Laju inflasi kelompok tersebut mencapai 8,26 persen year on year. Hortikultura sayur-mayur tersebut antara lain adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, tomat, kangkung, kol putih/kubis, cabai hijau, dan sawi putih/pecay/pitsai.
Tidak mudah untuk dapat mengetahui penyebab yang mendorong terjadinya laju inflasi dari sumber kenaikan harga-harga eceran dari produk sayur-mayur tersebut secara aktual, selain dengan cara melakukan riset secara langsung terhadap perubahan yang sedang berkembang di lapangan.
Meskipun demikian, dapat dilakukan beberapa pendekatan untuk mencari tahu tentang apa penyebab dari yang terjadi, misalnya dari perkembangan produksi sayur-mayur dan struktur ongkos produksi sayur mayur sebagai pendekatan dari sisi penawaran produk hortikultura sayur-mayur atas fenomena tingginya kenaikan harga eceran sayur-mayur.
Produksi cabai besar sebanyak 1,36 juta ton tahun 2021 dan tergolong meningkat dibandingkan 1,26 juta ton tahun 2020. Produksi cabe rawit juga meningkat pada periode waktu analisis yang sama. Produksi yang meningkat juga dijumpai pada bawang merah, tomat, kangkong, kubis, dan sawi.
Artinya, persoalan kenaikan harga sayur-mayur eceran kemungkinan bukanlah berasal dari masalah penurunan produksi, karena jumlah produksi sayur-mayur mempunyai trend yang meningkat.
Salah satu struktur ongkos usahatani sayur-mayur secara riil, antara lain adalah cabai besar. Meskipun menggunakan data tahun 2018, namun dalam urusan struktur ongkos usahatani tanaman cabai besar riil kemungkinan besar tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan.
Ternyata dalam struktur ongkos usahatani cabai besar secara perhitungan biaya riil diketahui bahwa tenaga kerja mempunyai peranan sebesar 27,64 persen dan pupuk sebesar 22,64 persen dari struktur ongkos.
Jadi, naiknya harga eceran sayur-mayur kemungkinan besar disebabkan oleh tarikan kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan harga pupuk.
Rata-rata upah/gaji nominal pada 17 sektor di Indonesia berdasarkan data dari Sakernas per februari tahun 2020-2021 memang meningkat.
Di samping itu indeks harga pupuk telah meningkat sebesar 5,4 kali lipat periode Januari 1992 hingga April 2022. Pupuk urea misalnya terbuat dari gas alam, dimana indeks harga gas alam telah meningkat 11 kali lipat pada periode analisis yang sama.
Sementara itu indeks harga BBM naik 8,5 kali lipat, yang dapat mendorong kenaikan upah tenaga kerja, meskipun tekanan krisis energi dunia dicoba ditahan oleh pemerintah dan DPR RI melalui mekanisme subsidi harga pupuk dan harga BBM.
Peneliti Indef dan Pengajar Universitas Mercu Buana
BERITA TERKAIT: