Galangan Kapal: Tulang Punggung Ekonomi Maritim

Oleh: Ahlan Zulfakhri*

Jumat, 22 Agustus 2025, 02:59 WIB
Galangan Kapal: Tulang Punggung Ekonomi Maritim
Ilustrasi. (Foto: Dokumentasi PT PAL)
SEBAGAI negara kepulauan dengan 17.504 pulau, Indonesia memerlukan armada logistik pangan yang reliable untuk memastikan distribusi beras, pupuk, dan komoditas strategis ke seluruh Nusantara. Indonesian Shipyard Super Holding (ISSH) bisa berperan vital dalam membangun dan memelihara kapal-kapal yang mengangkut 32 juta ton beras per tahun dan mendistribusikan 7,2 juta ton pupuk bersubsidi ke petani di daerah terpencil.

Bulog dengan kebutuhan transportasi beras dari Jawa ke kawasan timur Indonesia memerlukan kapal kargo berkapasitas 5.000-10.000 DWT. Pupuk Indonesia (PUSRI) dan Petrokimia Gresik bergantung pada armada bulk carrier untuk distribusi pupuk ke 34 provinsi. Tanpa dukungan galangan kapal yang memadai, Indonesia berisiko mengalami food supply chain disruption yang dapat memicu krisis pangan regional.

ISSH dapat mengembangkan specialized vessels seperti refrigerated cargo ships untuk produk perikanan dan livestock carriers untuk ternak hidup. Dengan purchasing power yang terkonsolidasi, pengembangan cold chain maritime technology dapat dipercepat untuk menjaga kualitas pangan selama transportasi laut jarak jauh.

Kedaulatan Energi: Strategic Energy Logistics Backbone

Sektor energi nasional sangat bergantung pada kemampuan maritim untuk mengangkut crude oil, refined products, LNG, dan batubara. Pertamina mengoperasikan 150 tanker dengan total kapasitas 2,8 juta DWT untuk crude oil dan product transportation. PLN memerlukan dedicated coal carriers untuk mengangkut 100 juta ton batubara per tahun ke PLTU di seluruh Indonesia.

PGN dengan rencana ekspansi LNG infrastructure membutuhkan specialized LNG carriers dan floating storage regasification units (FSRU). Sinergi ISSH dengan BUMN energi dapat menciptakan integrated energy logistics ecosystem yang mengurangi ketergantungan pada foreign flagged vessels dan meningkatkan energy security.

Pengembangan domestic shipbuilding capability untuk energy vessels juga strategis menghadapi potential energy blockade atau supply chain disruption. ISSH dapat membangun expertise dalam constructing double-hull tankers, LNG carriers dengan membrane technology, dan self-unloading bulk carriers yang memenuhi international safety standards.

Ekonomi Maritim: Export-Import Gateway Optimization

Indonesia sebagai negara dengan foreign trade senilai USD 412 miliar (2024) memerlukan merchant marine yang kuat untuk mengurangi logistics cost dan meningkatkan daya saing ekspor. Biaya logistik Indonesia yang mencapai 23,5 persen dari PDB masih jauh lebih tinggi dibanding negara maju yang hanya 8-10 persen.

ISSH dapat membangun container vessels, bulk carriers, dan general cargo ships yang dapat mengangkut komoditas ekspor utama seperti CPO, nikel, batu bara, dan produk manufaktur. Dengan domestic shipping capability yang kuat, Indonesia dapat mengurangi dependency pada foreign shipping lines yang mengendalikan 85 persen freight traffic dan menguras devisa negara.

Pengembangan feeder vessels untuk connecting outer islands dengan main ports juga crucial untuk inclusive economic development. ISSH dapat menciptakan inter-island shipping network yang affordable dan reliable, membuka economic opportunities di daerah terpencil dan mengurangi regional disparity.

Industri Pertahanan: Naval Defense Industrial Base

Aspek pertahanan maritim menjadi semakin critical dengan meningkatnya tensions di Indo-Pacific region. PT PAL sebagai bagian dari ISSH ecosystem telah membuktikan kemampuan membangun kapal perang dengan 86 unit naval vessels sejak 1985. Namun, Indonesia masih memerlukan strengthening defense industrial base untuk mencapai strategic autonomy.

ISSH dapat mengembangkan dual-use shipbuilding technology yang dapat memproduksi commercial vessels dan naval ships. Teknologi combat management systems, radar integration, weapon systems installation, dan naval communication equipment dapat dikembangkan melalui partnership dengan defense contractors global dengan mandatory technology transfer.

