WAWANCARA

Arsyad Sanusi: Mau Diperiksa Terbuka di Monas Atau GBK

Rabu, 05 Januari 2011, 06:37 WIB
Arsyad Sanusi: Mau Diperiksa Terbuka di Monas Atau GBK
RMOL. Hakim Konstitusi, Arsyad Sanusi menanggapi santai pembentukan Majelis Kehormatan Hakim (MKH). Dia menyatakan siap lahir bathin diperiksa, karena dia yakin tak bersalah dan tak menerima suap dari bekas calon Bupati Bengkulu Selatan, Dirwan Mahmud.

Namun begitu, Arsyad menga­ku, belum tahu kapan dipanggil MKH. Sebab, sampai kemarin (Selasa, 4/1) belum ada kepas­tian. “Saya masih ngantor, belum menerima apa-apa,” kata Arsyad kepada Rakyat Merdeka, ke­marin.

Terkait materi pemeriksaan, Arsyad mengaku tak tahu me­nahu. “Saya sendiri tidak tahu menahu persoalan ini apa. Saya baru tahu ada laporan, setelah ada tim investigasi,” ujarnya.

Berikut kutipan wawancara selengkapnya:
    
Apa Anda siap diperiksa oleh MKH?
Saya yang minta dibentuknya MKH, jadi saya siap diperiksa oleh siapa saja. Termasuk dengan Komisi Yudisial (KY). Kalau perlu Rakyat Merdeka, juga mengadili saya, tidak apa-apa. Ha ha ha.

Ada persiapan khusus sebe­lum diperiksa MKH?
Tentu sama saja dengan peme­riksaan Panel Etik. Jadi, tidak ada persiapan apa-apa.

Anda akan blak-blakan da­lam pemeriksaan nanti?
Tentu saja. Tapi kan saya be­lum dimintai keterangan oleh MKH.

Pemeriksaannya dilakukan ter­tutup, Anda puas?
Saya tetap patuh. Tapi kalau maunya saya sih, terbuka untuk umum. Kalau bisa dilakukan di Monumen Nasional (Monas) atau di sta­dion GBK (Gelora Bung Karno).

Apapun putusan MKH nan­ti, Anda akan te­rima?
 Ya. Kalau MKH bilang saya melanggar kode etik, saya terima. Sebaliknya, kalau MKH menya­takan saya tidak melanggar, saya juga terima. Dan apabila MKH bilang, Arsyad masuk neraka, ya saya masuk neraka. Arsyad ma­suk surga ya saya masuk surga.

Anda percaya MKH bakal ber­tindak adil?
Saya percaya dan menghor­mati MKH akan mengung­kap­kan kebenaran, teliti fakta hu­kumnya satu demi satu. Jangan semba­rangan buat kesimpulan. Saya percaya, dan menghormati MKH. Maka dari itu berilah ke­tenangan bagi MKH untuk be­kerja dengan baik.
 
Anda yakin bakal divonis ti­dak bersalah?
Saya selalu optimis. Sebab, saya selalu berada di dalam kea­dilan dan kebenaran. Saya selalu melaksanakan kode etik, sesuai dengan perilaku saya. Yang pro­fesional, jujur, adil, dan tegas. Tidak ada yang saya sem­bu­nyi­kan. Sebab, saya takut sama Allah SWT.

Bagaimana kalau Anda di­nya­takan bersalah?
Saya nggak ada persoalan. Benar atau tidak benar. Salah atau tidak salah. Saya harus mengam­bil sikap.

Seperti apa sikap Anda?
Tentu saya lihat dulu. Apakah saya pensiun dini, dan apakah saya mengundurkan diri. Sebab, saya malu, kalau dikatakan me­langgar kode etik menjadi hakim di sini. Sekalipun itu dikatakan tidak melanggar kode etik, saya tetap malu juga. Karena sudah dikasih begini-begini sama ma­syarakat.

Keluarga mendukung Anda?
Keluarga hanya bertawakal saja kepada Allah SWT. Apapun keputusan hasil dari MKH, kita terima.

Bagaimana kalau hasilnya nan­ti tidak memuaskan Anda?
Memuaskan atau tidak, saya tentu akan ke Presiden, Ketua MA, Ketua MK. Bagaimana me­kanismenya nanti. Apakah nanti saya mengundurkan diri atau pen­siun dini. Itu semua ada me­kanis­menya. Tergantung dari beliau-beliau (Presiden, Ketua MA, dan Ketua MK). Karena MA yang membawa saya ke sini (MK). Kemudian, Presiden yang melan­tik saya, dan yang mem­buat SK saya tentang pensiun dini, dan apa saja. Lagipula saya tidak mem­persoalkan umur 70 tahun itu.

Anda sudah membuat surat ke Presiden tentang pengun­du­ran diri?
Belum. Itu akan saya lakukan setelah MKH ini selesai. Tapi itu sudah saya siapkan semua.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA