Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pelangi Ibukota: Menenun Poros Geopolitik dan Geostrategi di Pusaran Indo-Pasifik

OLEH: M NUR LATUCONSINA

Rabu, 28 Agustus 2024, 14:27 WIB
Pelangi Ibukota: Menenun Poros Geopolitik dan Geostrategi di Pusaran Indo-Pasifik
Wakil Sekretaris Bidang Kumhankam PB HMI Periode 2024-2026, M Nur Latuconsina/Ist
M Nur Latuconsina. ()
HUT 79 RI



PERUBAHAN tatanan global saat ini membawa Indo-Pasifik ke tengah panggung dunia sebagai kawasan yang menentukan masa depan geopolitik dan geostrategi internasional.

Dalam pusaran dinamis ini, Indonesia sebagai poros maritim dunia memiliki peluang besar untuk menenun peran strategisnya melalui perpindahan ibukota ke Kalimantan Timur, sebuah keputusan monumental yang tidak hanya berlandaskan domestik, tetapi juga meresap dalam kepentingan global.

Ibukota baru ini harus menjadi titik pusat dalam perancangan kebijakan luar negeri yang visioner dan responsif terhadap tantangan kawasan Indo-Pasifik.

Langkah besar pemerintah memindahkan ibukota dari Jakarta ke Nusantara di Pulau Kalimantan bukan hanya keputusan administratif. Pada tataran geopolitik, keputusan ini mencerminkan keinginan untuk meletakkan Indonesia lebih sentral dalam arus utama pergerakan politik global, terutama dalam menghadapi realitas Indo-Pasifik.

Sebagai negara dengan letak strategis di antara Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia berperan penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan ini, khususnya di tengah meningkatnya ketegangan antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Ibukota baru ini berada di jantung Indonesia yang berdekatan dengan wilayah maritim penting seperti Laut Sulawesi, Laut Sulu, dan Selat Makassar, yang menjadi jalur utama perdagangan internasional. Hal ini menambah bobot geopolitik Nusantara sebagai pusat pemerintahan baru, mengamplifikasi kemampuan Indonesia dalam menavigasi dinamika di Indo-Pasifik.

Di sinilah Indonesia dapat memanfaatkan posisinya sebagai jembatan antara kekuatan ekonomi dan politik Asia Timur dengan Asia Selatan dan Afrika, menjadikan Nusantara sebagai poros strategis dalam percaturan geopolitik kawasan.

Geostrategi dan Ketahanan Nasional

Di ranah geostrategi, perpindahan ibukota memberikan Indonesia kesempatan memperkuat ketahanan nasionalnya. Secara geografis, Nusantara berada jauh dari ancaman bencana alam yang kerap menghantam Jakarta, seperti banjir dan gempa bumi.

Namun yang lebih penting, lokasi baru ini memperkuat posisi strategis Indonesia dalam mengelola dan mengamankan perairan penting, terutama di sekitar Kalimantan dan perbatasan laut dengan negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Filipina.

Dengan menempatkan pusat pemerintahan di wilayah yang lebih terpusat, Indonesia dapat lebih efektif memantau dan mengelola perbatasan serta jalur-jalur maritim yang krusial bagi keamanan dan perekonomian nasional.

Nusantara juga memberikan peluang untuk memperkuat infrastruktur pertahanan, termasuk pangkalan militer dan instalasi strategis lainnya, yang lebih dekat dengan wilayah-wilayah rawan konflik seperti Laut Natuna Utara yang bersinggungan dengan klaim sepihak Tiongkok di Laut Cina Selatan.

Ibukota baru harus menjadi simbol dan pusat dari geostrategi maritim Indonesia. Dengan memperkuat kerja sama regional dan memperkuat diplomasi pertahanan, Nusantara bisa menjadi katalis bagi terciptanya stabilitas di Indo-Pasifik.

Dalam konteks ini, kebijakan luar negeri Indonesia harus diarahkan pada penguatan peran di ASEAN dan organisasi maritim lainnya, seperti Indian Ocean Rim Association (IORA), untuk menjamin kebebasan navigasi dan penegakan hukum laut yang berbasis pada hukum internasional.

Ekonomi, Energi dan Diplomasi Berkelanjutan

Lebih dari sekadar simbol kekuatan politik dan militer, Nusantara harus mencerminkan visi Indonesia untuk pembangunan berkelanjutan yang responsif terhadap tantangan global. Dengan fokus pada energi hijau dan lingkungan yang ramah, Nusantara memiliki potensi untuk menjadi pusat inovasi energi terbarukan di kawasan.

Keberadaan ibukota baru di tengah hutan tropis Kalimantan memungkinkan Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam diplomasi iklim dan lingkungan, sebuah isu yang semakin penting di Indo-Pasifik, mengingat dampak perubahan iklim yang sangat terasa di negara-negara kepulauan.

Dalam poros energi ini, Indonesia harus menggandeng negara-negara di kawasan Indo-Pasifik untuk berkolaborasi dalam mengembangkan energi bersih, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi. Langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi hijau global.

Ibukota Nusantara bisa menjadi pusat dari gerakan ini, menarik investasi asing di sektor energi terbarukan, dan menjadikan Indonesia sebagai contoh bagi negara-negara di kawasan yang berusaha mencapai target karbon netral.

Diplomasi ekonomi Indonesia juga harus memanfaatkan lokasi strategis ibu kota baru untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara Indo-Pasifik.

Sebagai kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, Indo-Pasifik memberikan Indonesia peluang besar untuk memperluas pasar ekspor, terutama di sektor manufaktur, teknologi, dan industri kreatif.

Nusantara dapat berfungsi sebagai hub perdagangan dan logistik, menghubungkan Asia, Afrika, dan Pasifik melalui jalur perdagangan yang aman dan efisien.

Namun, perpindahan ibukota ke Nusantara juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal integrasi infrastruktur, pembiayaan, dan penataan sosial. Membangun ibukota dari nol membutuhkan investasi besar dan komitmen jangka panjang, terutama untuk memastikan infrastruktur dasar seperti jalan, transportasi, dan perumahan tersedia bagi para penduduk dan pegawai pemerintah yang akan pindah ke sana.

Di sisi lain, pengembangan ini membuka peluang besar untuk membangun Nusantara sebagai kota cerdas (smart city) yang berbasiskan teknologi digital dan ramah lingkungan.

Selain itu, ada tantangan sosial yang harus diatasi, terutama dalam hal migrasi penduduk dari berbagai wilayah di Indonesia ke ibu kota baru. Dalam hal ini, Nusantara harus menjadi laboratorium sosial bagi integrasi keberagaman Indonesia, mencerminkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Keragaman budaya yang ada di Kalimantan, baik suku Dayak, Melayu, maupun migran dari wilayah lain, harus dipandang sebagai kekayaan yang memperkaya identitas Nusantara sebagai ibukota yang inklusif.

Pelangi Geopolitik di Nusantara

Nusantara adalah simbol dari pelangi geopolitik dan geostrategi yang sedang dirajut Indonesia di tengah pusaran Indo-Pasifik. Di sini, keputusan domestik berinteraksi dengan realitas internasional, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim yang tangguh dan berdaulat.

Dalam konteks yang lebih luas, perpindahan ibu kota ini bukan hanya soal pemerintahan, tetapi sebuah langkah strategis untuk menenun Indonesia ke dalam jejaring global yang lebih kompleks, memajukan kepentingan nasional, dan menjaga stabilitas serta keamanan kawasan.

Dengan semangat inovasi dan visi yang jelas, Nusantara bisa menjadi poros yang memancarkan kekuatan Indonesia ke seluruh penjuru Indo-Pasifik, menjadi jembatan antara Asia dan dunia, serta menjadi inspirasi bagi negara-negara berkembang lainnya untuk bangkit dan memainkan peran penting di panggung global.

Pelangi ibukota ini harus menjadi cermin dari masa depan Indonesia yang berdaulat, makmur, dan inklusif. rmol news logo article

Penulis adalah Wakil Sekretaris Bidang Kumhankam PB HMI Periode 2024-2026
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA