Ada lima orang yang duduk di MKH. Dua orang berasal dari hakim MK, yaitu Harjono yang menjabat sebagai ketua MKH dan Achmad Sodiki sebagai sekretaris MKH. Sementara tiga anggota lain berasal dari luar MK, mereka adalah Bagir Manan (bekas Ketua Mahkamah Agung), Abdul Mukhtie Fajar (bekas Hakim Konstitusi), dan Esmi Warrasih Puji Rahayu (Guru Besar Fakultas Hukum UniverÂsitas Diponegoro).
Lima anggota MKH tersebut sudah menggelar rapat. “PemiÂlihan dua orang dari MK dan tiga dari luar sudah sesuai dengan peÂraturan,†kata Ketua MK, MahÂfud MD, di Gedung MK, Jakarta, Senin (3/1).
Tidak semua anggota MKH hadir dalam rapat perdana terÂsebut. Dia adalah Bagir Manan. Bagir beralasan, saat itu sedang berada di Kalimantan Timur. Karena itu, Bagir mengaku belum tahu detil pemeriksaan yang akan dilakukan nanti.
Namun begitu, Bagir berjanji akan datang ke MK pada hari ini (Rabu, 5/1). “Insya Allah, saya akan hadir. Tentu sebagaimana biasa kerja saya adalah menÂdengarkan dulu ya,†kata Bagir yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pers kepada
Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Berikut kutipan wawancara selengkapnya: Memang apa saja yang akan Anda dengarkan?Pertama, mereka kan sudah ada Panelnya. Maka saya akan baca dulu hasil Panel itu. BagaiÂmana tata kerjanya tentu harus disepakati, dan apa yang harus dikerjakan juga harus disepakati.
Kedua, tentu yang harus kita periksa adalah mengenai pemeÂrikÂsaan pelanggaran kode etik atau tidak adanya pelanggaran kode etik.
Menurut Anda pelanggaran kode etik seperti apa yang diÂkataÂkan melanggar itu?Yaitu ada satu perbuatan proÂfesi tertentu di luar pelanggaran hukumnya.
Karena esensi profesi adalah etik. Dan MK sudah mempunyai aturan-aturan etik itu. Di samping itu, tentu ada kode etik hakim yang universal. Maka kita lihat dulu satu- persatu apa yang sudah terjadi, dan peristiwa apa yang mereka lakukan. Jadi, pelan-pelan dulu lah.
Bisa diceritakan bagaimana Anda terpilih jadi anggota MKH?Ya, mereka sudah meminta seÂcara resmi sebelum tanggal 1 Januari 2011. Karena mulai tanggal 30 Desember, saya pergi ke Kalimatan. Dan besok Rabu (5/1) sore, saya akan datang ke MK. Karena tadi (Selasa, 4/1) saya sudah ditelepon. Dan besok, saya sudah ada di Jakarta. Tapi sebagaimana kebiasaan saya, saya tidak pernah terburu-buru bekerja. Karena ini sudah meÂnyangkut orang.
Bagaimana perasaan Anda ketika dikontak MK untuk menjadi anggota MKH?Biasa saja. Sebab, saya bukan termasuk orang yang mendaÂhulu-dahulukan perasaan. Saya selalu sakit dalam segala hal. Sebab, semua teman-teman saya yang tua dan muda belia, termaÂsuk maÂhaÂsiswa. Jangan diadukan peraÂsaan saya dengan tugas-tugas saya.
Anda sudah punya persiapan sebelum melakukan pemerikÂsaan?Paling tidak, kita akan minta bahan hasil-hasil yang sudah ada pada MK. Bisa hasil Panel inÂternal mereka, tentu kita harus baca dulu.
Anda optimis MKH bisa memÂbersihkan nama baik MK?Ya, sebaiknya pengamat jaÂngan apriori MK bersih dan jangan apriori MK tidak bersih. Itu tidak boleh. Kita harus meliÂhat MK dengan itikad baiknya membuka persoalan ini. Dan meminta publik untuk turut serta. Dengan adanya Panel dan MKH, berilah kesempatan mereka untuk bekerja dengan baik. Sehingga panelnya juga bekerja dengan baik pula.
ICW mempersoalkan MK tak mengajak diskusi soal peÂnetapan anggota MKH, koÂmenÂtar Anda?Ya, bagus juga omongan seÂperti itu.Tapi hal itu baiknya ditanyakan ke MK.Yang penting kan, kita harus menunjukkan deÂngan tegas pelanggaran-peÂlanggaÂrannya. Jangan melibatkan kita, yang justru diminta untuk membantu. Bahwa pengamat tidak suka pada kita, itu soal lain. Karena kita ini datang ingin meÂnolong dan ingin membantu untuk menemukan kebenaran. Jadi, tolonglah jangan memperÂsoalkan orangnya. Tapi persoalÂkan pekerjaannya saja.
Bagaimana Anda melihat kiÂnerja MK sekarang ini?Dalam pepatah Melayu itu ada pribahasa “makin tinggi daun kelor, maka makin kuat anginnya akan menimpaâ€. Ya, tinggal kita jaga diri kita aja dengan baik. Dengan sistem penjagaan yang dibuat bagus.
Anda percaya dua hakim MK Akil Muctar dan Aryad Sanusi disuap?Mereka itu adalah orang-orang yang saya tahu di tempat-tempatÂnya masing-masing. Akil adalah tokoh politik dan Arsyad adalah hakim karier. Selama dia menjadi hakim karier, setahu saya, dia baik. Tapi kan saya belum tahu, di belakangnya. Apalagi saya tidak berurusan dengan hal itu. Jadi, yang saya ketahui hanya ada di permukaan-permukaan saja. Di balik itu saya tidak pernah tahu. Kita periksa, dan kita lihat saja hasilnya nanti.
Anda kenal dekat dengan dua hakim MK tersebut?Oh ya, tentu saja saya kenal dekat dengan mereka. Karena proÂfesi kita sama-sama sebagai hakim. Sehingga ada profesi yang diikat oleh etika. Saya itu selalu hidup dalam lingkungan etik profesi. Sebagai profesor, saya diikat oleh etik sebagai orang penÂdidik. Sebagai hakim saya diikat oleh etik hakim. Sebagai yang ngurus pers, saya diikat oleh etik pers. Jadi, bagi saya sudah biasa menempatkan diri pada tempat, dimana seharusnya saya berada.
Seberapa dekat Anda dengan Akil dan Arsyad?Waduh, saya tidak pernah ngiÂtung-ngitung. Tapi kalau ketemu kita kontak. Tapi kalau telepon-teleponan, kepentingannya tidak ada. Jadi, hanya
say hello.Apa harapan Anda untuk MK ke depan?Tidak hanya dengan MK saja, saya menaruh harapan. Tapi untuk seluruh republik ini, saya berharap baik. Jadi, saya berÂharap juga
Rakyat Merdeka juga bagus. Saya berharap pers bagus, DPR bagus, dan semuanya juga harus bagus.
Karena dengan bagusnya itu, maka harapan dan cita-cita negara ini tercapai. Yakni untuk mewujudkan kesejahteraan umum, dan mewujudkan keadiÂlan sosial bagi seluruh rakyat IndoÂnesia. Itu saja.
[RM]
BERITA TERKAIT: