WAWANCARA

Achmad Mubarok: Ibu Ani Hanya Senyum-senyum, Bilang Terima Kasih Karena Dibelain

Kamis, 06 Januari 2011, 05:42 WIB
Achmad Mubarok: Ibu Ani Hanya Senyum-senyum, Bilang Terima Kasih Karena Dibelain
RMOL. Sementara Ruhut Sitompul begitu semangat mengkampanyekan Ani Yudhoyono sebagai capres, Achmad Mubarok justru melihat hal itu hanya lucu-lucuan. Kenapa demikian? Kepada Rakyat Merdeka, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu memberikan alasannya.

Kenapa Anda bilang lucu-lucuan?
Sudah berkali-kali saya je­laskan.

Bahwa Pak SBY sudah dari awal mengatakan, pertama, tidak ke­tiga kalinya mencalonkan. Oleh karena itu pikiran aman­demen sama sekali tidak ada. Kan Ruhut juga yang dulu me­nga­takan soal tidak adanya aman­demen. Kedua, meskipun tidak dila­rang oleh peraturan, rasanya tidak etislah kalau habis sua­mi­nya kemudian istrinya yang di­ca­lonkan.  Makanya, Pak SBY juga menyindir bupati-bupati yang sudah dua kali menjabat, tapi ke­mudian mencalonkan lagi istri­nya. Jadi, sudah jelas sekali sikap Pak SBY dan Ibu Ani soal ini.

Anda sudah tahu bagaimana komentar Ani soal wacana pen­capresan dirinya?
Dia (Ani Yudhoyono) hanya se­nyum-senyum saja. Tapi kalau ke­pada saya, dia mengatakan, “Pak Mubarok terima kasih. Ka­rena belain saya”. Karena dia juga tidak mau dibilang orang yang ambisius politik. Cuma dia me­ngatakan, ngapian bantahin orang, kalau kenyataannya nggak ada.

Menurut Anda, apa Ani cocok jadi capres?
Yang jelas, pertama, Ibu Ani bu­kan tokoh yang ambisius. Kedua, Pak SBY juga tidak me­nginginkan itu. Jadi, nggak usah dibicarakan cocok atau tidak co­cok. Kalau hasil survei, Ibu Ani me­mang banyak dikenal. Sudah barang tentu seperti itu. Malah kalau seandainya Gayus (Gayus Tambunan) dimun­culkan, juga Gayus banyak dikenal orang. Hahaha.

Bagaimana kalau rakyat meng­hendaki Ani jadi capres?
Itu kan nanti tahun 2014. Se­karang semuanya pengandaian saja. Jadi, kalau pengandaian po­litik itu tidak relevan dan terlalu jauh lah. Sebab, untuk mencapai 2014 masih banyak peristiwa. Se­perti dimunculkan orang, dija­tuhkan orang, dan mengganjal orang. Oleh karena itu tidak boleh ada pengandaian sekarang.

Bagaimana komentar Anda ter­hadap analisa Ani belum layak jadi capres karena belum punya pengalaman dalam politik?
Layak nggak layak, kalau me­mang dicalonkan mau bilang apa. Kalau pengalamannya belum luas, itu relatif. Orang jadi pre­si­den tidak hanya pengalaman jadi Presiden. Gus Dur juga begitu, dia belum pengalaman jadi pre­siden tapi jadi presiden kok.

Tapi, kenapa Ruhut sangat se­rius mengkampanyekan Ani se­bagai capres?
Ruhut memang artis sinetron. Tapi dia adalah sinetron politik. Sehingga kadang-kadang meng­hibur, kadang-kadang mengecoh orang, dan kadang-kadang ada yang tersinggung. Coba renung­kan saja, ada yang mau meng­gan­dengkan Ibu Ani dengan Puan Ma­harani, ini descreeningnya, kan nggak mungkin.

Mengapa?
Karena dua-duanya perem­pu­an. Jadi, itu murni sinetron po­litik. Ruhut itu kan, kalau di­bantah tambah semangat lagi.

DPP Demokrat memberi per­hatian terhadap wacana yang sering dilontarkan Ruhut?
Kita sih sudah biasa dengan ade­gan Ruhut seperti itu. Kan ka­lau di internal Demokrat, kita selalu tertawa kalau dia me­nyam­paikan itu. Lagipula, kita tidak terkecoh dengan wacana Ruhut. Kalau kita ketemu dengan Ruhut, dia malah ketawa ngakak.

Apakah  maksud dari wacana-wacana yang dilontarkan Ruhut sebagai opini publik saja?
Ya, nggak. Karena dia memang sebagai politisi yang pemba­waan­nya bersinetron. Jadi, suka nggak suka, selalu ada sinetron.

Mungkinkah Ruhut me­nga­takan karena ingin memanas-ma­naskan partai lain?
Ya. Buktinya sudah ada yang ter­jebak. Ibu Ani sama Ical, ya silakan saja. Ha ha ha. Lalu dia memuji, oh Ibu Ani itu sangat potensial. Itulah sinetron.

Ruhut beralasan dengan wa­cana yang disampaikan, karena par­tai-partai lain sudah meng­gadang-gadang nama capresnya. Berarti Demokrat juga harus meng­gadang-gadang capresnya?
Nah, sudah kelihatan kan ar­gumennya yang kayak gitu. Ja­di, tidak ilmiah kan, kalau orang lain nyalonin, kita juga nyalonin. Pa­dahal, garis partai sudah jelas. Pertama, kita baru bicara soal ca­pres di 2013. Kedua, soal capres itu berada di tangan majelis tinggi partai.

Apa sebaiknya Ruhut diberi pengarahan agar tidak mem­bingungkan politik?
Nggak juga. Yang bingung itu yang terjebak saja. Bodohlah orang yang terjebak seperti itu. Ka­lau orang yang cerdas tidak mungkin terkecoh.

Ruhut juga meminta dilakukan perombakan kepengurusan Frak­si Demokrat di DPR...
Ya, itu juga sinetron.

Apa betul,  kalau kader-kader Demokrat yang menjadi pim­pinan komisi tidak bisa dian­dal­kan?
Orang itu sinetron. Kalau soal ada, pasti ada saja. Namanya juga manusia. Sebab, anggota DPR ada yang pintar, sedang, dan ku­rang.

Sekarang soal reshuffle, Anda sudah terima bocoran?
Reshuffle itu kan domainnya Pre­siden. Tinggal ketok palu. Tapi kapannya, bisa besok, bisa lusa, bisa sebulan lagi, dan bisa tidak jadi. Karena palunya di­buang. Terserah saja, itu kan hak prerogatif.

Tapi, Anda puas dengan kiner­ja menteri?
Memang zamannya seperti ini. Misalnya, DPR, kabinet, pers, polisi, jaksa, dan publik juga belum memuaskan.

Bagaimana tanggapan Anda ter­hadap pihak-pihak yang masih menuding SBY lelet dan peragu?
Dari dulu kan memang disebut seperti itu. Waktu periode perta­ma, dikatakan penakut, dan pe­ragu. Nyatanya dipilih lagi de­ngan angka 60 persen lebih. Yang ngomong begitu adalah yang mewakili minoritas.

Saran Anda terhadap Presiden dan Menteri?
Ya, teruskan saja. Hidup kan isinya begitu. Ada suka dan duka. Ka­lau lagi nggak suka, kita ber­sabar. Kalau lagi suka, jangan lu­pa daratan. Politik juga begitu.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA