Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Program Latah Berkedok Asta Cita

Oleh: Defiyan Cori*

Kamis, 13 Februari 2025, 04:28 WIB
Program Latah Berkedok Asta Cita
Ilustrasi/RMOL
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk bersama Mandiri Sekuritas kembali menyelenggarakan Mandiri Investment Forum (MIF) 2025 pada tanggal 11 Februari di Hotel Fairmont. Kali ini MIF membawa tema: Menopang Gizi Pertumbuhan Masa Depan atau 'Nourishing Future Growth', dan merupakan forum investasi yang ke-14 diadakan secara konsisten.  

Bahkan, Direktur Utama Mandiri Darmawan Junaidi dalam sambutan pembukaannya mengklaim sebagai forum investasi terbesar di Indonesia yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi  nasional. Dirut salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perbankan ini juga menyatakan, bahwa Mandiri Investment Forum mencerminkan optimisme perseroan dalam mengatasi tantangan global melalui kebijakan strategis, guna mencapai visi besar Indonesia Emas 2045. 

Menurutnya acara ini sekaligus menjadi wujud dukungan terhadap strategi pembangunan pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang dituangkan dalam Asta Cita. Benarkah demikian adanya dan apa faktanya? Setelah pada tahun 2024 MIF ke-13 membahas tema Thriving Through Transition (Berkembang Melalui Transisi) yang menyoroti wawasan dan strategi untuk bisa mempercepat pertumbuhan bersama. 

Lalu, apa tindak lanjut (follow up) yang telah dihasilkan bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan Indonesia pasca forum tersebut? Hal mana saat itu ditegaskan oleh Darmawan Junaidi perekonomian Indonesia akan berhadapan dengan ketegangan geopolitik dan ketidakpastian perekonomian global.

Memang, akselerasi pembangunan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi menjadi sebuah keniscayaan apalagi pengalaman ketangguhan (resilience) Indonesia menghadapi berbagai krisis ekonomi dan politik yang mumpuni. Justru ditengah kondisi politik dan ekonomi dunia saat ini dan di masa depan atau setidaknya diera abad ke-21 pola kerja sama (cooperation) dan kolaborasi (collaboration) seperti apa yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri. Apalagi, bersama Wakil Direktur (Wadirut) Alexandra Askandar yang baru saja menyabet penghargaan sebagai pimpinan wanita pengusaha berprestasi luar biasa Indonesia tahun 2024 (Indonesia most extraordinary women business leaders 2024) tentu publik perlu mengetahui secara transparan dan akuntabel kontribusinya.

Terkait isu ancaman perubahan iklim (climate change) yang menerpa Indonesia sebagai negara yang kaya sumber pangan dan energi (Sumber Daya Alam/SDA) dan menempatkan diri sebagai alternatif pusat peradaban dunia. Untuk itulah, Bank Mandiri sebagai BUMN Indonesia harus mengambil peran penting dalam proses transisi ekonomi politik dan kepemimpinan dunia di sektor  perbankan dan keuangan. 

Penyelenggaraan MIF akan lebih bermanfaat tidak saja pada kebesaran dan kestrategisan forum investasinya saja, melainkan secara politik ekonomi mampu mewujudkan cita-cita dan tujuan kemakmuran bersama serta menggapai Indonesia super power dunia. Pertanyaannya, apa peran penting yang telah diambil oleh Bank Mandiri atas isu perubahan iklim dan transisi pengelolaan SDA Indonesia sesuai visi-misi Asta Cita?

Setidaknya, telah berhasilkah upaya Bank Mandiri untuk mengeliminir dominasi penguasaan ilmu dan teknologi serta pertumbuhan ekonomi negara-negara maju G-20 di sektor keuangan dan perbankan. Sebab, arah perekonomian dunia yang sedang menuju perubahan dalam bentuk kerjasama kawasan atau multilateral terasa sangat kuat. 

Hanya melalui kesamaan kepentingan (common interest) dan mengamankan kebutuhan domestik (food and energy security) masing-masing pihak, maka bentuk nyata MIF ini akan dirasakan oleh rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Terutama dalam aspek keadilan ekonomi sebagaimana tema yang telah menjadi pokok pembahasan dalam perhelatan MIF periode sebelumnya sehingga bukan forum yang sia-sia belaka.

Oleh karena itu, memasuki tahun ke-14 MIF harus menjadi forum yang tidak hanya mengklaim sebagai forum investasi terbesar, namun lebih penting apa tindak lanjut realisasi investasi yang telah diraih bagi Indonesia. Apalagi, jika MIF juga merupakan forum yang strategis dalam mendukung rencana pemerintah mendorong investasi dan percepatan pertumbuhan ekonomi dalam sektor energi dan pangan. 

Maka, penguatan sistem perekonomian nasional yang tertuang dalam konstitusi ekonomi Pasal 33 UUD 1945 adalah misi utama Presiden Prabowo Subianto. Perwujudan seperti apakah yang telah menjadi bagian penting dari kinerja Bank Mandiri terkait MIF untuk mendukungnya? Hal inilah yang substansial dalam menilai keberhasilan MIF sebagai forum investasi bagi kepentingan seluruh rakyat dalam meningkatkan nilai tambah (added value) produksi dan pendapatannya atas pengelolaan SDA.

Jelas hal ini tidak bisa dipisahkan dalam mendukung Indonesia sebagai super power baru di dunia (the new emerging super power country) dan visi-misi Asta Cita ke-3. Lebih khusus pada pembangunan sentra produksi agro-maritim melalui peran serta aktif Koperasi yang menjadi komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan tidak saja sasaran (target) pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen tetapi juga sekaligus pemerataan. 

Apabila hal ini tidak terjadi pada penyelenggaraan MIF 2024 dan 2025, maka kegiatan ini tidak beda dengan diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) yang hanya "omon-omon", latah dan tanpa arah serta menghambur-hamburkan dana milik nasabah atau Dana Pihak Ketiga (DPK). rmol news logo article

*Penulis adalah Ekonom Konstitusi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA