“Saya dan para purnawirawan meÂmiliki klub golf Tidar PanoÂrama. Jadi kita sering berkumÂpul,†ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, Rabu (6/4).
Menurut Ketua Umum Partai Hanura itu, pertemuan itu murni silaturahmi. Tidak ada kaitannya dengan politik. Jadi, tidak ada pemÂbicaraan untuk mengguÂlingÂkan pemerintah. “Dalam perkumÂpulan golf ini, ada juga staf Pak SBY. Jadi, mana mungkin di situ dibicarakan soal politik,â€ucapÂnya.
Meski begitu, lanjutnya, baÂnyak di antara jenderal purnawiÂraÂwan merasa risau dengan kondisi bangsa saat ini. Sebab, pemerintah kurang mengapreÂsiasi kepentingan rakyat.
“Ada tiga unsur yang harus diwujudkan dalam sebuah pemeÂrintahan, yaitu keamanan, keterÂtiban dan ketentraman. PenegaÂkan hukum menjadi prioritas agar masyarakat menjadi aman dan tentram,’’ paparnya.
“Ketiganya tidak ada di negeri ini. Sebab, hukum yang bisa menata negara sekarang sudah menjadi komoditas. Penegak hukum pun sudah bermain-main dengan kewenangan hukum yang dia miliki,†tambah bekas MenÂhan itu.
Berikut kutipan selengkapnya: Anda dikabarkan mengumÂpulÂkan 164 purnawirawan, apa benar?Saya dan para purnawirawan memiliki klub golf Tidar PanoÂrama. Jadi kita sering berkumpul tiga bulan sekali. Perkumpulan itu untuk menjalin silaturahim dari para purnawirawan angkatan 59 hingga sekarang.
Hanya silaturahim saja?Itu adalah klub golf yang sifatÂnya hubungan silaturahim. Jadi mengumpulkan purnawirawan supaya tetap ada ikatan batin di antara kita. Dengan ikatan batin itu kita bisa memahami posisi dan keadaan masing-masing, seÂhingga bisa saling menolong.
Tidak ada pembicaraan maÂsaÂlah politik?Tidak ada, perkumpulan itu sangat cair dan terbuka dari berÂbagai kalangan. Bahkan ada anak buah Pak SBY di pemeÂrintahan yang ikut dalam perkumpulan terÂsebut, sehingga kami hanya memÂbicarakan masalah golf saja.
Bagaimana tanggapan Anda tentang para purnawirawan yang mengkritisi pemerintah?Mengkritik itu adalah hal yang wajar saja dilakukan. Saya meliÂhat banyak purnawirawan yang merasa kecewa dengan tata peÂmerintah. Ini tidak sesuai dengan harapan mereka dan harapan rakyat. Purnawirawan itu sekaÂrang sudah bergabung dengan rakyat. Suara rakyat itu sekarang mereka tampung dan suarakan.
Di luar golf, apa Anda sering berÂkomunikasi dengan purnaÂwiÂrawan lainnya?Saya pernah berkomunikasi dengan mereka. Tapi intensitasÂnya tidak terlalu sering. Karena masing-masing memiliki kesibuÂkan, sehingga kadang-kadang kami bertemu.
Apa yang dibicarakan ketika bertemu?Mengenai isi pembicaraan, saya tidak bisa mempubliÂkasiÂkannya kepada media.
Bagaimana Anda memanÂdang kondisi pemerintahan saat ini?Pemerintah gagal dalam meÂwujudkan kesejahteraan rakyat. Misalnya kebohongan yang diÂbuat pemerintah bahwa angka kemiskinan adalah 16,6 persen. Padahal, faktanya 39,9 persen.
Selain itu?Ada empat hal yang perlu diÂkritisi.
Pertama, budaya kita seÂbeÂnarnya kerja sama, tetapi realiÂtasnya kita dipaksakan dalam kehidupan yang individualistis.
Kedua, dalam sistem pemerinÂtahan tidak ada
check and balance yang ditandai dengan penyeÂragaÂman dalam koalisi.
Ketiga, maÂsyaÂrakat Indonesia adalah majeÂmuk, sehingga membutuhkan pemimÂpin yang tegas, adil dan bijaksana.
Keempat, orientasi pejabat negara kita adalah peÂmanÂfaatan dan keteÂnaran, seÂhingga tidak bisa meÂwujudkan kesejahteraan rakyat.
Bagaimana dengan penegaÂkan hukum?Saya melihat bahwa kita gagal pada penegakan hukum secara konsisten dan konsekwen, ini disebabkan hukum dijadikan sebagai komoditas sehingga daÂpat dipermainkan. Selain itu, aparat penegak hukum ikut berÂmain dari kewenangannya, maka kepercayaan masyarakat kepada hukum makin rendah.
Tanggapan Anda mengenai rencana penyederhanaan parÂtai?Lebih baik mengÂhamÂbat terÂbentukÂnya parÂtai baru, daripada rencana menyeÂderhanakan parÂtai. Karena parÂtai baru adalah hasil metamorÂfosa dari partai-partai lama yang gagal. Sebaiknya cara tersebut digunakan untuk mengÂhambat banyakÂnya partai poÂliÂtik.
[RM]
BERITA TERKAIT: