â€Kekerasan dianggap keÂwaÂjarÂan bila negara membiarkannya. Saya khawatir pembiaran dan peÂnularan kekerasan itu terus terjadi di republik ini,’’ tegas Anies BasÂwedan kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut anggota Gerakan RakÂyat Antimafia (Geram) HuÂkum itu, negara mempunyai hak monopoli atas kekerasan. Rakyat meÂnuntut negara pakai monopoli itu untuk menegakkan hukum. BuÂkan untuk menonton kekeÂrasan menjamur.
â€Negara harus zero tolerance terÂhadap kekerasan. Negara harus tumpas tuntas kekerasan di InÂdonesia. Tanpa kompromi, tanpa pandang agamanya, rasnya, dan parpolnya,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Pemerintah dinilai tidak bisa melindungi warga negaÂraÂnya terkait berbagai kerusuhan di negeri ini, komentar Anda?Kita di ambang ketidakpastian karena negara beberapa kali menÂdiÂamkan kekerasan. Kita marah, dan kecewa. Situasi ini terjadi kaÂreÂna penegak hukum tidak berdiri teÂgak melawan kekerasan. Harus ada perintah tegas, beÂrantas tanpa syarat.
Bila negara membiarkan keÂkeÂrasan, maka kekerasan akan meÂnular. Kekerasan lalu dianggap keÂwajaran. Saya khawatir pemÂbiarÂan dan penularan sedang terÂjadi di republik ini. Jadi, saatnya neÂgara gunakan hak monopoli unÂtuk memberantas segala benÂtuk kekerasan.
Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan di negeri ini?Saya merasa sudah saatnya kita berpikir konstruktif tentang neÂgara ini. Mari kita memikirkan, apa sih yang hendak dicari dari proÂses politik ini. Tujuannya kan untuk mensejahterakan rakyat. KaÂlau kita lihat apa yang dicita-citakan pendiri republik ini bukan untuk memuaskan pelaku-pelaku dari politik.
Rakyat melihat ini semua pakai hati nurani dan akal sehat. Kita ingin agar rakyat itu bangga meÂlihat proses politik kita. Bukan malah rakyat merasa prihatin. Para peÂmimÂpin politik atau pemimpin lemÂbaÂga tinggi negara untuk saatnya merasakan pentingnya suasana itu dibangun.
Bagaimana membangun seÂperÂti yang Anda bilang itu?Proses politik harus diarahkan untuk membuat rakyat merasa terwakili. Itu yang menurut saya penÂting. Kalau menganalisa satu kejadian dengan terus-menerus, berÂarti kita hanya numpahin benÂsin ke wilayah yang bisa eksklusif.
Harusnya yang mesti dibangun adalah begitu ada potensi konflik yang tidak produktif, maka semua pihak bersama-sama untuk meÂnarik dan melerai. Kalau seÂkaÂrang kok, tidak. Ada potensi beÂrantem, semuanya memanas-maÂnaskan situasi. Apa yang kita dapat dari ini semua, coba. Nanti keÂtika krisis terjadi, kita menyeÂsal, tapi itu terlambat.
Sekarang ini ada kesan kebeÂbasÂan itu sudah terabaikan, meÂnurut Anda?Kebebasan itu ada, untuk berÂtuÂkar pandangan. Jangan kemuÂdian diarahkan ke pertikaian, dan sama-sama tidak berniat melerai. Indonesia ini punya kebebasan, tetapi sekarang ini setiap kali ada perbedaan, kita malah menambah amunisi. Kalau perdebatan subsÂtantif yakni perbedaan pandangan mengenai bagaimana memasÂtikan dalam tol itu terbangun seÂmua dalam 2014. Nah, perbedaan itu kita debatkan terus malah nyaÂman. Sebab, arahnya jelas.
Kemudian, ada perbedaan panÂdangan bagaimana kita merasa swasembada, memfasilitasi untuk rakyat miskin. Itu kan jelas dan kalau diperdebatkan malah oke. TaÂpi, yang kita perdebatkan adaÂlah sebaliknya yang bisa memÂbuat bangsa ini menjadi hancur. Melihat hal ini saya prihatin. SuÂdah saatnya menarik sedikit dari perÂseteruan-perseteruan itu. ApaÂkah ini yang diinginkan rakyat.
Sejumlah peristiwa di negeri ini bisa mengancam keberÂsaÂmaÂan kita sebagai bangsa, menurut Anda bagaimana solusinya?Dimana-mana itu ada keterÂkaitan satu peristiwa dengan peÂristiwa lain. Tapi yang diperlukan seÂkarang ini adalah kedewasaan untuk menguraikan keterkaitan itu. Jadi, bukan justru menambah keÂterkaitannya.Tapi diuraikan agar dipisahkan perkara hukum deÂngan perkara politik, dan perÂkara ekonomi. Sekarang ini meÂnuÂrut saya, semuanya mau jadiÂkan satu.
Jadi, bagaimana politik berÂhimÂpit dengan hukum, dan ekoÂnomi. Maka kita harus selesaikan satu per satu. Terutama hukum, itu dipisah betul dari ekonomi dan poÂlitik. Karena itu saya berkali-kali mengatakan, Kembalikan DeÂwi Keadilan di Indonesa. SeÂhingga penegakan hukum tidak tutup mata.
O ya, apakah Anda berminat terjun ke politik?Nggak. Soalnya, sudah tidak ada lagi sebuah interaksi yang di mata rakyat memberi manfaat.
[RM]
BERITA TERKAIT: