“Dia berhak menembakkan seÂgala peluru ke angkasa, itu boleh saja di era demokrasi ini. Tapi tidak setiap tembakan itu harus kita ladeni. Biarkan saja dia bicara apa saja. Kita tidak ingin melayani satu per satu tuduhan tersebut, termasuk soal Rp 34 miliar dari Jusuf Kalla,†ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya Yusuf Supendi membeberkan, Lutfi Hasan Ishaaq mengelola Rp 34 miliar uang yang diberikan Jusuf Kalla. Selain itu, Yusuf Supendi meÂnyeÂbutkan, ada dugaan penggeÂlapan dana Pilkada Cagub DKI Jakarta Adang Daradjatun dan poligami sejumlah elite PKS yang tidak sah.
Lutfi selanjutnya mengatakan, dirinya masih mau menanggapi soal gugatan ke KPK. Begitu juga soal rencana Yusuf untuk menggugat ke Mahkamah KonsÂtitusi.
“Mengadu kepada penegak hukum adalah hak semua rakyat Indonesia. Tapi kita punya aturan main organisasi yang tercantum dalam AD dan ART serta pedoÂman
punish and reward partai. Ini organisasi yang memiliki aturan main,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Mengapa Anda tidak mau meÂnanggapi tuduhan Yusuf Supendi?Kita tetap bersabar dan bertaÂhan, tidak ingin meladeni tuÂduhanÂnya itu. Sebab, kalau kita meladeni, maka otomatis memÂbongÂkar semua kesalahannya. Berarti habislah reputasinya.
Apa di internal partai sudah mengetahui permasalahan terÂsebut?Begini ya, alasan pemeÂcatanÂnya tidak boleh diumumkan ke publik. Itu aturan partai kami. Jadi, hanya kita saja yang tahu kenapa dia dipecat.
Masa nggak ada alasan pemeÂcatannya?Tentu ada, tapi bukan untuk dipublikasikan. Ini kita lakukan agar dia bisa berkarya di orgaÂnisasi lain. Jadi kita menjaga itu. Mungkin dia lebih sukses di tempat lain.
Apakah permasalahan terseÂbut mengganggu kinerja parÂtai?Sama sekali tidak mengalami gangguan. Malah justru sebalikÂnya, PKS makin solid.
Ah, masa sih gara-gara kasus ini semakin solid?Ya, begitulah kondisinya. SeÂbab, semua pengurus dan anggota merasa ada upaya-upaya memeÂcah belah dan menggoyang soliÂditas partai, sehingga kami seÂmakin solid merapatkan barisan.
Bagaimana dengan isu miÂring lainnya yang menimpa elite PKS?Biasa-biasa saja, karena di era keterbukaan dan reformasi, seÂmua orang boleh mengumanÂdangÂkan asumsi dan dugaannya. Tapi pada akhirnya yang menjadi kata pemutus adalah fakta di lapangan, bukan asumsi semata.
Tapi kalau tidak diklarifikasi atas tuduhan itu, rakyat bisa meÂnafsirkan bermacam-maÂcam, apa Anda tidak khawatir kalau tafsirannya ke negatif?Biarlah masyarakat yang meÂnilai. Semua orang boleh berbiÂcara dan masing-masing orang yang berbicara bisa memperÂtanggungjawabkan apa yang diÂungkapkan. Jadi ada batas dan ada responsibility, ada masyaÂraÂkat yang bisa memberikan
reward dan
punishment.Dari kejadian ini, apakah diÂlakukan pembenahan internal?Sekarang yang harus dibicaraÂkan adalah kemampuan bertahan dalam turbulensi.
Lalu kita melakukan pembenaÂhan-pembenahan. Lalu, kita mengÂantisipasi turbulensi yang lebih dari itu. Jadi kita sudah memÂÂpersiapkan sistem dan evaÂluasi kinerja untuk bisa melewati turbulensi di berbagai era tadi.
Dari hasil evaluasi, apa yang maÂsih kurang dan harus diperÂbaiki?Kita masih belum membuat kajian khusus kombinasi antara kedisiplinan yang ketat dengan punishment dan reward yang mesti diberikan. Banyak anggota dan elite partai yang dipecat karena melanggar aturan partai.
Bukannya selama ini sudah cuÂkup tegas?Cukup tegas, tapi ini kita belum mengkaji tentang dampak dari sikap keras terhadap anggota itu. Jadi, tinggal bagaimana mengabÂsorber kemungkinan reaksi balik bagi mereka yang sudah dipecat.
Siapa yang berhak memÂberiÂkan sanksi di internal partai?Ada Dewan Yudikatif yang terÂdiri dari Dewan Syariah dan BiÂdang Penegakan Disiplin OrgaÂnisasi. Dewan Yudikatif tidak bisa diintervensi oleh DPP. MeÂreka bebas saja memutuskan. Kita berhak bertanya dan memÂberikan laporan, tapi tidak berani mencampuri.
[RM]
BERITA TERKAIT: