Bertrand tertarik kepada Indonesia karena keanekaragaÂmannya, tapi tetap bersatu seperti yang tercakup dalam Bhineka Tunggal Ika yang hampir sama dengan Kanada.
Penulis
Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia ini berÂkunjung ke Indonesia untuk menÂjadi pembicara di konferensi internasional di Jakarta, 23-24 Maret 2011.
Berdekatan dengan waktu lawatan Bertrand, isu teror bom buku masih hangat serta berteÂpatan dengan berlangsungnya sidang Abubakar Baasyir yang disebut-sebut sebagai pemimpin Al Qaeda di Asia Tenggara.
Di sela-sela kesibukannya, Bertrand menyempatkan diri menemui wartawan
Rakyat MerÂdeka, Mellani Eka Mahayana. Berikut petikan wawancara dengan Indonesianis ini di sebuah hotel di kawasan Thamrin, JaÂkarta Pusat, Selasa (22/3).
Apakah kasus Baasyir menÂjadi bahasan hangat di Kanada seperti di Amerika Serikat dan Australia?Tidak. Kasus Baasyir tidaklah menjadi pemberitaan besar di Kanada. Bagi orang Kanada yang punya hubungan dengan IndoneÂsia tentu mengetahui Baasyir. Tapi hanya sejumlah kecil dari orang Kanada yang mengetahui apa yang terjadi di Indonesia. Ini tentu tergantung pada pemÂberiÂtaan media. Pemberitaan di sini tidak terlalu terekspos media di sana. Jika ada bom tentu ada beriÂtanya. Tapi tidak ada tindak lanjut mengenai persidangan Baasyir. Saya rasa itu sifat jurÂnalisme. Saya berharap ada lapoÂran lebih lanjut tentang Indonesia.
Ada kesan Amerika Serikat menekan Indonesia untuk mengÂÂhukum Baasyir, menurut pengamatan Anda bagaimana?Tentunya Baasyir hingga proÂses sekarang telah melalui proses yang dijalankan kepoliÂsian. Polisi menemukan bukti-bukti. Dalam posisi ini, Amerika ingin hukum ditegakkan berdaÂsarÂkan bukti-bukti yang ada.
Kenapa terjadi teror bom di sini?Ada banyak cara sesuatu keÂlomÂpok mengorganisir diri.
Salah satunya secara radikal. Kelompok radikal ada di mana-mana. Di Inggris, di Kanada mauÂpun di Amerika Serikat, termasuk di Indonesia. Yang paling penting adalah apa yang Anda lakukan jika kelompok ini muncul.
Menurut Anda apa yang perlu dilakukan, apakah pemeÂrintah perlu menekan kelomÂpok ini?Saya rasa jika negara menÂciptaÂkan iklim ketakutan dan melakukan tekanan-tekanan beÂlum tentu dapat membungkam aksi-aksi radikalisme. Selain itu, tentu cara ini bukan hal yang diinginkan di Indonesia. Mereka ini hanya sekolompok kecil, miÂnoritas, jika dibandingkan ratusan jutaan orang rakyat Indonesia.
Jadi bagaimana menangaÂninya?Ada dua cara yang penting diÂperhatikan.
Pertama, kenapa seÂkeÂlompok kecil yang punya ide-ide radikal ini tidak diloÂkaliÂsir. Mereka hanya kelompok kecil, yang mengkhawatirkan. Mereka bisa muncul kapan saja. Ini bagian kecil dari masalah yang ada. Tinggal polisi bekerja deÂngan baik membongkar jaringan mereka, kemudian membungÂkamÂnya.
Tidak banyak aksi radiÂkalisÂme, terorisme, di Indonesia sebaÂgaiÂmana negara lain seperti di Timur Tengah. Ini hanya bagian kecil.
Kedua, jangan memÂbuat isu radikalisme ini menjadi hal yang fenomenal, karena seÂsungguhÂnya banyak masalah penting yang ada di Indonesia. Aparat yang harus menjalankan tugasnya, melacak keberadaan mereka dan memoÂtong jaringan mereka. Sangat mengkhaÂwatirÂkan karena masaÂlah yang kecil ini membuat orang menjadi ketaÂkutan dan frustrasi.
Kenapa radikalisme muncul, apakah karena ketimpangan ekoÂnomi seperti banyaknya pengangguran?Saya sangsi aksi radikal itu muncul karena banyak pengangÂguÂran. Banyaknya orang muda yang terdidik dan pengangguran belum tentu menjadi pemicu. BiaÂsanya terorisme muncul karena tidak ada solusi. Nah saya pikir di Indonesia, ada wadah yang dapat menjadi tempat mereka menyampaikan aspirasi. Lewat partai politik salah satuÂnya. Dan di sini saya juga tidak melihat munculnya partai-partai dengan ide-ide radikal di sini.
Mengenai serangan ke keÂlomÂpok Ahmadiyah di IndoneÂsia, apakah di negara ada juga ada kejadian serupa?Di Kanada juga ada kantong-kantong Ahmadiyah. Di Kanada sesuai dengan konstitusi apapun kepercayaan Anda, hak Anda dilindungi. Lalu jika seseorang itu datang ke rumah Anda mengaÂjak bergabung dengan kepercaÂyaan mereka, kalau Anda tidak setuju maka Anda tinggal menoÂlak dan tutup pintu, ha-ha-ha.
[RM]
BERITA TERKAIT: