Kenapa teror bom sekarang menggunakan buku? Dan bagaiÂmana masyarakat mencegah teror tersebut? Berikut wawanÂcara
Rakyat Merdeka dengan bekas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) AM HenÂdropriyono:
Bagaimana Anda melihat teÂror bom buku yang saat ini meÂnyebar di Tanah Air?Saat ini pelaku bom buku suÂdah hampir sukses menjalankan misinya. Aksi mereka sudah memÂbuat ketakutan yang meluas di masyarakat. Kini, warga selalu ketakutan saat menerima atau melihat paket mencurigakan. Teror memang seperti itu. TuÂjuanÂnya adalah menebarkan ketaÂkutan secara luas.
Namun, bukan berarti aksi teror ini tidak bisa dilawan. Kalau masyarakat mau bahu-membahu dan gotong-royong, aksi teror tersebut pasti bisa hilang. Dengan gotong-royong, keberadaan peÂlaku teror bisa segera dideteksi.
Siapa yang bertugas mengaÂtasi teror?Tugas untuk mengatasi aksi teror memang terletak di pemeÂrintah. Namun, masyarakat tidak boleh terlalu mengganÂtungkan keselamatannya pada pemerinÂtah. Apalagi dengan kondisi saat ini, di mana jumlah aparat yang ada sangat terbatas dengan keÂmampuan yang terbatas pula.
Solusinya?Saat ini, sudah waktunya bagi masyarakat untuk menggalakan gerakan intelligence minded dan security minded untuk melinÂdungi diri sendiri.
Terorisme seringkali dihuÂbungÂkan dengan jaringan, golongan, bagaiÂmana masyaÂrakat bisa melaÂwan terorisme jenis ini?Terorisme bukanlah masalah golongan. Terorisme adaÂlah maÂsalah ideoÂlogi. Kalau maÂÂsyarakat bisa menÂÂcegah ideoÂlogi ini tumÂbuh subur, maka terorisme juga tidak akan ada.
Prediksi Anda, siapa di balik peÂlaku teror bom buku saat ini?Mereka bisa saja berasal dari jaringan lama, dan bisa juga beraÂsal dari jariÂngan baru. Namun, yang pasti mereka masih mengÂguÂnakan ideoÂÂlogi lama, yaitu ingin mewuÂjudÂkan khilafah islamiah di IndoÂnesia.
Bagaimana model penyebaÂran ideologi ini?Penyebaran ideologi ini masih sering dijumpai di sekitar masyaÂrakat kita. Penyebaran ini bisa melalui pengajian, diskusi, bahÂkan dalam Khutbah Jumat.
Untuk itulah masyarakat perlu gotong-royong. Begitu ada khatib yang mulai melenceng dalam khutbah dan menebarkan kebenÂcian pada negara, harus segera dicegah. Sebab, kalau dibiarkan, bisa saja remaja-remaja yang pikirannya masih kosong bisa jadi panas dan kemudian malah menebarkan teror bagi lingÂkungannya.
Para ahli bom dari jaringan teroris lama sudah banyak yang terÂbunuh, tapi kenapa bom-bom kembali bisa dibuat?Harus diakui, saat ini cara memÂbuat bom begitu mudah. Bahan-bahan yang dibutuhkan seperti serbuk potasium, bubuk mesiu, dan TNT (tri nitro toluene) bisa dengan gampang diperoleh di toko-toko kimia. Cara peraÂkitanÂÂnya juga cukup mudah seÂhingga bisa dipelajari dalam waktu dekat.
Artinya, susah kita menceÂgah orang membuat bom?Dengan gotong-royong dan saling koordinasi antara warga, semua hal ini bisa dicegah. Orang yang kadung punya paham funÂdamentalis yang mau merakit bom, bisa dicegah. Caranya, kaÂlau ada yang beli bahan peledak dalam jumlah banyak, harus diselidiki untuk apa. Penjualnya juga jangan tinggal diam. Kalau pembeli bahan peledak itu menÂcurigakan, harus diminta fotoÂcopy KTP dan alamatnya. Lalu laporkan ke aparat setempat.
Teror bom buku sudah sangat meresahkan, apa yang mesti diÂlakukan masyarakat?Untuk konteks saat ini, masyaÂrakat harus tetap hati-hati saat menerima paket yang mencurigaÂkan. Jika tidak bisa mendeteksi isinya dan tidak tahu pengirimÂnya, lebih baik lapor ke polisi. Biarkan polisi yang mengiÂdentiÂfikasi apakah bom atau bukan. Membuat bom memang mudah. Tapi untuk urusan menjinakkan, itu susah dan taruhannya nyawa. Jadi, lebih baik dilaporkan saja pada polisi.
Kenapa buku dijadikan meÂdia bom?Media buku jadi tempat bom hanya dilandasi kepraktisan daÂlam pengiriman dan perhitungan refleks orang. Dengan buku, bom tersebut bisa dengan gampang dikirim. Saat terima buku, pemeÂrima juga biasanya penasaran dan langsung membukanya. Ini tiÂdak ada maksud apa-apa. Ini hanya faktor kepraktisan dan refleks. Ini sama halnya pada bom Poso dulu yang mengguÂnakan senter, yang saat itu Poso sedang mati listrik. Sehingga saat ada senter, orang langsung menekan tombol untuk menghidupÂkannya. Begitu ditekan, langsung meledak.
Ke depan bisa juga berubah dong medianya?Media bom bisa apa saja, terÂgantung pertimbangannya apa. Bisa saja ke depan paketnya berupa parfum yang mengundang orang penasaran untuk mencoÂbanya. Padahal, begitu disemÂprotkan, langsung meledak.
[RM]
BERITA TERKAIT: