Benny Gantz, mantan Panglima Militer Israel (IDF) yang menjadi kandidat Perdana Menteri paling favorite setahun belakangan ini, memutuskan untuk bergabung dengan Benjamin Netanyahu membentuk pemerintahan baru.
Gantz yang menjadi ikon Partai Biru dan Putih, memutuskan untuk meninggalkan partai yang dibentuknya agar terbuka peluang koalisi dengan Partai Likud yang dipimpin Netanyahu.
Gantz akan diberi posisi istimewa untuk segera menjadi Ketua DPR.
Sedangkan Netanyahu tetap dalam posisinya sebagai Perdana Menteri Israel.
Semua terkejut atas keputusan Gantz. Semua tak menyangka.
Tapi sepertinya, jenderal sekaliber Gantz pasti punya hitung-hitungan sendiri.
Pandemi Corona yang ikut menimpa Israel, mendorongnya untuk mau berkompromi agar pemilu ke-4 di Israel jangan sampai terjadi.
Setahun terakhir, Israel sudah 3 kali mengadakan pemilu karena tak ada satu pihakpun yang bisa menang mayoritas.
Bergabungnya Gantz ke dalam kubu Netanyahu, tentu membuat berang para pendiri Partai Biru dan Putih.
Mereka tak terima, Gantz "menyerah" seperti ini.
Tapi, itulah politik. Dalam politik, tak ada musuh yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan.
Menjelang akhir pekan yang disebut Sabbat, pandemi Corona mengantarkan seorang Benny Gantz ke pelukan Benjamin Netanyahu.
Di Israel, tentu ada yang pro, dan ada yang kontra. Namun itulah kenyataan yang terjadi.
Seiring dengan mendinginnya suhu politik di Israel, tentu inipun tak lepas dari campur tangan Tuhan.
Dan semoga setelah ini, Tuhan pun berbelas kasih kepada umat manusia untuk secepatnya mengakhiri pandemi virus corona.
Shabbat Shalom, Israel.
Mega Simarmata
Redaktur Senior RMOL
BERITA TERKAIT: