Oleh Pemerintah, hari ini juga ditetapkan dengan Keppres sebagai Hari Kewirausahaan Indonesia. Perjuangan kita belum selesai, langkah kita masih jauh. Cita-cita Indonesia menjadi negara yang makmur dan tuan rumah di negeri sendiri di bidang ekonomi masih belum dicapai.
Untuk itu kita harus bersatu dan cerdas serta berupaya terus tidak pernah menyerah. Hipmi yang kita niatkan menjadi organisasi yang melahirkan entrepreneur nasionalis, patriot pengisi kemerdekaan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ternyata kita masih belum menjadi pemimpin dan tuan pelaku utama menggerakkan ekonomi bangsa untuk memakmurkan rakyat Indonesia.
Jangan kita mengeluh apalagi menyerah. Memang kita sudah sadari dari awal cita-cita yang suci mulia ini adalah tidak mudah untuk dicapai. Memang untuk menjadi negara maju kita perlu memiliki entrepreneur 12-14 persen.
Kini kita baru kira-kira memiliki 3 persen pengusaha dari jumlah penduduk bahkan itupun kira-kira 65 persennya pengusaha kecil.
Indonesia belum memiliki pengusaha kelas menengah yang memadai dari aspek kualitas dan kuantitas. Masyarakat menengah Indonesia berada kira-kira di 17 persen. Seharusnya di atas 55 persen.
Dalam hal ini, kita dalam posisi struktur yang serius, sangat tidak seimbang. Masyarakat umum dan masyarakat bisnis dalam struktur dan kondisi yang
fragile.
Di dunia usaha format program Pemerintah dalam pembinaan dunia usaha perlu dievaluasi kembali. Format UMKM, masih jauh dari berhasil.
Pembinaan UMKM disatukan perlu ditinjau kembali. Perlu secara tajam dipisahkan pembinaan pengusaha menengah dan kecil. Pembinaan dalam format sekarang tidak bisa mengembangkan usaha menengah karena terdegradasi.
Pembinaan pengusaha menengah harus format khusus, itu yang lazim disebut
affirmative action/ program. Sebaiknya program pembinaan usaha harus fokus saja dalam format skala dan jenis usaha.
Karena usaha kecil cukup luas dan banyak, terdiri dari 3 kelompok yang lazim terbagi menjadi
small scale industries,
home industries, dan
cottage industries.
Hipmi diarahkan untuk melahirkan kelas menengah baru pengusaha Indonesia. Dididik dengan aplikasi teknologi yang nantinya berkembang sendiri menjadi pengusaha besar.
Development program is educational program. Itulah konsep dan falsafah Hipmi. Mengapa Hipmi maju dan berkembang karena landasan Hipmi adalah persatuan.
Sekarang kader Hipmi harus dalami dan aplikasikan teknologi bisnis. Kita mulai dengan ATM, yaitu Amati, Tiru dan Modifikasi. Yang belum ke China, perlu ke China, atau negara lain yang maju, masih belum terlambat.
Falsafah kemajuan kita adalah
development program is educational program. Jangan pernah menyerah, kalau jatuh, walaupun sakit kemudian merangkak dan harus cepat bangkit.
*Pendiri Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Pengurus Yayasan Wakaf Paramadina
BERITA TERKAIT: