Arifinto: Keputusan Presiden Keluar, Saya Kembali Jualan Buku

Kamis, 14 April 2011, 00:40 WIB
Arifinto: Keputusan Presiden Keluar, Saya Kembali Jualan Buku
Arifinto
RMOL.“Setelah resmi berhenti dari de­wan, ya saya akan kembali ke ba­sic saya, yakni berjualan. Na­mun, saya harus menunggu Surat Ke­putusan (SK) Presiden terlebih da­hulu,” ujar Arifinto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, Arifinto ter­tang­kap kamera saat sedang me­nik­mati ‘adegan-adegan panas’ da­lam sidang paripurna pe­nu­tupan masa sidang III tahun 2010-2011, Jumat (8/4). Anggota Ko­misi V DPR itu, terekam lensa ka­mera saat Ketua DPR Marzuki Alie membacakan hasil semen­tara sidang paripurna.

Arifinto selanjutnya menya­ta­kan, sebelum keluar SK Presiden, dirinya akan menjalankan bebe­ra­pa tugas kedewanan. Di an­ta­ranya, turun ke Daerah Pemilihan (Da­pil) di masa reses, untuk me­nyerap aspirasi masyarakat.

“Sekarang saya masih me­lak­sa­nakan tugas reses. Sebab, se­­belum reses kan kami sudah tan­da tangan SPJ (Surat Perintah Jalan). Kalau saya nanti tidak lak­sanakan tugas itu, nanti saya di­bilang korupsi uang reses. Jadi, saya harus tetap melaksanakan tu­gas ini, sebelum saya resmi di­berhentikan,” tuturnya.

Berikut kutipan lengkapnya:

Senin (11/4) lalu, Anda me­nya­takan siap untuk berhenti sebagai Anggota DPR. Apakah Anda d­i­instruksikan oleh partai untuk m­elakukan hal itu?

Nggak ada. Partai menyer­ah­kan sepenuhnya kepada saya. Me­­reka bilang, terserah Pak Finto saja, bagaimana (cara) meng­ha­dapinya. Bagaimana dan apapun ke­putusannya, kami menerima keputusan Pak Finto.

Kemudian, saya me­nyam­pai­kan kepada partai kalau saya me­milih mundur. Menanggapi pu­tus­an itu, partai tidak menolak dan tidak memberikan intervensi, mereka menyatakan, pokoknya ter­serah saya saja.

Lalu, kenapa Anda memilih mun­dur?

Saya merasa tidak cukup kuat un­tuk berpolemik panjang-pan­jang. Saya kasihan dengan te­man-teman di berbagai daerah, ka­rena harus meladeni sejumlah per­tanyaan dan hujatan yang di­lon­tarkan kepada saya dan partai.

Jadi, saya lebih memilih ke­mas­lahatan yang lebih besar, ke­tim­bang mempertahankan diri saya. Sebab, manfaat yang lebih besar itu ada di depan saya, ketimbang saya bertahan dengan energi maksimal dan melawan semua itu, tapi hasil kemas­la­hat­annya belum tentu lebih besar dari pada saya memilih mundur.

Menurut saya, mundur lebih mem­berikan kemaslahatan, dan itulah yang saya pilih. Itu me­ru­pa­kan budaya politik yang lang­ka, yang harus kita budayakan.

Politik adalah peran manfaat yang berguna bagi kehidupan so­sial kemasyarakatan. Jadi, kalau masyarakat sudah menyatakan, Anda sudah tidak perlu lagi me­wakili saya, ya sudah. Salah atau tidak, itu lain persoalan. Kita harus bersikap gentleman.

Apakah keputusan itu didis­ku­si­kan lebih dulu dengan ke­luarga?

Nggak. Ini kan ruang pribadi saya, bukan ruang keluarga. Jadi, apapun yang saya putuskan, ke­luarga siap saja dan dapat me­ne­rimanya.

Apa mereka mendapat tekanan dan hujatan?

Nggak ada. Ruang untuk men­ca­ci maki itu ruang saya. Ke­luar­ga besar saya, bahkan men­dukung apa yang saya putuskan.

Apa Anda tetap berpolitik dan bekerja di PKS?

Kalau soal keaktifan di PKS, saya menyerahkan hal itu kepada mekanisme partai. Kalau partai mengatakan saya dinonaktifkan atau masih diperlukan untuk be­kerja di partai, ya saya ikut saja.

Kan bisa saja ada kemung­kin­an, saya tidak dipecat tapi tidak difungsikan. Saya tetap dianggap sebagai anggota, tapi tidak di­fung­sikan lagi sebagai pengurus. Namun, kalaupun dipecat, ya saya nurut saja.

Ladang amal kita kan tidak ha­nya di partai dan di DPR. Di m­a­na pun kita bisa melakukan amal baik, sehingga menjadi manfaat dan keselamatan kita di dunia dan akhirat. Jadi, keluar dari DPR, ya biasa-biasa saja. Toh, masih banyak ruang lain yang bisa kita lakoni dalam hidup ini.

Anda mengatakan akan kem­ba­li berdagang. Apa yang Anda jual?

Selama ini, saya menjual buku, serta memiliki usaha percetakan dan penerbitan. Jadi, akan kem­bali berdagang buku. Usaha itu su­dah saya jalani sejak tahun 1990.

Buku apa yang Anda jual?

Buku-buku agama. Sebagian besar dari buku-buku yang saya pro­duksi adalah tulisan dari te­man-teman PKS. Tulisan itu saya bu­kukan, kemudian kami jual ke masyarakat.

Saat ini, Anda sedang berada di Dapil dan bertemu dengan kon­stituen, apakah mereka me­minta klarifikasi atas persoalan yang menimpa Anda?

Hari ini (kemarin, red) saya ber­temu dengan 20 kepala desa se-Kabupaten Karawang. Mereka bertanya, kenapa begini, kenapa be­gitu. Ya saya jelaskan apa ada­nya. Saya bilang, saya mengam­bil keputusan itu untuk kebaikan se­mua. Bukan sekadar untuk ke­baikan diri saya. Mengenai per­caya atau tidak, itu urusan ma­sing-masing.

Apakah Anda berharap sikap gen­tleman itu diikuti yang lain bila melakukan kesalahan?

Mengenai hal itu, jangan saya yang berbicara, biar orang lain yang menilai. Kalau mereka ingin mencontoh, silakan dicontoh. Ka­lau ingin memaki, silakan me­maki. Kalau mau memuji, silakan memuji.

Tapi, pesan saya kalau ingin me­maki jangan terlalu memaki. Sebab orang yang memaki itu belum tentu lebih baik daripada yang dimaki. Dan kalau ingin memuji, jangan terlalau memuji. Se­bab yang berhak dipuji itu ada­lah Allah SWT. [RM]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA