Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketimpangan Ketenagakerjaan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-ir-sugiyono-msi-5'>DR. IR. SUGIYONO, MSI</a>
OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI
  • Kamis, 13 Juli 2023, 09:40 WIB
Ketimpangan Ketenagakerjaan
Pelamar memyerbu Bursa Kerja Assik Surabaya/RMOLJatim
PERSOALAN terbesar dari tingkat pengangguran terbuka di Indonesia dijumpai pada lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) pada periode Februari 2021-2023 dibandingkan lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan lulusan diploma I-III (Vokasi).

Rupanya persoalan yang terjadi pada besarnya tingkat pengangguran terbuka lulusan SMK, karena pada masa terdahulu itu pemerintah mengambil kebijakan memperbanyak rasio jumlah siswa SMK dibandingkan jumlah siswa SMA.

Ketika itu pemerintah meyakini bahwa konsep link and match akan secara drastis mampu menyerap keberadaan tingkat pengangguran terbuka. Pemerintah menggalakkan industrialisasi sebagai pondasi dasar pembangunan ekonomi.

Industrialisasi dijadikan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi sangat diyakini sebagai jembatan emas untuk membangun modernisasi. Industrialisasi diyakini sebagai obat yang sangat ampuh sebagai prasyarat untuk naik kelas dari status negara berkembang untuk segera meloncat-loncat menjadi negara maju. Tidak mengherankan, apabila pemerintah mendorong SMK dan vokasi menjalin kerja sama untuk memasok kebutuhan ketenagakerjaan buruh industri.

Persoalan fine tuning terhadap penguatan SMK dan vokasi perlu memperhatikan daya serap kebutuhan ketenagakerjaan. Bukan hanya bergantung pada sektor industri, yang sedang mengalami deindustrialisasi, melainkan juga terhadap daya serap kebutuhan ketenagakerjaan pada sektor-sektor lapangan pekerjaan lainnya.

Hal ini, karena sesungguhnya laju pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja (proxy demand side) pada semua sektor lapangan pekerjaan sebesar 1,93 persen per tahun periode Februari 2021-2023, kemudian laju pertumbuhan jumlah angkatan kerja (proxy supply side) sebesar 1,62 persen per tahun.

Artinya, sesungguhnya daya serap ketenagakerjaan masih lebih besar dibandingkan keberadaan perkembangan pasokan angkatan kerja.

Pengangguran bukan hanya besar sebagaimana data di atas pada lulusan SMK, melainkan secara ekstrem tingkat pengangguran terbuka terbesar sebesar 16,46 persen per Februari 2023 dijumpai pada generasi Z. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka, justru ditemukan di perkotaan, yakni sebesar 7,11 persen dibandingkan sebesar 3,42 persen di perdesaan.

Fenomena ini terkesan sangat mengerikan, karena orang tua di perdesaan terkesan selama ini sungguh sangat khawatir terhadap persoalan penyerapan ketenagakerjaan di perdesaan, terutama setelah anak-anak mereka telah lulus sekolah.

Untuk melindungi terhadap bahaya pengangguran terbuka, maka orang tua mendorong anak-anak mereka, terutama generasi Z untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, yaitu sebagai solusi sementara. Itu, agar anak-anak mereka tidak masuk ke dalam klasifikasi angkatan kerja.

Banyaknya universitas yang menerima mahasiswa kelas karyawan telah menimbulkan rasa optimisme terhadap terbentuknya rasa unggul. Unggul, karena anak-anak mereka bukan hanya telah lulus sekolah, melainkan kuliah sambil bekerja. Itu karena keberadaan pengangguran dipandang inferior dibandingkan kondisi keberadaan kemewahan kuliah sambil bekerja. rmol news logo article

Peneliti Institute for Development for Economics and Finance (Indef); pengajar Universitas Mercu Buana
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA