Selain menjadi pemimpin rombongan,
guide wisata ziarah biasanya juga diperankan menjadi pemimpin doa dan imam salat selama perjalanan. Peran dan keahlian semacam ini tentu jarang dimiliki oleh
guide wisata biasa. Oleh sebab itu wisata ziarah dianggap sebagai wilayah yang terpisah dari industri pariwisata. Akibatnya pengelolaan wisata ziarah masih menggunakan cara-cara tradisional dan sasarannya pun belum menyentuh masyarakat luas.
Padahal jumlah masyarakat atau wisatawan religi di tempat-tempat ziarah dalam dasawarsa terakhir meningkat drastis dari berbagai kalangan. Mereka bukan hanya dari kalangan tradisionalis "Syarkub" (masyarakat kuburan) tetapi banyak juga dari lapisan sosial lainnya. Tujuan masyarakat berziarah tidak sekedar berdoa meminta keberkahan tetapi banyak juga berziarah untuk rihlah sejarah, "ketenangan batin" dan sebagainya. Keberadaan mereka belum tersentuh
guide wisata ziarah.
Antusias masyarakat untuk berziarah menjadi daya tarik sendiri untuk meningkatkan profesionalitas para
guide ziarah. Kini, ziarah bukan saja marak dilakukan masyarakat di musim tertentu, seperti bulan Maulid, bulan Rajab-Sya'ban, dan bulan Syawal, akan tetapi juga di hari-hari libur. Objek wisata ziarah semisal maqbarah para wali yang biasanya bersebelahan dengan mesjid-mesjid bersejarah juga banyak dikunjungi masyarakat di hari libur.
Potensi wisata ziarah ini menjadi peluang bagi para
guide ziarah untuk meningkatkan profesionalitasnya. Apalagi infrastruktur wisata ziarah kini telah mengalami perbaikan dan modernisasi, berupa: (a) transportasi bus pariwisata yang kini bertambah canggih dengan fitur-fitur modern yang luar biasa dapat memanjakan pengguna moda transportasi umum. (b) jalan-jalan menuju objek wisata ziarah yang laik dan sangat mudah diakses dengan jarak waktu singkat. (c) perbaikan dan penambahan fasilitas di lokasi objek ziarah yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi peziarah, dan lain-lain.
Dengan peningkatan sarana infrastruktur itu maka diperlukan peningkatan profesionalitas guide wisata ziarah yang dibangun melalui peningkatan kapasitas individual dan sosial. Kapasitas sosial tidak hanya sekedar dibangun dengan modal kesalehan semata tetapi juga wawasan dan keilmuan.
Alangkah pengguna jasa guide wisata ziarah bertambah kepuasannya apabila selama perjalan menuju objek wisata ziarah mereka diberikan informasi mendalam seputar tokoh, benda peninggalan dan aspek lainnya yang berhubungan dengan sang tokoh yang akan diziarahi.
Guide wisata ziarah juga dapat menginformasikan budaya yang dipengaruhi sang tokoh, sebagai warisan yang hidup di masyarakat di sekitar objek wisata ziarah. Penyampaian informasi ini dapat dikemas dengan metode ceramah atau metode visualisasi melalui tayangan video yang diputarkan di dalam bus pariwisata. Pendekatan ini sekaligus bermanfaat untuk mengubah pola pikir peziarah, di mana tujuan berziarah bukan sekedar untuk "Syarkub" semata tetapi juga untuk menggali sejarah dan belajar sejarah.
Sementara kapasitas sosial dapat dikembangkan guide wisata ziarah dengan membangun jejaring industri wisata halal. Orang berziarah kiranya tidak serta merta untuk ziarah kubur para wali akan tetapi juga untuk rileksasi dan plesiran. Makanya guide wisata ziarah dapat meluaskan jaringan bekerjasama pelaku pariwisata lainnya: mulai dari jasa transportasi, jasa perhotelan dan penginapan, jasa kuliner dan sebagainya.
Termasuk bekerja sama dengan travel haji dan umrah. Mereka yang hendak haji atau umrah dikenalkan praktik lapangan dengan melakukan wisata ziarah di dalam negeri untuk mempraktikkan cara ibadah, cara bersosialisasi, dan lain lain.
Dengan pendekatan ini,
guide wisata ziarah otomatis dapat memperoleh manfaat baik secara sosial maupun ekonomi-kapital. Keberadaan
guide wisata ziarah juga dapat memperkuat ekosistem industri pariwisata secara nasional maupun internasional.
Penulis adalah Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
BERITA TERKAIT: