya. Kami, kalangan pengu­saha mengharapkan jangan ter­lalu banyak liburnya. Ini tidak efektifnya. Kapan kita jadi negara maju.

Apa banyak libur ini berpe­nga­ruh terhadap melemahnya daya saing dengan negara lain?
Tentunya sangat berpengaruh. Daya saing kita bisa meningkat kalau etos kerja kita tinggi. Etos kerja tersebut sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas yang dihasilkan. Artinya, ketika tingkat produktifitas itu tinggi maka  daya saing kita pun akan tinggi juga. Yang jadi masalah adalah ba­gaimana kita bisa mening­kat­kan daya saing dan produktifitas  kalau hari libur sangat banyak.

Anda ingin mengatakan perlu meniru etos kerja Jepang?
Betul.  Jepang, mereka memi­liki etos kerja yang sangat tinggi. Malam hari dan Minggu mereka masih kerja. Makanya Jepang memiliki daya saing tinggi. Saya kira budaya kerja keras seperti itu patut kita tiru. Ada nilai positif yang bisa kita ambil dengan kerja keras.  [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA