“Kebijakan ini juga menuÂrunÂkan upaya kita untuk meningÂkatkan daya saing produksi untuk bersaing dengan produksi negara lain,†ungkap Ketua Umum KaÂmar Dagang dan InÂdustri (Kadin), Suryo Bambang Sulisto, kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Suryo memahami hari libur di kalangan birokrat suatu hal yang wajar. Namun, harus memikirkan dampaknya terhadap dunia usaha. Libur di hari kejepit seÂharÂusÂnya tidak perlu ada.
Berikut kutipan selengkapnya:
Seberapa besar pengusaha diÂÂrugikan?Tentunya libur panjang di kalangan birokrasi berdampak terÂhadap pengusaha. Misalnya dari pendapatan tentunya menuÂrun. Selain itu, dari segi bisnis akan berdampak pada berkurangÂnya produksi.
Bisa disebutkan apa saja yang menghambat bisnis di hari libur dadakan itu?Ini sangat menghambat sistem produksi yang dijalankan penguÂsaha. Misalnya, seseorang harus mengirimkan barangnya atau memerlukan jasa dari birokrasi di hari Senin lalu, tentunya kegiaÂtan ekonomi tersebut tidak bisa berjalan.
Padahal, pengusaha itu sudah ada komitmen dengan relasi bisnisnya bahwa barang tersebut harus dikirim, tetapi karena keÂbijakan hari libur, maka barang tersebut tidak bisa dikirim. Hal ini bisa berdampak penalti bagi peÂngÂuÂsaha tersebut. AkiÂbatnya rugi. Bagi kami setiap jam itu sangat berarti bagi perÂkembangan bisnis dan efektifitas produksi. Tapi kalau libur terus di hari kejepit, tentu bikin peÂnguÂsaha jadi terjepit.
Apa sudah ada laporan dari pengusaha tentang kerugian deÂngan kebijakan libur dadaÂkan itu?Belum ada yang melaporkan. Artinya, data kuantitatif belum kita miliki mengenai seberapa banyak dampak libur panjang ini. Tapi seperti yang saya bilang tadi, ini merugikan pengusaha.
Bukankah libur panjang seÂperti ini lazim?Indonesia ini terlalu banyak liburÂÂnya. Kami, kalangan penguÂsaha mengharapkan jangan terÂlalu banyak liburnya. Ini tidak efektifnya. Kapan kita jadi negara maju.
Apa banyak libur ini berpeÂngaÂruh terhadap melemahnya daya saing dengan negara lain?Tentunya sangat berpengaruh. Daya saing kita bisa meningkat kalau etos kerja kita tinggi. Etos kerja tersebut sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas yang dihasilkan. Artinya, ketika tingkat produktifitas itu tinggi maka daya saing kita pun akan tinggi juga. Yang jadi masalah adalah baÂgaimana kita bisa meningÂkatÂkan daya saing dan produktifitas kalau hari libur sangat banyak.
Anda ingin mengatakan perlu meniru etos kerja Jepang?Betul. Jepang, mereka memiÂliki etos kerja yang sangat tinggi. Malam hari dan Minggu mereka masih kerja. Makanya Jepang memiliki daya saing tinggi. Saya kira budaya kerja keras seperti itu patut kita tiru. Ada nilai positif yang bisa kita ambil dengan kerja keras.
[RM]
BERITA TERKAIT: