Seperti diketahui, Arifinto terÂtangÂkap kamera saat sedang meÂnikÂmati ‘adegan-adegan panas’ daÂlam sidang paripurna peÂnuÂtupan masa sidang III tahun 2010-2011, Jumat (8/4). Anggota KoÂmisi V DPR itu, terekam lensa kaÂmera saat Ketua DPR Marzuki Alie membacakan hasil semenÂtara sidang paripurna.
Arifinto selanjutnya menyaÂtaÂkan, sebelum keluar SK Presiden, dirinya akan menjalankan bebeÂraÂpa tugas kedewanan. Di anÂtaÂranya, turun ke Daerah Pemilihan (DaÂpil) di masa reses, untuk meÂnyerap aspirasi masyarakat.
“Sekarang saya masih meÂlakÂsaÂnakan tugas reses. Sebab, seÂÂbelum reses kan kami sudah tanÂda tangan SPJ (Surat Perintah Jalan). Kalau saya nanti tidak lakÂsanakan tugas itu, nanti saya diÂbilang korupsi uang reses. Jadi, saya harus tetap melaksanakan tuÂgas ini, sebelum saya resmi diÂberhentikan,†tuturnya.
Berikut kutipan lengkapnya:
Senin (11/4) lalu, Anda meÂnyaÂtakan siap untuk berhenti sebagai Anggota DPR. Apakah Anda dÂiÂinstruksikan oleh partai untuk mÂelakukan hal itu?
Nggak ada. Partai menyerÂahÂkan sepenuhnya kepada saya. MeÂÂreka bilang, terserah Pak Finto saja, bagaimana (cara) mengÂhaÂdapinya. Bagaimana dan apapun keÂputusannya, kami menerima keputusan Pak Finto.
Kemudian, saya meÂnyamÂpaiÂkan kepada partai kalau saya meÂmilih mundur. Menanggapi puÂtusÂan itu, partai tidak menolak dan tidak memberikan intervensi, mereka menyatakan, pokoknya terÂserah saya saja.
Lalu, kenapa Anda memilih munÂdur?
Saya merasa tidak cukup kuat unÂtuk berpolemik panjang-panÂjang. Saya kasihan dengan teÂman-teman di berbagai daerah, kaÂrena harus meladeni sejumlah perÂtanyaan dan hujatan yang diÂlonÂtarkan kepada saya dan partai.
Jadi, saya lebih memilih keÂmasÂlahatan yang lebih besar, keÂtimÂbang mempertahankan diri saya. Sebab, manfaat yang lebih besar itu ada di depan saya, ketimbang saya bertahan dengan energi maksimal dan melawan semua itu, tapi hasil kemasÂlaÂhatÂannya belum tentu lebih besar dari pada saya memilih mundur.
Menurut saya, mundur lebih memÂberikan kemaslahatan, dan itulah yang saya pilih. Itu meÂruÂpaÂkan budaya politik yang langÂka, yang harus kita budayakan.
Politik adalah peran manfaat yang berguna bagi kehidupan soÂsial kemasyarakatan. Jadi, kalau masyarakat sudah menyatakan, Anda sudah tidak perlu lagi meÂwakili saya, ya sudah. Salah atau tidak, itu lain persoalan. Kita harus bersikap gentleman.
Apakah keputusan itu didisÂkuÂsiÂkan lebih dulu dengan keÂluarga?
Nggak. Ini kan ruang pribadi saya, bukan ruang keluarga. Jadi, apapun yang saya putuskan, keÂluarga siap saja dan dapat meÂneÂrimanya.
Apa mereka mendapat tekanan dan hujatan?
Nggak ada. Ruang untuk menÂcaÂci maki itu ruang saya. KeÂluarÂga besar saya, bahkan menÂdukung apa yang saya putuskan.
Apa Anda tetap berpolitik dan bekerja di PKS?
Kalau soal keaktifan di PKS, saya menyerahkan hal itu kepada mekanisme partai. Kalau partai mengatakan saya dinonaktifkan atau masih diperlukan untuk beÂkerja di partai, ya saya ikut saja.
Kan bisa saja ada kemungÂkinÂan, saya tidak dipecat tapi tidak difungsikan. Saya tetap dianggap sebagai anggota, tapi tidak diÂfungÂsikan lagi sebagai pengurus. Namun, kalaupun dipecat, ya saya nurut saja.
Ladang amal kita kan tidak haÂnya di partai dan di DPR. Di mÂaÂna pun kita bisa melakukan amal baik, sehingga menjadi manfaat dan keselamatan kita di dunia dan akhirat. Jadi, keluar dari DPR, ya biasa-biasa saja. Toh, masih banyak ruang lain yang bisa kita lakoni dalam hidup ini.
Anda mengatakan akan kemÂbaÂli berdagang. Apa yang Anda jual?
Selama ini, saya menjual buku, serta memiliki usaha percetakan dan penerbitan. Jadi, akan kemÂbali berdagang buku. Usaha itu suÂdah saya jalani sejak tahun 1990.
Buku apa yang Anda jual?
Buku-buku agama. Sebagian besar dari buku-buku yang saya proÂduksi adalah tulisan dari teÂman-teman PKS. Tulisan itu saya buÂkukan, kemudian kami jual ke masyarakat.
Saat ini, Anda sedang berada di Dapil dan bertemu dengan konÂstituen, apakah mereka meÂminta klarifikasi atas persoalan yang menimpa Anda?
Hari ini (kemarin, red) saya berÂtemu dengan 20 kepala desa se-Kabupaten Karawang. Mereka bertanya, kenapa begini, kenapa beÂgitu. Ya saya jelaskan apa adaÂnya. Saya bilang, saya mengamÂbil keputusan itu untuk kebaikan seÂmua. Bukan sekadar untuk keÂbaikan diri saya. Mengenai perÂcaya atau tidak, itu urusan maÂsing-masing.
Apakah Anda berharap sikap genÂtleman itu diikuti yang lain bila melakukan kesalahan?
Mengenai hal itu, jangan saya yang berbicara, biar orang lain yang menilai. Kalau mereka ingin mencontoh, silakan dicontoh. KaÂlau ingin memaki, silakan meÂmaki. Kalau mau memuji, silakan memuji.
Tapi, pesan saya kalau ingin meÂmaki jangan terlalu memaki. Sebab orang yang memaki itu belum tentu lebih baik daripada yang dimaki. Dan kalau ingin memuji, jangan terlalau memuji. SeÂbab yang berhak dipuji itu adaÂlah Allah SWT. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.