Supply chain integration antara commercial shipbuilding dan defense shipbuilding akan menciptakan economies of scale dan mengurangi per-unit cost untuk naval vessels. ISSH dengan dukungan Danantara dapat menginvestasikan R&D untuk developing indigenous naval technology dan mengurangi foreign dependency pada critical defense components.

Strategic submarine maintenance capability juga dapat dikembangkan mengingat TNI AL mengoperasikan submarine fleet yang memerlukan sophisticated maintenance infrastructure. ISSH dapat membangun submarine docking facilities dan developing local expertise untuk submarine overhaul dan modernization.

Cross-Sectoral Integration: Synergy Maximization

Kekuatan sejati ISSH terletak pada kemampuan menciptakan sinergi antar sektor strategis. Food security ships dapat dimodifikasi untuk disaster relief operations. Energy tankers dapat difungsikan sebagai strategic petroleum reserves. Defense technology dapat diadaptasi untuk commercial applications.

Integrated command and control systems yang dikembangkan untuk naval vessels dapat diaplikasikan pada commercial fleet untuk optimizing route planning dan fuel efficiency. Composite materials technology untuk military vessels dapat meningkatkan durability dan reduce maintenance cost untuk commercial ships.

ISSH dengan backing financial Danantara dapat membangun comprehensive maritime industrial ecosystem yang tidak hanya menciptakan employment tetapi juga strengthening national resilience across multiple strategic sectors. Purchasing consolidation strategy akan accelerate technology development dan reduce import dependency pada critical maritime components.

Strategic Impact: Beyond Employment Creation

Konsolidasi galangan BUMN di bawah ISSH berpotensi mengatasi beberapa tantangan struktural sekaligus. Pertama, addressing unemployment crisis dengan menciptakan formal jobs berkualitas yang dilengkapi jaminan sosial. Kedua, optimalisasi bonus demografi melalui skill development dan technology transfer. Ketiga, reducing import dependency pada komponen maritim strategis.

PT PAL telah mengembangkan konsep Multiyard 4.0 untuk kolaborasi galangan dari Parepare hingga Sorong, Surabaya hingga Semarang, menciptakan ekosistem produksi maritim yang saling terhubung. Konsep ini dapat diadopsi ISSH untuk mengoptimalkan kapasitas regional dan mengurangi ketergantungan impor.

Regional development yang seimbang juga dapat tercapai melalui distribusi aktivitas manufacturing di berbagai lokasi galangan, mengurangi urbanisasi ke Jakarta dan mengoptimalkan potensi ekonomi daerah.

Konvergensi beberapa faktor membuat momentum saat ini sangat strategis. Bonus demografi peak (2024-2030) memberikan window of opportunity terbatas. BUMN fleet modernization needs menciptakan guaranteed market substansial. Geopolitical shift mengharuskan strategic industries independence.

Dengan PHK yang melonjak hampir 6 kali lipat dalam sebulan dan pengangguran yang terus bertambah, Indonesia memerlukan solusi struktural yang dapat memberikan dampak signifikan dan sustainable. ISSH dengan dukungan Danantara berpotensi menjadi jawaban yang tepat.

Tanpa inisiatif konsolidasi yang decisive, Indonesia berisiko mengalami missed opportunity dalam memanfaatkan bonus demografi, continued dependence pada impor komponen maritim, dan opportunity cost dari aset Danantara yang tidak dioptimalkan untuk sektor strategis.

Indonesian Shipyard Super Holding bukan sekadar merger korporat, tetapi strategi transformasi ekonomi yang dapat memposisikan Indonesia sebagai maritime powerhouse regional. Dengan purchasing consolidation strategy dan backing unlimited dari Danantara, ISSH berpotensi menciptakan employment multiplier effect yang massive sambil membangun kemandirian industri maritim nasional yang mendukung ketahanan pangan, kedaulatan energi, resiliensi ekonomi, dan kekuatan pertahanan.

Masa depan maritim Indonesia dan optimalisasi bonus demografi bergantung pada keputusan strategis yang diambil hari ini. Momentum ini tidak boleh terlewat untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas melalui integrated shipbuilding dan supply chain manufacturing ecosystem yang sustainable dan strategically autonomous. rmol news logo article

*Penulis adalah praktisi perkapalan bekerja di China

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA