Sebagaimana diketahui, Vihara Amurva Bhumi yang berada di Jalan Prof DR Satrio No 2, memang berada di tengah lokasi strategis pusat bisnis dan perkantoran Jakarta Selatan, saat ini sedang berstatus tergugat atas lahan jalan masuknya oleh pihak swasta di sebelahnya yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut.
Masalah ini memang menyita perhatian dan keprihatinan kalangan tokoh umat Buddha yang juga turut hadir. Di antaranya Philip Kuncoro Wijaya, Arifin Tansil, serta para senior tokoh umat di vihara tersebut, dan tentunya jajaran pengurus serta umat yang menyambut kedatangan Wamen ATR.
Pada dasarnya hak hukum terhadap tempat ibadah apalagi sebagai cagar budaya memiliki status khusus dalam hal pelestariannya, termasuk akses menuju ke dalamnya sesuai papan nama yang sudah menjadi pintu masuk ke rumah ibadah berdasarkan sejarah awal kehadiran atau keberadaannya.
Vihara Amurva Bhumi - Karet ini memang menjadi salah satu tempat ibadah paling sakral bagi umatnya yang mencapai ribuan bilamana ada upacara-upacara khusus keagamaan, yang dalam setahun ada puluhan agenda bermakna spiritual diselenggarakan oleh pengurusnya.
Meskipun acapkali terkena banjir bilamana musim hujan tiba, tetapi hal itu tak menyurutkan pengurus dan umat untuk memeliharanya, hingga akhirnya perbaikan aliran selokan atau anak sungai yang melintas di belakangnya mulai ditangani agar tidak lagi mengalami banjir.
Maka kunjungan khusus Wamen ATR/BPN dalam rangka meninjau langsung dan memberikan kepastian perlindungan pemerintah atas sarana ibadah agama, khususnya Vihara Amurva Bhumi ini, setidaknya telah memberi kesejukan dan harapan besar agar permasalahan jalan masuk ini sebagai milik negara yang diserahkan kepada umat dan pengurus Vihara Amurva Bhumi-Karet.
Penulis adalah pemerhati sosial politik
BERITA TERKAIT: