Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kalau Xi Jinping Sudah Mengontak Jokowi, Akankah Ada Dampaknya?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teuku-rezasyah-ph-d-5'>TEUKU REZASYAH, PH.D</a>
OLEH: TEUKU REZASYAH, PH.D
  • Jumat, 14 Januari 2022, 15:18 WIB
Kalau Xi Jinping Sudah Mengontak Jokowi, Akankah Ada Dampaknya?
Presiden China Xi Jinping/Net
XI JINPING tampaknya sudah mengawali sebuah tradisi diplomasi yang baru di dunia. Daripada bingung atas sikap sebuah negara atas China, serta membuang waktu menganalisis benar tidaknya informasi yang diterima, Xi tak mau repot-repot lagi. Sikapnya singkat saja, langsung menelepon tokoh puncak negara itu. Hasilnya, hilanglah kebingungan pada dirinya.

Tampaknya tradisi ini sudah dicobakan atas Indonesia, yang dalam sebulan terakhir mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor batu bara dan bijih nikel, serta tiada akhirnya menolak klaim Sembilan Garis Putus-putus yang dipaksakan China di perairan Asia Tenggara.

Transkrip telepon Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo memang rahasia negara dan tidak akan dibukakan pada mereka yang tidak berhak mengetahuinya. Tapi setidaknya, telepon itu sendiri membuka mata dunia atas banyaknya panggung yang sedang digarap China. Xi tentunya sudah berguru pada Tsun Zu, penulis "The Art of War", akan pentingnya membuat bingung negara-negara di dunia. Semakin mereka bingung dan membuang energi, maka hal ini adalah baik bagi China, yang sudah memenangkan perang secara psikologis.

Panggung-panggung mana sajakah yang telah dibuat bingung?

Kesatu, panggung Amerika Serikat dan sekutu Barat. Walaupun singkat, telepon langsung ini membuktikan sudah adanya hubungan psikologis antar pimpinan puncak di China dan Indonesia. Dalam hal ini, Beijing mengetahui seutuhnya sikap terkini RI atas masalah-masalah yang sedang dihadapinya bersama China di tingkat bilateral, regional, dan global. Dengan demikian, Amerika Serikat dan sekutu Barat tidak akan mudah lagi memainkan kartu Indonesia dalam perang dagang mereka dengan China, termasuk mengotak-atik kemandirian Indonesia dalam menyikapi perkembangan AUKUS dan Indo-Pasifik.

Kedua, panggung Indonesia. Telepon ini memberikan kepastian pada Presiden Joko Widodo, jika pelarangan ekspor batu bara tersebut telah benar-benar berdampak secara Internasional, serta membahayakan ketahanan energi China. Bagi Xi Jinping, cukup dengan menggunakan kata kunci pandemi Covid-19 dan bantuan China selama ini, maka tanpa perlu diminta secara khusus, Presiden Joko Widodo tampaknya sudah diyakinkan akan pentingnya saling membantu kala keduanya sedang kesulitan. Secara tidak langsung, telepon ini juga mengingatkan birokrasi di Indonesia, baik di tingkat pusat dan daerah, agar langsung menjalankan keputusan Presiden RI atas China, karena sudah dikonsultasikan langsung dengan Xi Jinping.

Ketiga, panggung Asia Tenggara. Telepon singkat ini juga mengokohkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo di Asia Tenggara, karena entah kapan pemimpin lainnya di kawasan ini menerima telepon serupa. Namun terdapat juga pesan halus, di mana kedua kepala negara memiliki hak istimewa untuk membahas perkembangan strategis di Asia Tenggara, di luar mekanisme ASEAN yang telah ada. Tidak mustahil, ketidaktahuan negara-negara ASEAN atas isi percakapan tersebut akan membuat mereka mereka-reka posisi RI di masa depan, sebagai negara yang tidak memiliki tuntutan kewilayahan di Laut China Selatan.

Keempat, panggung Dunia. Untuk seluruh negara di dunia, telepon ini menunjukkan telah siapnya China membuka diri untuk menghindari saling salah tafsir dengan negara manapun, serta siap mengambil keputusan secara langsung. Jika perlu, negara-negara di dunia dapat langsung berkonsultasi dengan China, tanpa perlu tergantung pada mekanisme kawasan yang selama ini mereka jalani.

Akankah telpon tersebut berdampak pada dibuatnya kebijakan baru atas ekspor batu bara dan nikel?

Sulit sekali menjawabnya. Hal ini berpulang pada kepentingan nasional Indonesia sendiri. Setidaknya, Xi Jinping telah menyampaikan pandangannya, dan Indonesia perlu merenungkannya. rmol news logo article

*Teuku Rezasyah, Ph.D adalah dosen pada Program Studi Hubungan Internasional pada Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Jawa Barat

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA