Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Serpihan Pengalaman yang Dibuang Sayang

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/henrykus-sihaloho-5'>HENRYKUS SIHALOHO</a>
OLEH: HENRYKUS SIHALOHO
  • Selasa, 29 Agustus 2023, 14:33 WIB
Serpihan Pengalaman yang Dibuang Sayang
Politisi PDIP, Adang Ruchiatna dan almarhum Nazarudin Kiemas/Repro
SEBENARNYA ini serpihan pengalaman Penulis mengenal 2 orang hebat. Kedua orang hebat itu adalah Nazarudin Kiemas (NK) dan Adang Ruchiatna (AR).

Saat membesuk Taufiq Kiemas (TK) di RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta pada 2008, Penulis sempat berbincang-bincang 2-3 jam dengan mereka di luar kamar perawatan yang berjarak cukup jauh dari kamar itu sehingga tidak sampai mengganggu pasien.

Penulis beruntung sekali kedua orang hebat ini tidak risih berbicara akrab dengan Penulis yang levelnya jauh di bawah mereka.

Serpihan pengalaman dari keduanya, Penulis mulai dari NK. Dari kesederhanaan penampilan adik kandung TK ini, Penulis memastikan nasionalisme dan marhaenisme pada diri NK dan TK sudah tertanam dari kedua orangtua mereka.

Kedua orangtuanya berbeda suku, ayahnya dari Sumatera Selatan dan ibunya dari Sumatera Barat. Melihat latar belakang pendidikan dasar dan menengah pertamanya yang dari sekolah Katolik (SD Xaverius dan SMP Xaverius Palembang), praktik nasionalisme dalam keseharian hidup NK tidak ujug-ujug lahir sesudah beliau menjadi kader PDI Perjuangan mengikuti kakaknya.

NK menceritakan, kakaknya adalah orang asal Sumatera Selatan pertama yang ketika menjadi mahasiswa di Universitas Sriwijaya masuk menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.  Dengan cara itu, sepertinya TK mau menunjukkan nasionalisme tidak akan melunturkan keislamannya.

Tidak mengherankan bila kemudian TK dekat dengan Yudi Latief (YL), pemikir bidang keagamaan dan kenegaraan yang kesohor itu. Penulis beberapa kali mengikuti dialog kenegaraan yang menghadirkan YL sebagai narasumber.

Di sana pulalah diam-diam Penulis belajar dari YL yang satu setengah tahun lebih muda dari Penulis dan sekaligus belajar dari “orang lapangan” seperti Adian Napitupulu yang sewindu lebih muda.  Sayangnya Penulis tidak sampai ”khatam” politik seperti mereka.

Dari NK, Penulis tahu bahwa meski kakaknya tampak “keras,” namun hatinya lembut. Tidak salah bila Penulis menambahkan minimal 5 hal positif lain dari TK: visioner, pembelajar yang ulet (tidak hanya dari seniornya Aberson Marle Sihaloho (AMS), juga dari YL orang yang jauh lebih muda darinya), pendengar yang baik, peduli, dan sangat murah hati.

Dalam 2 hal yang terakhir (peduli dan murah hati), AMS mengakui, almarhum mendapatkan dari TK beberapa potong jas dari penjahit orang Minang langganan TK agar berpenampilan layak sebagai anggota parlemen. Yang paling mengharukan, saat AMS mengetahui biaya perawatannya di RS MMC pada 2005 diam-diam sudah dilunasi oleh TK.

Berbeda dengan kakaknya TK, NK itu lulusan ITB. NK menjadi mahasiswa ITB pada 1968. Dengan demikian almarhum adalah kakak kelas Rizal Ramli (RR). Sebagai pembelajar yang tekun, mungkin TK mengenal diam-diam RR secara mendalam dari NK.

Lantaran mengenal pribadi RR lebih dalam dari orang yang kredibel yang adalah adik kandungnya sendiri, kevisioneran TK muncul. Itulah mungkin alasan mengapa sampai TK menitipkan putrinya Puan Maharani kepada RR.

Berbeda dengan NK yang membuat Penulis bisa mengenal TK lebih dalam, dari AR Penulis memperoleh info yang lebih banyak tentang Presiden RI V, Megawati Soekarnoputri.

Pengalaman Megawati yang sarat luar biasa tentang perpolitikan tanah air, membuatnya tidak mudah membuat putusan, termasuk dalam pencapresan 2024.

Pengalamannya yang sarat itu termasuk pengalaman pengkhianatan dari orang yang paling dipercaya. Seperti diketahui, Megawati pernah dikibuli orang ring 1-nya. Menurut AR, itu tidak membuat Mega menaruh dendam. Beliau hanya ingin menjaga jarak saja agar orang itu tidak lagi menularkan penyakit kepadanya, termasuk penyakit haus jabatan.

Sebagai mantan petinggi TNI, saat menjadi Panglima Divisi Kostrad, AR berkisah pernah didatangi anak buahnya yang berbadan tinggi dan kelebihan bobot, sebut saja ABC. ABC datang dengan membawa katabelece dari sahabat mertuanya. AR saat itu dengan singkat kurang lebih mengatakan, “Turunkan dulu berat badanmu, baru saya nanti mempertimbangkan promosimu sebagai komandan batalyon.

Merujuk pada 2 orang hebat ini, berbasis pada pengalaman politiknya yang sarat yang melahirkan kevisioneran, masuk akal bila Mega tidak mematok capres PDI Perjuangan itu harus seorang kader internal.

Bagi Megawati, kader internal itu, yang dadakan atau bukan, bisa menjadi “brutus” yang melawan ajaran BK. BK itu alih-alih mempertahankan jabatan, ia rela diasingkan ke Batutulis dalam kondisi sakit-sakitan dan didampingi dokter hewan demi keutuhan NKRI.

Setali tiga uang dengan Mega. Meski sebagai Kepala Negara petahana yang berhak memerintahkan Pilpres ulang pada 2004 lantaran ada dugaan kecurangan, namun demi keutuhan NKRI, Mega menerima hasilnya secara legowo.

Sekarang setelah kita mengenal beliau lebih dalam sedikit dari serpihan pengalaman di atas, mari kita tafsirkan pernyataan yang disampaikan oleh Hasto Kristiyanto (HS) di JIExpo, Jakarta, Rabu, 19 April 2023 yang lalu.

Di situ HS mengatakan, “Jadi, yang dipersiapkan oleh Bu Megawati itu pemimpin yang kokoh secara ideologi, pemimpin yang visioner, pemimpin yang mumpuni, pemimpin yang punya kemampuan profesional, tetapi sekaligus memahami kehendak rakyat, serta bukan yang hanya bermodal elektoral dan pencitraan."

Mengacu pada tulisan ini dan tulisan-tulisan Penulis sebelumnya, Penulis memiliki penafsiran tunggal bahwa tokoh yang dimaksud HS adalah RR. Mengapa RR? Bukankah Ganjar Pranowo (GP) sudah mendapat mandat pada 21 April 2023?

Pertama, mandat untuk GP bukan harga mati dan besar kemungkinannya berubah melihat dinamika yang terjadi hari-hari ini hingga 25 November 2023 (batas akhir pendaftaran capres-cawapres).

Kedua, sebagai Ketua Umum partai wong cilik dan anak ideologis BK, beliau mendengar suara rakyat, termasuk suara Ir Heru Nurhayadi MBA, alumni Elektro ITB dan mantan Dirut BUMD Gorontalo, pendapat Direktur Riset Freedom Foundation Muhamad Muntasir Alwy, analis ekonomi-politik F Reinhard MA, dan pandangan Umar Hamdani MA, kiai muda NU dan Direktur Institute of Social and Strategic Studies (Lembaga Studi Sosial dan Strategi-LS3).

Mereka menyampaikan harapannya 27 Agustus 2023 lalu agar RR menggantikan Ganjar yang tidak sebanding/sepadan  menghadapi Anies Baswedan.

Ketiga, sebagai perempuan Timur, utamanya sebagai putri Jawa, Megawati tidak mungkin mengabaikan pesan suaminya, walau beliau sudah tidak lagi bersamanya. Niscaya Megawati sedang mencari momen yang tepat untuk merealisasikan pesan TK yang telah menitipkan putrinya kepada RR untuk dijaga dari para “brutus” yang suka tampil bak musang berbulu domba.

Demi keutuhan NKRI, Mega akan memberi mandat kepada RR-Puan agar “brutus” dan Pengpeng yang demi cuan rela menjual negaranya ke asing/aseng ini akhirnya gigit jari, diam seribu bahasa. rmol news logo article

Dosen Universitas Katolik Santo Thomas, Medan
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA